MAKALAH
KIMIA
LINGKUNGAN
“ISU-ISU
LINGKUNGAN GLOBAL”
Disusun
oleh:KELOMPOK VII
NAMA
KELOMPOK:
MUHAMAD RASIDIN (11231087)
SUKIMAN RIZZA
UMAMI (12231066)
INSTITUT
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP ) MATARAM
2014
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr.................Wb...........................
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya yang tiada terputus sehingga penulis bisa meyelesaikan
makalah kimia lingkungan ini sesuai
dengan ketentuan,makalah ini berjudul “isu-isu lingkungan global ” Shalawat beserta salam tak
lupa penulis haturkan kepada junjungan nabi Muhammad
SAW yang
merupakan suri tauladan bagi umat manusia.
Makalah ini disusun berdasarkan
literatur-literatur yang menjadi satu kesatuan yang lengkap dan menarik.
Sehingga dapat membantu dalam proses pembelajaran serta sebagai penunjang dalam
proses perkuliahan.
Semoga makalah ini mampu membantu
dalam memahami keadaan pendidikan di Indonesia dan bermanfaat bagi pembaca
serta dapat dijadikan penunjang dalam dunia pendidikan.
Kami
menyadari makalah ini masi jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun,guna dalam perbaikan makalah ini.semoga makalah ini
bisa bermanfaat bagi pembaca khususnya penulis sendiri...aminnnnnnnnn
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Mataram, ..............APRIL 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
SAMPUL.................................................................................. i
KATA
PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR
ISI.................................................................................................. iii
BAB
1: PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar
Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah.................................................................................... 2
C. Tujuan
...................................................................................................... 3
BAB
II : PEMBAHASAN............................................................................. 4
A. Pengertian................................................................................................. 4
B. Masalah
yang Terjadi Pada ISU Lingkungan Global.......................... 4
1. Efek
Rumah Kaca........................................................................ 4
2. Sumber
Gas Rumah Kaca........................................................... 5
3. Dampak
Pemanasan Global........................................................ 9
4. Pengendalian
Pemanasan Global................................................ 11
5. Sumber
Hujan Asam.................................................................... 12
6. Dampak
Hujan Asam................................................................... 14
7. Penyebab
Hujan Asam................................................................. 17
8. Sumber
Penipisan Lapisan Ozon................................................ 18
9. Dampak
Penipisan Lapisan Ozon............................................... 20
10. Deklarasi
Stockholm .................................................................... 20
11. Deklarasi
Rio De Jeneiro ............................................................ 23
12. Deklarasi
Kyoto .......................................................................... 26
BAB
III : PENUTUP..................................................................................... 28
A. KESIMPULAN............................................................................ 28
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................... 30
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Dewasa ini lingkungan menjadi masalah yang perlu
mendapat perhatian yang seksama dan
cermat. Lingkungan saat ini mulai terancam oleh berbagai dampak yang
ditimbulkan berbagai aktifitas manusia. Dari tahun ke tahun lingkungan saat ini
mulai menampakan perbahan yang signifikan.
Isu lingkungan sesungguhnya merupakan isu yang
sangat kuas karena kompleksitas permasalahannya menyangkut aspek-aspek krusial
dan beraneka ragam dari multidisiplin ilmu ekonomi, politik, social dan budaya
dan tentunya dari kelompok ilmu-ilmu eksata yang berkaitan langsung dengan
studi physical environment itu sendiri, seperti: biology, chemistry, geology,
forestry dan sebagainya.Seiring dengan petambahan penduduk dan Perkembangan berbagai
industri, maka isu lingkungan telah menjadi masalah serius yang dihadapi oleh
manusia. Pencemaran lingkungan merupakan masalah bersama.
Permasalahan lingkungan dapat dikategorikan
masalah lingkungan lokal, nasional, regional dan global. Pengkategorian tersebut
berdasarkan pada dampak dari permasalahan lingkungan, apakah dampaknya hanya
lokal, nasional, regional atau global. Bila kita melihat bumi secara utuh maka
bumi merupakan satu sistem yang utuh dan tidak bisa dipisah-pisahkan.
Isu lingkungan global merupakan permasalahan
lingkungan dan dampak yang ditimbulkan dari permasalahan lingkungan tersebut
mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi dunia serta menyeluruh. Isu
lingkungan global mulai muncul dalam berberapa dekade belakangan ini. Kesadaran
manusia akan lingkungannya yang telah rusak membuat isu lingkungan ini mencuat.
Isu lingkungan global yang mencuat ke permukaan yang bersifat global serta yang
paling penting dalam lingkungan adalah mengenai pemanasan global.
Pemanasan global atau yang sering kita sebut
global warming adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer,laut,
dan daratan bumi. Pemanasan global atau global warming menjadi isu
global mutakhir terkait lingkungan hidup dimana pencemaran dan pengrusakan
terhadap lingkungan dianggap sebagai faktor penyebab hilangnya sifat
kealamiahan bumi akibat pemanasan global. Dunia pun menyadari untuk melakukan
upaya keras mengingat semakin terancamnya eksistensi kehidupan.
Sebagian besar para ilmuawan telah mencapai suatu
kesepakatan mengenai fenomena yang terkenal dengan nama pemanasan global dan
telah menjadi sorotan utama masyarakat dunia sekarang. Selama setengah abad
sekarang ini, gas rumah kaca CO2, methan, nitrat oksida dan CFC dilepaskan ke
atmosfir bumi dalam jumlah yang sangat besar dan dengan konsekuensi yang sangat
besar. Menurut laporan panel antara pemerintahan antar perserikatan
bangsa-bangsa/IPCC, telah terjadi kenaikan suhu minimum dan maksimum bumi
antara 0,5-1,5 derajat. Kenaikan itu terjadi pada suhu minimum dan maksimum disiang
hari maupun malam hari antara 0,5 sampai 2,0 derajat celcius atau temperature
rata-rata global telah meningkat sekitar 0,6 derajat celcius (33 derajat F)
diabandingkan dengan masa sebelum industri.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa saja yang mempengaruhi isu-isu global tentang
lingkungan?
2.
Bagaimana pengaruhnya isu-isu global teradap
lingkungan dan kehidupan?
3.
Apakah ada dampak positif dan negatif dari isu-isu
global?
4.
Masalah apa saja yang
terjadi pada isu-isu global?
5.
Apa itu
deklarasi stockholm,rio de jeneiro dan deklarasi kyoto?
C.
TUJUAN
1.
mengetahui
isu-isu global tentang lingkungan
2.
Mengetahui pengaruh isu-isu global tentang lingkungan
3.
Mengetahui dampak positif dan negatif masalah isu-isu
global
4.
Mengetahui masalah apa saja yang di kaji dalam isu-isu
global
5.
Mengetahui deklarasi-deklarasi dalam isu-isu global
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
Isu lingkungan global merupakan permasalahan
lingkungan dan dampak yang ditimbulkan dari permasalahan lingkungan tersebut
mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi dunia serta menyeluruh. Isu
lingkungan global mulai muncul dalam berberapa dekade belakangan ini. Kesadaran
manusia akan lingkungannya yang telah rusak membuat isu lingkungan ini mencuat.
Isu lingkungan global yang mencuat ke permukaan yang bersifat global serta yang
paling penting dalam lingkungan adalah mengenai pemanasan global.Pemanasan
global atau yang sering kita sebut global warming adalah adanya proses
peningkatan suhu rata-rata atmosfer,laut, dan daratan bumi. Pemanasan global
atau global warming menjadi isu global mutakhir terkait lingkungan hidup
dimana pencemaran dan pengrusakan terhadap lingkungan dianggap sebagai faktor
penyebab hilangnya sifat kealamiahan bumi akibat pemanasan global. Dunia pun
menyadari untuk melakukan upaya keras mengingat semakin terancamnya eksistensi
kehidupan
B.
MASALAH YANG TERJADI PADA ISU LINGKUNGAN GLOBAL
1. EFEK RUMAH
KACA
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi
berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi
gelombang pendek, termasuk cahaya
tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia
berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan
menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas
ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun
sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas
rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan
memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas
tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus
sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah
kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer,
semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala
makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat
dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi
sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari temperaturnya semula,
jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan
menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas
tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.
2. SUMBER GAS RUMAH KACA
Atmosfer bumi terdiri dari berbagai lapisan, yaitu
berturut-turut dari lapisan bawah ke atas adalah troposfer, stratosfer,
mesosfer, dan termosfer. Troposfer adalah lapisan terendah yang tebalnya
kira-kira sampai dengan 10 kilometer di atas permukaan bumi. Dalam troposfer
ini terdapat gas-gas rumah kaca yang
menyebabkan efek rumah kaca dan pemanasan global. Gas Rumah Kaca
dapat terbentuk secara alami maupun sebagai akibat pencemaran.
Gas Rumah Kaca (GRK) yang berada di atmosfer
(troposfer) dihasilkan dari berbagai
kegiatan manusia terutama yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil
(minyak, gas, dan batubara) seperti pada pembangkitan tenaga listrik, kendaraan
bermotor, AC, komputer, memasak. Selain itu Gas Rumah Kaca juga dihasilkan dari
pembakaran dan penggundulan hutan serta aktivitas pertanian dan peternakan. Gas
Rumah Kaca yang dihasilkan dari kegiatan tersebut, seperti H2O (uap
air),CO2 (karbon dioksida), O3 (ozon), CH4
(metana), N2O (dinitrogen oksida), CFC (cholorofluorokarbon : CFC
R-11 dan CFC R-12), dan gas lainnya seperti HFCS, PFCS,danSF6
Adapun gas rumah kaca adalah sebagai berikut:
1.
Uap
Air
Uap air bersifat tidak terlihat dan harus dibedakan
dari awan dan kabut yang terjadi ketika uap membentuk butir-butir air. Sumber
terjadinya uap air ketika terjadinya siklus air yaitu pada proses penguapan air
laut, sungai, gletser dan sumber air lainnya. Sebenarnya uap air merupakan
penyumbang terbesar bagi efek rumah kaca. Jumlah uap air dalam atmosfer berada
di luar kendali manusia dan dipengaruhi terutama oleh suhu global. Jika bumi
menjadi lebih hangat, jumlah uap air di atmosfer akan meningkat karena naiknya
laju penguapan. Ini akan meningkatkan efek rumah kaca serta makin mendorong
pemanasan global.
2. Karbondioksida
Karbon dioksida adalah gas rumah kaca terpenting
penyebab pemanasan global yang sedang ditimbun di atmosfer karena kegiatan
manusia. Sumbangan utama manusia terhadap jumlah karbon dioksida dalam atmosfer
berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, yaitu minyak bumi, batu bara, dan gas
bumi. Misalnya pembakaran metana akan menghasilkan karbon dioksida dan air CH4
+ O2 => CO2 + H2O + panas
Sumbangan utama terhadap jumlah karbon dioksida di
atmosfer berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, yaitu minyak bumi, batu
bara dan gas bumi. Tetapi kayu adalah sumber energi terbarui yang bahan bakar
fosil yang menghasilkan pencemaran paling tinggi, batu bara juga menghasilkan
karbon dioksida terbanyak per satuan energi. Membakar 1 ton batu bara
menghasilkan sekitar 2,5 ton karbon dioksida. Untuk mendapatkan jumlah energi
yang sama dari minyak, jumlah karbon dioksida dapat digunakan secara
berkelanjutan, dan penanaman hutan kembali akan mengurangi kadar karbon
dioksida di atmosfer karena tumbuhan hutan akan menyerap karbon dioksida dalam
proses fotosintesis.
Penggundulan hutan serta perluasan wilayah pertanian juga meningkatkan
jumlah karbon dioksida di atmosfer. Walaupun perhitungan tepat tidak mungkin
dilakukan, namun diperkirakan bahwa kedua aktivitas tersebut menambah 3,67 -
7,34 miliar ton karbon dioksida ke atmosfer tiap tahun.
Karbon dioksida juga memainkan peranan sangat penting untuk kehidupan
tanaman. Karbon dioksida diserap oleh tanaman dengan bantuan sinar matahari dan
digunakan untuk pertumbuhan tanaman dalam proses yang dikenal sebagai
fotosintesis. Proses yang sama terjadi di lautan di mana karbon dioksida
diserap oleh ganggang.
3.
Ozon
Ozon adalah gas rumah kaca yang terdapat secara alami di atmosfer
(troposfer, stratosfer). Di troposfer, ozon merupakan zat pencemar hasil
sampingan yang terbentuk ketika sinar matahari bereaksi dengan gas buang
kendaraan bermotor. Molekul ozon juga dapat terbentuk dengan bantuan sinar
ultraviolet. Reaksi pembentukan ozon tersebut sebagai berikut,
Reaksi Pembentukan Molekul Ozon (O3):
O2 => 2O
O + O2 => O3 Ozon pada troposfer dapat mengganggu kesehatan
manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan..
4.
Metana
Metana adalah gas rumah kaca lain yang terdapat secara alami. Metana
dihasilkan ketika jenis-jenis mikroorganisme tertentu menguraikan bahan organik
pada kondisi tanpa udara (anaerob). Gas ini juga dihasilkan secara alami pada
saat pembusukan biomassa di rawa-rawa sehingga disebut juga gas rawa. Metana
mudah terbakar, dan menghasilkan karbon dioksida sebagai hasil sampingan.
Kegiatan manusia telah meningkatkan jumlah metana yang dilepaskan ke
atmosfer. Sawah merupakan kondisi ideal bagi pembentukannya, di mana tangkai
padi nampaknya bertindak sebagai saluran metana ke atmosfer. Meningkatnya
jumlah ternak sapi, kerbau dan sejenisnya merupakan sumber lain yang berarti,
karena metana dihasilkan dalam perut mereka dan dikeluarkan ketika mereka
bersendawa dan kentut. Metana juga dihasilkan dalam jumlah cukup banyak di
tempat pembuangan sampah; sehingga menguntungkan bila mengumpulkan metana
sebagai bahan bakar bagi ketel uap untuk menghasilkan energi listrik.
Metana merupakan unsur utama dari gas bumi. Gas ini terdapat dalam jumlah
besar pada sumur minyak bumi atau gas bumi, juga terdapat kaitannya dengan batu bara .
5.
Dinitrogen oksida
Dinitrogen oksida adalah juga gas rumah kaca yang terdapat secara alami.
Dulunya gas ini digunakan sebagai anastasi ringan, yang dapat membuat orang
tertawa sehingga juga dikenal sebagai ‘gas tertawa’. Tidak banyak diketahui
secara terinci tentang asal dinitrogen oksida dalam atmosfer. Diduga bahwa
sumber utamanya, yang mungkin mencakup sampai 90 persen, merupakan kegiatan
mikroorganisme dalam tanah. Pemakaian pupuk nitrogen meningkatkan jumlah gas
ini di atmosfer. Dinitrogen oksida juga dihasilkan dalam jumlah kecil oleh
pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi, batu bara, gas bumi).
6.
Cholorofluorocarbon
Chlorofluorocarbon adalah sekelompok gas buatan. CFC mempunyai sifat-sifat,
misalnya tidak beracun, tidak mudah terbakar, dan amat stabil sehingga dapat
digunakan dalam berbagai peralatan dan mulai digunakan secara luas setelah
Perang Dunia II. Chlorofluorocarbon yang paling banyak digunakan mempunyai nama
dagang ‘Freon’. Dua jenis chlorofluorocarbon yang umum digunakan adalah CFC
R-11 dan CFC R-12. Zat-zat tersebut digunakan dalam proses mengembangkan busa,
di dalam peralatan pendingin ruangan dan lemari es selain juga sebagai pelarut
untuk membersihkan microchip ..
3. DAMPAK PEMANASAN GLOBAL
Para ilmuan
menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan sirkulasi
atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para
ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global
terhadap cuaca, tinggi
permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan
hewan liar dan kesehatan manusia.
1. Iklim
Mulai Tidak Stabil
Para ilmuan
memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan
Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah
lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan
mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut.
Daerah-daerah
yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi.
Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin
sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di
beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam
hari akan cenderung untuk meningkat.
2. Peningkatan
permukaan laut
Ketika
atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga
volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga
akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih
memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah
meningkat 10 – 25 cm (4 – 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan
IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 – 35 inchi) pada
abad ke-21.
Perubahan
tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan
100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5
persen daerah Bangladesh, dan banyak
pulau-pulau. Erosi dari
tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai
muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara
kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah
pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan
evakuasi dari daerah pantai.
3. Suhu
global cenderung meningkat
Orang
mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak
makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa
tempat.
Bagian
Selatan Kanada, sebagai
contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan
lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di
beberapa bagian Afrika mungkin
tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung
yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin,
yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan
masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan
penyakit yang lebih hebat.
4. Gangguan
ekologis
Hewan dan
tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini
karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global,
hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan.
Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya
menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi
perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang
terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati.
Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub
mungkin juga akan musnah.
5. Dampak
sosial dan politik
Perubahan
cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang
panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi.
Perubahan
cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di
kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana
alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya
bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat
pengungsian dimana sering
muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma
psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.
4. PENGENDALIAN
PEMANASAN GLOBAL
Konsumsi total bahan bakar fosil di
dunia meningkat sebesar 1 persen per-tahun. Langkah-langkah yang dilakukan atau
yang sedang diskusikan saat ini tidak ada yang dapat mencegah pemanasan global
di masa depan. Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul
sambil melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim di
masa depan.
Kerusakan yang parah dapat diatasi
dengan berbagai cara. Daerah pantai dapat dilindungi dengan dinding dan
penghalang untuk mencegah masuknya air laut. Cara lainnya, pemerintah dapat
membantu populasi di pantai untuk pindah ke daerah yang lebih tinggi. Beberapa
negara, seperti Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan dan hewan dengan
tetap menjaga koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah yang belum
dibangun dari selatan ke utara. Spesies-spesies dapat secara perlahan-lahan
berpindah sepanjang koridor ini untuk menuju ke habitat yang lebih dingin.
Ada dua pendekatan utama untuk
memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca. Pertama, mencegah karbon
dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau komponen
karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan
karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.
Gas karbondioksida juga dapat
dihilangkan secara langsung. Caranya dengan menyuntikkan (menginjeksikan) gas
tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke
permukaan (lihat Enhanced Oil Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan untuk
mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara
atau aquifer. Hal ini telah dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas
pantai Norwegia, di mana karbondioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas
alam ditangkap dan diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat kembali
ke permukaan.
Salah satu sumber penyumbang
karbondioksida adalah pembakaran bahan bakar fosil. Perubahan tren penggunaan
bahan bakar fosil ini sebenarnya secara tidak langsung telah mengurangi jumlah
karbondioksida yang dilepas ke udara, karena gas melepaskan karbondioksida
lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak apalagi bila dibandingkan dengan
batubara. Beberapa konferensi dan perjanjian tingkat internasional juga semakin
gencar diupayakan. Perjanjian itu lebih mengarah ke perdagangan karbon dan
peraturan pemotongan emisi bagi negara-negara industri yang memegang presentase
paling besar dalam pelepasan gas-gas rumah kaca.
5. SUMBER HUJAN
ASAM
Secara alami hujan asam dapat
terjadi akibat semburan dari gunung
berapi dan dari proses biologis
di tanah, rawa, dan laut. Akan tetapi, mayoritas hujan asam disebabkan oleh
aktivitas manusia seperti industri, pembangkit
tenaga listrik, kendaraan bermotor dan pabrik pengolahan pertanian (terutama amonia). Gas-gas yang dihasilkan oleh proses ini dapat terbawa angin hingga ratusan kilometer di atmosfer sebelum berubah menjadi asam dan
terdeposit ke tanah.
Hujan asam karena
proses industri telah menjadi masalah yang penting di Republik Rakyat Cina, Eropa Barat, Rusia dan
daerah-daerah di arahan anginnya. Hujan asam dari pembangkit tenaga listrik
di Amerika Serikat bagian Barat telah merusak hutan-hutan diNew
York dan New
England. Pembangkit tenaga listrik
ini umumnya menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya.
Pada dasarnya Hujan asam disebabkan oleh 2 polutan udara, Sulfur Dioxide (SO2)
dan nitrogen oxides (NOx) yang keduanya dihasilkan melalui pembakaran. Akan
tetapi sekitar 50% SO2 yang ada di atmosfer diseluruh dunia terjadi secara
alami, misalnya dari letusan gunung berapi maupun kebakaran hutan secara alami.
Sedangkan 50% lainnya berasal dari kegiatan manusia, misalnya akibat pembakaran
BBF, peleburan logam dan pembangkit listrik. Minyak bumi mengadung belerang
antara 0,1% sampai 3% dan batubara 0,4% sampai 5%. Waktu BBF di bakar, belerang
tersebut beroksidasi menjadi belerang dioksida (SO2) dan lepas di udara. Oksida
belerang itu selanjutnya berubah menjadi asam sulfat (Soemarwoto O, 1992).
Hujan asam adalah suatu
masalah lingkungan yang serius yang benar-benar difikirkan oleh manusia. Ini
merupakan masalah umum yang secara berangsur-angsur mempengaruhi kehidupan
manusia. Istilah Hujan asam pertama kali diperkenalkan oleh Angus Smith ketika ia menulis tentang
polusi industri di Inggris. Tetapi istilah hujan asam tidaklah tepat, yang
benar adalah deposisi asam.
Deposisi asam ada dua jenis,
yaitu deposisi kering dan deposisi basah. Deposisi kering ialah peristiwa
kerkenanya benda dan mahluk hidup oleh asam yang ada dalam udara. Ini dapat
terjadi pada daerah perkotaan karena pencemaran udara akibat kendaraan maupun
asap pabrik. Selain itu deposisi kering juga dapat terjadi di daerah perbukitan
yang terkena angin yang membawa udara yang mengandung asam. Biasanya deposisi
jenis ini terjadi dekat dari sumber pencemaran.
Deposisi basah ialah turunnya asam dalam
bentuk hujan. Hal ini terjadi apabila asap di dalam udara larut di dalam
butir-butir air di awan. Jika turun hujan dari awan tadi, maka air hujan yang
turun bersifat asam. Deposisi asam dapat pula terjadi karena hujan turun
melalui udara yang mengandung asam sehingga asam itu terlarut ke dalam air
hujan dan turun ke bumi. Asam itu tercuci atau wash out. Deposisi jenis ini
dapat terjadi sangat jauh dari sumber pencemaran.
Hujan secara alami bersifat
asam karena Karbon Dioksida (CO2) di udara yang larut dengan air hujan memiliki
bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat karena
membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang.
Hujan pada dasarnya memiliki tingkat keasaman berkisar pH 5, apabila hujan
terkontaminasi dengan karbon dioksida dan gas klorine yang bereaksi serta
bercampur di atmosphere sehingga tingkat keasaman lebih rendah dari pH 5,
disebut dengan hujan asam.
Hujan asam diartikan sebagai segala macam hujan dengan pH di
bawah 5,6. Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6)
karena karbondioksida (CO2) di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat karena membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang.
6. DAMPAK HUJAN
ASAM
Terjadinya hujan asam harus
diwaspadai karena dampak yang ditimbulkan bersifat global dan dapat menggangu
keseimbangan ekosistem. Hujan asam memiliki dampak tidak hanya pada lingkungan
biotik, namun juga pada lingkungan abiotik, antara lain :
a.
Danau
Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya species yang bertahan. Jenis Plankton dan invertebrate merupakan mahkluk yang paling pertama mati akibat pengaruh pengasaman. Apa yang terjadi jika didanau memiliki pH dibawah 5, lebih dari 75 % dari spesies ikan akan hilang. Ini disebabkan oleh pengaruh rantai makanan, yang secara signifikan berdampak pada keberlangsungan suatu ekosistem. Tidak semua danau yang terkena hujan asam akan menjadi pengasaman, dimana telah ditemukan jenis batuan dan tanah yang dapat membantu menetralkan keasaman.
Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya species yang bertahan. Jenis Plankton dan invertebrate merupakan mahkluk yang paling pertama mati akibat pengaruh pengasaman. Apa yang terjadi jika didanau memiliki pH dibawah 5, lebih dari 75 % dari spesies ikan akan hilang. Ini disebabkan oleh pengaruh rantai makanan, yang secara signifikan berdampak pada keberlangsungan suatu ekosistem. Tidak semua danau yang terkena hujan asam akan menjadi pengasaman, dimana telah ditemukan jenis batuan dan tanah yang dapat membantu menetralkan keasaman.
Terdapat hubungan yang erat antara rendahnya pH dengan
berkurangnya populasi ikan di
danau-danau. pH di bawah 4,5 tidak memungkinkan bagi ikan untuk hidup,
sementara pH 6 atau lebih tinggi akan membantu pertumbuhan populasi ikan. Asam di dalam air akan menghambat produksi enzim dari larva ikan trout untuk keluar dari telurnya. Asam juga mengikat logam beracun seperti alumunium di danau. Alumunium akan menyebabkan beberapa ikan mengeluarkan
lendir berlebihan di sekitar insangnya sehingga ikan sulit bernapas. Pertumbuhan Phytoplankton yang menjadi sumber makanan ikan juga dihambat oleh tingginya kadar
pH.
b.
Tumbuhan dan
Hewan
Hujan asam
yang larut bersama nutrisi didalam tanah akan menyapu kandungan tersebut
sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya untuk tumbuh. Serta akan melepaskan
zat kimia beracun seperti aluminium, yang akan bercampur didalam nutrisi.
Sehingga apabila nutrisi ini
dimakan oleh tumbuhan akan menghambat pertumbuhan dan mempercepat daun
berguguran, selebihnya pohon-pohon akan terserang penyakit, kekeringan dan
mati. Seperti halnya danau, Hutan juga mempunyai kemampuan untuk menetralisir hujan
asam dengan jenis batuan dan tanah yang dapat mengurangi tingkat keasaman.
Pencemaran udara telah
menghambat fotosintesis dan immobilisasi hasil fotosintesis dengan pembentukan
metabolit sekunder yang potensial beracun. Sebagai akibatnya akar kekurangan
energi, karena hasil fotosintesis tertahan di tajuk. Sebaliknya tahuk
mengakumulasikan zat yang potensial beracun tersebut. Dengan demikian
pertumbuhan akar dan mikoriza terhambat sedangkan daunpun menjadi rontok. Pohon
menjadi lemah dan mudah terserang penyakit dan hama.
Penurunan pH tanah akibat deposisi asam juga menyebabkan terlepasnya
aluminium dari tanah dan menimbulkan keracunan. Akar yang halus akan mengalami
nekrosis sehingga penyerapan hara dan iar terhambat. Hal ini menyebabkan pohon
kekurangan air dan hara serta akhirnya mati. Hanya tumbuhan tertentu yang dapat
bertahan hidup pada daerah tersebut, hal ini akan berakibat pada hilangnya
beberapa spesies. Ini juga berarti bahwa keragaman hayati tamanan juga semakin
menurun..
Sebagaimana tumbuhan, hewan juga memiliki ambang toleransi terhadap hujan
asam. Spesies hewan tanah yang mikroskopis akan langsung mati saat pH tanah
meningkat karena sifat hewan mikroskopis adalah sangat spesifik dan rentan
terhadap perubahan lingkungan yang ekstrim. Spesies hewan yang lain juga akan
terancam karena jumlah produsen (tumbuhan) semakin sedikit. Berbagai penyakit
juga akan terjadi pada hewan karena kulitnya terkena air dengan keasaman
tinggi. Hal ini jelas akan menyebabkan kepunahan spesies.
c.
Kesehatan
Manusia
Dampak deposisi asam terhadap
kesehatan telah banyak diteliti, namun belum ada yang nyata berhubungan
langsung dengan pencemaran udara khususnya oleh senyawa Nox dan SO2. Kesulitan
yang dihadapi dkarenakan banyaknya faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang,
termasuk faktor kepekaan seseorang terhadap pencemaran yang terjadi. Misalnya
balita, orang berusia lanjut, orang dengan status gizi buruk relatif lebih
rentan terhadap pencemaran udara dibandingkan dengan orang yang sehat.
Berdasarkan hasil penelitian, sulphur dioxide yang dihasilkan oleh hujan
asam juga dapat bereaksi secara kimia didalam udara, dengan terbentuknya
partikel halus suphate, yang mana partikel halus ini akan mengikat dalam
paru-paru yang akan menyebabkan penyakit pernapasan. Selain itu juga dapat
mempertinggi resiko terkena kanker kulit karena senyawa sulfat dan nitrat
mengalami kontak langsung dengan kulit.Ion-ion beracun yang terlepas akibat
hujan asam menjadi ancaman yang besar bagi manusia. Tembaga di air berdampak pada timbulnya wabah diare pada anak dan air
tercemar alumunium dapat menyebabkan penyakit Alzheimer.
d.
Korosi
Hujan asam
juga dapat mempercepat proses pengkaratan dari beberapa material seperti batu
kapur, pasirbesi, marmer, batu pada diding beton serta logam. Ancaman serius
juga dapat terjadi pada bagunan tua serta monument termasuk candi dan patung.
Hujan asam dapat merusak batuan sebab akan melarutkan kalsium karbonat, meninggalkan
kristal pada batuan yang telah menguap. Seperti halnya sifat kristal semakin
banyak akan merusak batuan.
7. PENYEBAB HUJAN ASAM
Bukti
terjadinya peningkatan hujan asam diperoleh dari analisis es kutub. Terlihat
turunnya kadar pH sejak dimulainya Revolusi
Industri dari 6 menjadi 4,5 atau
4. Informasi lain diperoleh dari organisme yang dikenal sebagai diatom yang
menghuni kolam-kolam. Setelah bertahun-tahun, organisme-organisme yang mati
akan mengendap dalam lapisan-lapisan sedimen di dasar kolam. Pertumbuhan diatom
akan meningkat pada pH tertentu, sehingga jumlah diatom yang ditemukan di dasar
kolam akan memperlihatkan perubahan pH secara tahunan bila kita melihat ke
masing-masing lapisan tersebut.
a.
Adanya
Revolusi Industri
Sejak
dimulainya Revolusi Industri, jumlah emisi sulfur dioksida dan nitrogen oksida
ke atmosfer turut meningkat. Industri yang menggunakan bahan bakar fosil,
terutama batu bara, merupakan sumber utama meningkatnya oksida belerang ini. Pembacaan pH di
area industri kadang-kadang tercatat hingga 2,4 (tingkat keasaman cuka). Sumber-sumber ini, ditambah oleh transportasi, merupakan
penyumbang-penyumbang utama hujan asam.
b.
Penggunaan
Cerobong Asap yang Tinggi
Masalah
hujan asam tidak hanya meningkat sejalan dengan pertumbuhan populasi dan industri tetapi telah berkembang menjadi lebih luas. Penggunaan
cerobong asap yang tinggi untuk mengurangi polusi lokal berkontribusi dalam penyebaran hujan asam, karena emisi gas
yang dikeluarkannya akan masuk ke sirkulasi udara regional yang memiliki
jangkauan lebih luas. Sering sekali, hujan asam terjadi di daerah yang jauh
dari lokasi sumbernya, di mana daerah pegunungan cenderung memperoleh lebih banyak karena tingginya curah hujan di
sini.
c.
Asap
Kendaraan Bermotor
Hasil
penelitian di beberapa kota besar (Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya)
menunjukan bahwa kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara.
Hasil penelitian di Jakarta menunjukan bahwa kendaraan bermotor memberikan
kontribusi pencemaran CO sebesar 98,80%, NOx sebesar 73,40% dan HC sebesar
88,90% (Bapedal, 1992).
8. SUMBER PENIPISAN LAPISAN OZON
CFC dianggap menjadi penyebab utama
penipisan ozon. istilah penipisan ozon berarti penurunan kuantitas ozon di startosfer bumi. hilangnya ozon di stratosfer bagian
bawah pertama kali tercatat di Antartika pada 1970-an. Atmosfer bumi terdiri
dari banyak lapisan dan bentuk ozon ada di stratosfer. Chlorofluorocarbons
(CFC) untuk kuantitas kecil terdapat pada atau digunakan di Air Conditioner
(AC) dan aerosol. Zat ini saat dilepaskan akan menambah penipisan ozon, yang
menyebabkan lapisan ozon di antartika menjadi bolong. Karena penipisan ozon;
manusia dihadapkan dengan berbagai masalah lain seperti efek berbahaya dari
sinar Ultra Violet (UV) yang pada gilirannnya mempengaruhi tanaman dan berbagai
spesies hewan lainnya.
Lapisan ozon adalah lapisan di
atmosfer pada ketinggian 19 – 48 km (12 – 30 mil) di atas permukaan Bumi yang
mengandung molekul-molekul ozon. Konsentrasi ozon di lapisan ini mencapai 10
ppm dan terbentuk akibat pengaruh sinar ultraviolet Matahari terhadap
molekul-molekul oksigen. Peristiwa ini telah terjadi sejak berjuta-juta tahun
yang lalu, tetapi campuran molekul-molekul nitrogen yang muncul di atmosfer
menjaga konsentrasi ozon relatif stabil.
Ozon adalah gas beracun sehingga
bila berada dekat permukaan tanah akan berbahaya bila terhisap dan dapat
merusak paru-paru. Sebaliknya, lapisan ozon di atmosfer melindungi kehidupan di
Bumi karena ia melindunginya dari radiasi sinar ultraviolet yang dapat
menyebabkan kanker. Oleh karena itu, para ilmuan sangat khawatir ketika mereka
menemukan bahwa bahan kimia klorofluorokarbon (CFC) yang biasa digunakan
sebagai media pendingin dan gas pendorong spray aerosol, memberikan ancaman
terhadap lapisan ini. Bila dilepas ke atmosfer, zat yang mengandung klorin ini
akan dipecah oleh sinar Matahari yang menyebabkan klorin dapat bereaksi dan
menghancurkan molekul-molekul ozon. Setiap satu molekul CFC mampu menghancurkan
hingga 100.000 molekul ozon. Oleh karena itu, penggunaan CFC dalam aerosol
dilarang di Amerika Serikat dan negara-negara lain di dunia. Bahan-bahan kimia
lain seperti bromin halokarbon, dan juga nitrogen oksida dari pupuk, juga dapat
menyerang lapisan ozon.
Menipisnya lapisan ozon dalam
atmosfer bagian atas diperkirakan menjadi penyebab meningkatnya penyakit kanker
kulit dan katarak pada manusia, merusak tanaman pangan tertentu, mempengaruhi
plankton yang akan berakibat pada rantai makanan di laut, dan meningkatnya
karbondioksida akibat berkurangnya tanaman dan plankton. Sebaliknya, terlalu
banyak ozon di bagian bawah atmosfer membantu terjadinya kabut campur asap,
yang berkaitan dengan iritasi saluran pernapasan dan penyakit pernapasan akut
bagi mereka yang menderita masalah kardiopulmoner (penyakit jantung).
CFC banyak digunakan oleh masyarakat
modern dengan cara yang tidak terkira banyaknya, seperti:
1.
AC
2.
kulkas yang tidak berlabel non-CFC
3.
bahan dorong dalam penyembur (aerosol), diantaranya kaleng
semprot untuk pengharum ruangan, penyemprot rambut atau parfum
4.
pembuatan busa
5.
bahan pelarut terutama bagi kilang-kilang elektronik
9. DAMPAK
PENIPISAN LAPISAN OZON
1)
Menipisnya lapisan ozon dalam atmosfer bagian atas
diperkirakan menjadi penyebab meningkatnya penyakit kanker kulit dan katarak
pada manusia, merusak tanaman pangan tertentu, mempengaruhi plankton yang akan
berakibat pada rantai makanan di laut, dan meningkatnya karbondioksida (lihat
pemanasan global) akibat berkurangnya tanaman dan plankton. Sebaliknya, terlalu
banyak ozon di bagian bawah atmosfer membantu terjadinya kabut campur asap,
yang berkaitan dengan iritasi saluran pernapasan dan penyakit pernapasan akut
bagi mereka yang menderita masalah kardiopulmoner.
Oleh karena itu, kita semua harus memandang serius
masalah ini dan berupaya untuk mencegah atau meminimalkan penipisan lapisan
ozon di alam ini dengan cara meminimalkan penggunaan bahan-bahan yang dapat
mempertipis ozon agar generasi yang akan datang dapat mewarisi alam sekitar yang
masih bai
2)
PENCAIRAN GUNUNG ES. Lubang ozon di Antartika
disebabkan oleh penipisan lapisan ozon antara ketinggian tertentu seluruh
Antartika pada musim semi. Pembentukan ‘lubang’ tersebut terjadi setiap bulan
September dan pulih ke keadaan normal pada lewat musin semi atau awal musim
panas. Dalam bulan Oktober 1987, 1989, 1990 dan 1991, lubang ozon yang luas
telah dilacak di seluruh Antartika dengan kenaikan 60% pengurangan ozon
berbanding dengan permukaan lubang pra-ozon. Pada bulan Oktober 1991, permukaan
terendah atmosfer ozon yang pernah dicatat telah terjadi di seluruh Antartika
10. DEKLARASI STOCKHOLM
Perhatian terhadap masalah lingkungan mulai mendapat perhatian yang serius
semenjak dilangsungkannya “United Nations Conference on the Human Environment”
(Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup) di Stockholm tanggal 5 – 12 Juni
1972. Tanggal 5 Juni kemudian disepakati sebagai Hari Lingkungan Hidup sedunia.
Konferensi yang diselenggarakan oleh PBB adalah merupakan realisasi daripada
usul Swedia dalam sidang Economic and Social Council (ECOSOC) tanggal 28 Mei
1968 yang telah menghasilkan suatu “Declaration of the Human Environment”
beserta 109 Rekomendasi dapat dipandang sebagai pembuka dasawarsa
lingkungan.Untuk merealisir cita-cita yang telah dirumuskan dalam sidang badan
PBB itu telah pula dibentuk United Nations on Environmental Programe (UNEP yang
berkedudukan di Nairobi (Kenya)
Komprensi Stockholm, bermula dari Dewan Ekonomi dan
Sosial PBB mengadakan peninjauan terhadap hasil-hasil gerakan dasawarsa pembangunan
Dunia I (1960-1970) guna merumuskan strategis dasawarsa pembangunan Dunia Ke –
2, (1970-1980) (Soemartono, 1996;24). Mengenai masalah lingkungan hidup dari
wakil Swedia mengajukan saran untuk menyelenggarakan suatu konfrensi
internasional tentang lingkungan hidup. Yang pada akhirnya disepakati pada
tanggal 5-16 Juni 1972 diadakan konfrensi PBB di Stockholm – Swedia. Dengan
dikeluarkan deklarasi tentang penanganan lingkungan hidup. Deklarasi Stockholm
merupakan suatu legitimasi dasar (basic legetimation) penanganan hukum bagi
negara-negara yang berkumpul di stockholm.
Bagi negara-negara maju persoalan pembangunan tidak
menjadi masalah sedangkan faktor lingkungan menjadi masalah, sedangkan bagi
negara berkembang, diperhadapkan pada dua pilihan. Pada satu pilihan
mempercepat pertumbuhan pembangunan, sementara pada pilihan yang lain faktor
kelestarian lingkungan sangat dibutuhkan.
Walaupun demikian, Deklarasi Stockholm mengilhami
negara-negara di dunia akan pentingnya lingkungan hidup masa depan. Oleh Karena
itu telah disadari bahwa, masalah lingkungan hidup sangat menentukan
kelangsungan hidup makhluk Tuhan, termasuk manusia. Antara makhluk dan
ekologinya saling mempengaruhi dan mempunyai ketergantungan antara satu dengan
yang lainnya. Manusia memerlukan lingkungan hidup yang sehat, nyaman, baik
udara, tumbuh-tumbuhan, air maupun binatang. Demikian juga sebaliknya. Namun,
kondisi yang demikian, telah terevolusi akibat tangan-tangan manusia, yang
selalu mementingkan kepentingannya sendiri dan pemerintah pada masing-masing
negara karena mengejar pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, sering
mengeksploitasi dan mengeksploirasi lingkungan secara bebas tanpa
memperhitungkan dampak negatifnya.
Deklarasi Stockholm telah merefleksi
konsep tentang pembangunan berwawasan lingkungan. Konsep ini bukan saja
mengajak seluruh negara dan penduduk bumi untuk meningkatkan kepedulian
terhadap ancaman kerusakan lingkungan, tetapi juga melihat adanya kesejajaran
antara pembangunan dan pengelolaan lingkungan hidup dan bukan sesuatu yang
harus dipertentangkan antara satu dengan yang lain (Soejono, 1996 ; 3).
Konsep pembangunan berwawasan modern,
berbeda dengan konsep lingkungan klasik. Lingkungan klasik mengedepankan
pemanfaatan dan eksploitasi sumber-sumber daya lingkungan dengan berbagai
kepandaian manusia untuk mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin dan dalam
waktu yang sesingkat mungkin.
Deklarasi lahir dari konfrensi
Stockholm, yang mendasari kofrensi tersebut sampai dengan dikeluarkannya
Deklasrasi Stockholm merupakan peristiwa yang sangat bersejarah bagi hukum
lingkungan (Soemartono, 1996 ; 29).
Setelah terlaksananya konfrensi
Stockholm hukum lingkungan telah memperoleh posisi yang kuat, baik pada tingkat
nasional, regional maupun internasional. Suatu manfaat yang besar, adalah mulai
tumbuhnya kesatuan, pengertian dan bahasa diantara ahli hukum lingkungan dengan
menggunakan Deklarasi Stockholm sebagai referensi pertama (Soemartono, 1996 ;
29).
Masalah lingkungan di negara maju dengan
latar belakang dan faktor penyebab lingkungan yang berbeda, semula menimbulkan
suara yang sumbang dan berprasangka terhadap kofrensi Stockholm dari peserta
negara berkembang, dengan menyatakan antara lain ; Berilah kami pencemaran asal
saja kami maju (Rangkuti, 2000 ; 28-29).
Hal ini menunjukkan bahwa
keterbelakangan pembangunan pada negara-negara berkembang menghadapi suatu
dilematis. Dia mengharapkan keluar dari garis batas kemiskinan dengan
mempercepat pembangunan, namun diperhadapkan dengan faktor lingkungan hidup.
Umat manusia. Konfrensi Stockholm telah
menerima Declaration on the Human Environment yang berisi 26 asas serta menurut
kesepakatan negara-negara yang mengikuti konfrensi tersebut merupakan pedoman
bagi mereka di tahun-tahun mendatang.
Deklarasi Stockholm mengakui hak asasi
manusia. Hak hidup setiap orang untuk atau akan suatu lingkungan yang baik dan
sehat. Pada waktu yang sama, pernyataan itu juga memberikan kewajiban untuk
memelihara lingkungan hidup.
Selanjutnya, menurut Muchtar Kusuma
Atmadja (1992 : 21), apabila asas-asas umum itu diterapkan pada laut, maka atas
asas nomor 7 memberikan kewajiban kepada semua negara untuk mengambil
tindakan-tindakan guna mencegah pencemaran laut yang membahayakan kesehatan dan
kesejahteraan
manusia. Sumber kekayaan laut dan lain-lain penggunaan lingkungan laut.
11. DEKLARASI RIO DE
JENEIRO(KTT BUMI)
Bertepatan dengan peringatan ke-20 KTT Stockholm 1972 telah diselenggarakan
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Rio de Jeneiro yang disebut juga KTT Bumi
berlangsung sejak tanggal 2-14 Juni 1992. Nama resmi konferensi ini sebetulnya
bukan KTT Bumi tetapi UNCED singkatan dari United Nations Conference on
Environment and Development (Konferensi PBB tentan Lingkungan dan Pembangunan).
UNCED telah berhasil mencapai konsensus dalam pelbagai bidang yang penting dan
tertuang dalam berbagai dokumen dan perjanjian. Hasil kerja UNCED yang penting
adalah dikeluarkannya “The Rio de Jeneiro Declaration on Environment and
Development” yang menggariskan 27 prinsip fundamental tentang lingkungan dan
pembangunan.
Dari konferensi ini diperoleh dua hasil utama, yakni : Pertama, bahwa
Konferensi Rio berkaitan erat dengan dua pengertian kunci yaitu pembangunan
seluruh bumi dan perlindungan lingkungan. Kedua, bahwa jalan yang dilalui kini
telah diterangi oleh penerang baru yaitu dimensi intelektual, dimensi ekonomi
dan dimensi politik (hardjospemantri, 1994: 19-28). KTT Rio menghasilkan
“Agenda 21” dan pada dasarnya menggambarkan kerangka kerja dari suatu rencana
kerja kesepakatan masyarakat internasional yang bertujuan untuk mencapai
pembangunan berkelanjutan pada awal abad XXI.
Konferensi UNCED di Rio de Jeneriro ini menghasilkan lima dokumen penting,
yaitu:
a.
Deklarasi Rio (Rio Declaration)
b.
Agenda menjelang abad 21 (Agenda 21)
c.
Pengaturan hutan dunia yang tidak mengikat
d.
Konvensi perubahan iklim dunia (global climate change
convention)
e.
Konvensi keanekaragaman hayati (biodiversity
convention)
Dokumen a sampai dengan c tidak mengikat, sedangkan konvensi d dan e
setelah ratifikasi akan mengikat 154 negara yang mendatanginya. Tujuan penting
dari prinsip-prinsip tersebut adalah untuk membentuk kemitraan global baru dan
seimbang dengan cara mewujudkan tingkat kerjasama baru dan erat diantara
negara-negara. Sektor-sektor masyarakat penting dan seluruh rakyat pada
umumnya. Prinsip pertama adalah pernyataan bahwa manusia adalah pusat perhatian
dari pembangunan berkelanjutan. Manusia berhak atas hidup yang sehat dan
produktif dalam keserasian dengan alam.
Prinsip lainnya mengajukan agar setiap bangsa dan negara bekerja sama untuk
menghapuskan kemiskinan yang merupakan syarat utama guna mewujudkan pembangunan
berkelanjutan.
Agenda 21 secara garis besar meliputi hal-hal sebagai berikut:
a)
Mengadakan kerjasama internasional untuk meningkatkan
pembangunan berkelanjutan di negara berkembang.
b)
Memerangi kemiskinan.
c)
Mengubah pola konsumsi.
d)
Mengembangkan dinamika demografi dan berkelanjutan.
e)
Melindungi dan memajukan kesehatan manusia.
f)
Memajukan pemukiman berkelanjutan
g)
Menetapkan kebijaksanaan untuk pembangunan
berkelanjutan
h)
Melindungi atmosfir
i)
Melaksanakan transisi energi
j)
Melaksanakan pendekatan integratif untuk penggunaan
sumber daya tanah;
KTT Bumi berupaya
manyatukan perhatian dunia tentang masalah lingkungan yang terjadi.
Masalah tersebut sangat berkaitan erat de3ngan kondisi ekonomi dan masalah keadilan sosial. Kon ferensi ini juga mendeklarasikan bahwa
jika rakyat miskin dan ekonomi nasionalnya lemah, maka lingkungannya yang
menderita. Jika lingkungan hidup disalah gunakan dan sumber daya-nya dikonsumsi
secara berlebihan, akibatnya rakyat akan menderita dan perekonomian-pun akan
morat-marit.
Tujuan utama KTT Bumi ini adalah untuk menghasilkan agenda lanjutan,
sebagai sebuah perencanaan bagi gerakan internasional dalam menghadapi isu-isu
lingkungan hidup dan pemb angunan. Perencanaan tersebut
akan membantu memberi arahan bagi suatu kerja sama internasional serta
pembuatan kebujakan pembangunan ke depan.
Konferensi Rio kemudian menyepakati bahwa
konsep pembangunan berkelanjutan merupakan tujuan dari setiap manusia.
Bagaimanapun, menyatukan dan menyeimbangkan perhatian di bidang ekonomi, sosial
dan lingkungan membutuhkan cara pandang baru. Baik mengenai bagaimana kita
menghasilkan dan memakai sumberdaya, bagaimana kita hidup, bagaimana kits
bekerja, bagaimana kita bergaul dengan orang lain, atau bagaimana cara kita
membuat keputusan. Konsep ini menjadi perdebatan panjang, baik dikalangan
pemerintahan, juga antara pemerintah dan masyarakatnya tentang bagaimana
mencapai keberlanjutan tersebut.
Konferensi Rio de Janeiro menghasilkan lima dokumen,
yaitu : Deklarasi Rio de Janeiro ,tentang
Lingkungan Hidup dan Pembangunan (The Rio
de Janeiro Declaration on Environment and Development ) juga dikenal
dengan “Earth Chapter” terdiri atas
27 prinsip yang memacu dan memprakarsai kerja sama internasional, perlunya
pembangunan dilanjutkan dengan prinsip perlindungan lingkungan, dan perlu
adanya analisis mengenai dampak lingkungan. Deklarasi ini juga mengakui
pentingnya peran serta masyarakat yang tidak hanya dikonsultasi mengenai
rencana pembangunan, tetapi juga ikut serta dalam pengambilan keputusan, serta
aktif dalam proses pelaksanaan dan ikut menikmati hasil pembangunan itu.
12. DEKLARASI KYOTO
Protokol Kyoto adalah sebuah persetujuan sah di mana
negara-negara perindustrian akan mengurangi emisi gas rumah kaca mereka secara
kolektif sebesar 5,2% dibandingkan dengan tahun 1990 (namun yang perlu
diperhatikan adalah, jika dibandingkan dengan perkiraan jumlah emisi pada tahun
2010 tanpa Protokol, target ini berarti pengurangan sebesar 29%). Tujuannya
adalah untuk mengurangi rata-rata emisi dari enam gas rumah kaca – karbon
dioksida, metan, nitrous oxide, sulfur heksafluorida, HFC, dan PFC – yang
dihitung sebagai rata-rataselama masa lima tahun antara 2008-12. Target
nasional berkiasar dari pengurangan 6% untuk Uni Eropa, 7% untuk AS, 6% untuk
Jepang, 0% untuk Rusia, dan penambahan yang diizinkan sebesar 8% untuk
Australia dan 10% untuk Islandia.(Sumber Wikipedia)
Target penurunan emisi dikenal dengan nama quantified emission
limitation and reducation commitment (QELROs) merupakan pokok
permasalahan dalam seluruh urusan Protokol Kyoto dengan memiliki implikasi
serta mengikat secara hukum, adanya periode komitmen, digunakannya rosot (sink)
untuk mencapai target, adanya jatah emisi setiap pihak di Annex I, dan
dimasukannya enam jenis gas rumah kaca seperti CO2, CH4,
N2O, HFC, PFC dan SF6 (basket of gases) dan
disertakan dengan CO2.
Protokol Kyoto adalah protokol kepada Konvensi Rangka Kerja PBB tentang
Perubahan Iklim atau yang dikenal sebagai UNFCCC. UNFCCC ini diadopsi pada Pertemuan Bumi di Rio de Jenerio pada 1992.
Semua pihak dalam UNFCCC dapat menanda tangani atau meratifikasi Protokol
Kyoto, sementara pihak luar tidak diperbolehkan. Protokol Kyoto diadopsi pada
sesi ketiga Konferensi Pihak KonvensiUNFCCC pada 1997 di Kyoto, Jepang.
Dalam
Deklarasi Kyoto terdapat sembilan butir komitmen yang berkaitan dengan
implementasi EST, di antaranya pembuatan kebijakan, strategi dan program
terintegrasi dengan memperhatikan aspek kesehatan masyarakat. Selain itu,
penataan ruang, lingkungan hidup, infrastruktur transportasi yang ramah kepada
masyarakat, perencanaan transportasi publik, kesamaan hak sosial, keselamatan
di jalan raya, pengurangan polusi dan emisi kendaraan pada efek gas rumah kaca,
dan peningkatan peran serta masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Isu
lingkungan global merupakan permasalahan lingkungan dan dampak yang ditimbulkan
dari permasalahan lingkungan tersebut mengakibatkan dampak yang luas dan serius
bagi dunia serta menyeluruh.dampak dari permasalahan lingkungan ni adalah:
v Efek rumah
kaca: Gas-gas ini menyerap dan
memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas
tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus
sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat..
v dampak
pemanasan global terhadap cuaca, tinggi
permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan
hewan liar dan kesehatan manusia.
v Secara alami hujan asam dapat terjadi akibat semburan dari gunung
berapi dan dari proses biologis
di tanah, rawa, dan laut.
v Terjadinya hujan asam harus diwaspadai karena dampak yang ditimbulkan
bersifat global dan dapat menggangu keseimbangan ekosistem. Hujan asam memiliki
dampak tidak hanya pada lingkungan biotik, namun juga pada lingkungan abiotik
v Lapisan ozon
adalah lapisan di atmosfer pada ketinggian 19 – 48 km (12 – 30 mil) di atas
permukaan Bumi yang mengandung molekul-molekul ozon.
v Dalam
Deklarasi Kyoto terdapat sembilan butir komitmen yang berkaitan dengan
implementasi EST, di antaranya pembuatan kebijakan, strategi dan program
terintegrasi dengan memperhatikan aspek kesehatan masyarakat.
v Deklarasi
Rio de Janeiro ,tentang Lingkungan Hidup dan
Pembangunan (The Rio de Janeiro
Declaration on Environment and Development ) juga dikenal dengan “Earth Chapter” terdiri atas 27 prinsip
yang memacu dan memprakarsai kerja sama internasional, perlunya pembangunan
dilanjutkan dengan prinsip perlindungan lingkungan, dan perlu adanya analisis
mengenai dampak lingkungan. Deklarasi ini juga mengakui pentingnya peran serta
masyarakat yang tidak hanya dikonsultasi mengenai rencana pembangunan, tetapi
juga ikut serta dalam pengambilan keputusan, serta aktif dalam proses
pelaksanaan dan ikut menikmati hasil pembangunan itu.
v Deklarasi
Stockholm merupakan suatu legitimasi dasar (basic legetimation) penanganan
hukum bagi negara-negara yang berkumpul di stockholm. Deklarasi Stockholm
mengakui hak asasi manusia. Hak hidup setiap orang untuk atau akan suatu
lingkungan yang baik dan sehat. Pada waktu yang sama, pernyataan itu juga
memberikan kewajiban untuk memelihara lingkungan hidup.
DAFTAR
PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Siklus_air”>siklus
air
Koesnadi Hardjosoemantri ,
2006, Hukum Tata Lingkungan, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Mitchel Bruce, Setiawan,
Dwita, 2007, Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan, Gajah Mada
University Press, Yogyakarta.
Supriadi, 2008 , Hukum Lingkungan Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta.
Soerjani, Arief, Dedi, 2006, Lingkungan Hidup Pendidikan, Pengelolaan
Lingkungan Dan Pembangunan Berkelanjutan, Yayasan ainstitut Pendidikan Dan Pengembangan Lingkungan (IPPL),
Jakarta.
Soemarwoto, Otto, 2008, Ekologi Lingkungan
Hidup dan Pembangunan,
Djambatan, Jakarta
Koesnadi Hardjosoemantri ,
2006, Hukum Tata Lingkungan, Gajah
Mada University Press, Yogyakarta.
Mitchel Bruce, Setiawan,
Dwita, 2007, Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Supriadi, 2008 , Hukum Lingkungan Di Indonesia, Sinar
Grafika, Jakarta.
Soerjani, Arief, Dedi, 2006, Lingkungan Hidup Pendidikan, Pengelolaan
Lingkungan Dan Pembangunan Berkelanjutan, Yayasan ainstitut Pendidikan Dan
Pengembangan Lingkungan (IPPL), Jakarta.
Soemarwoto, Otto, 2008, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan,
Djambatan, Jakarta.
.