BERANI BERKARYA

WELCOME TO MY BLOG

Rabu, 08 Oktober 2014

TEORI BELAJAR HUMANISTIK


MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
TEORI BELAJAR HUMANISTIK




DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK IV


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN IKIP MATARAM
2014



KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan Makalah Teori Humanistik” ini dengan tepat waktu.
Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada Dosen pengajar yang telah membimbing dalam proses pembelajaran. Makalah  ini disusun sebagai tugas dari Dosen pengajar sebagai salah satu bahan penilaian agar sekiranya dapat bermaanfaat bagi seluruh para pembaca.
Kami menyadari bahwa di dalam membuat Makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran kami harapkan sebagai bahan koreksi demi kesempurnaan pembuatan Makalah selanjutnya.
Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
                                                                                               



Mataram,    April 2014


Penyusun




DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar........................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
      A.     Latar Belakang………………………………………………………...........1
      B.     Rumusan Masalah…………………………………………………..............2
      C.     Tujuan...................................………………………………………….........2

BAB II PEMBAHASAN
      A.     Pengertian  teori belajar humanistik………………………………..............3
      B.     Tokoh-tokoh teori humanistik………………………………………...........4
C.  Ciri-ciri dan Prinsip dalam Teori Belajar Humanistik.......................…..........9
D. Aplikasi dan Implikasi dari Penerapan Teori Belajar Humanistik dalam  Pembelajaran..................................................................................................11
E.  Kekurangan dan kelebihan teori belajar humanisme……………...................16

BAB IIIPENUTUP
      A.     Kesimpulan ………………………………………………………….........17
     
      DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Aliran humanisme  muncul pada tahun 90-an sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap pendekatan psikoanalisa dan behabvioristik. Sebagai sebuah aliran dalam psikologi, aliran ini boleh dikatakan relative masih muda, bahkan beberapa ahlinya masih hidup dan terus-menerus mengeluarkan konsep yag relevan dengan bidang pengkajian psikologi, yang sangat menekankan pentingnya kesadaran, aktualisasi diri, dan ha-hal yang bersifat positif tentang manusia.
Pengertian humanisik yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya dalam dunia pendidikan yang beragam pula. Teori humanisme menyatakan bahwa bagian terpenting dalam proses pembelajaran adalah unsure manusianya. Humanisme lebih melihat sisi perkembangan kepribadian manusia dibandingkan berfokus pada “ketidaknormala”atau “sakit”.manusia akan mempunyai kemampuan positif untuk menyembuhkan diri dari “sakit” tersebut, sehingga sisi positif inilah yang ingin dikembangka oleh teori humanisme
Teori belajar humanisme bertujuan bahwa belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika telah memhami lingkungan dan dirinya sendiri. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya bukan dati sudut pandang pengamatnya. Teori belajar ini sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang ilmu filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi dibanding tentang psikologi belajar. Teori humanisme lebih mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan unttuk membentuk manusia yang dicita-citakan serta tentang proses belajar dalam bentuk yang paling ideal.

 Selain teori behavioristik dan teori kognitif, teori belajar humanisme juga perlu untuk dipahami. Menurut teori humanisme, proses belajar harus dimulai dan ditunjukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori humanisme sifatnya lebih abstrak dan mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi dari pada bidang kajian psikologi belajar. Teori humanisme sangat mementingkan isi yang dipelajari daripada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada pemahaman tentang prosesbelajar sebagaimana apa adanya, seperti yang selama ini dikaji oleh teori-teori belajar lainnya
B.   Rumusan Masalah
1.     Menjelaskan pengertian belajar menurut teori humanistik.
2.     Menjelaskan pandangan bebrapa tokoh terhadap belajar menurut teori humanistik.
3.     Bagaimana Aplikasi Teori Belajar Humanistik?
4.     Kekurangan dan kelebihan teori belajar humanisme
C.  Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian teori belajar humanistik.
2.      Menjelaskan pandangan bebrapa tokoh terhadap belajar menurut teori humanistik.
3.      Bagaimana Aplikasi Teori Belajar Humanistik?
4.      Kekurangan dan kelebihan teori belajar humanisme



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Teori Belajar Humanistik
Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar humanistic sifatnya lebih abstrak dan mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi dari pada bidang kajian psikologi belajar. Teori ini lebih tertarik pada pengertan belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada pemahaman tentang proses belajar sebagaimana apa adanya, seperti yang elah dikaji oleh teori belajar lainnya.
Pendekatan belajar yang dikemukakan oleh Ausubel tentang belajar bermakna atau “meaningful learning” yang juga tergolong dalam aliran kognitif ini, mengatakan  bahwa belajar merupakan asimilasi bermakna. Faktor dan pengalaman emosional sangat penting dalam peristiwa belajar, sebab tanpa motivasi dan keinginan dari pihak si belajar, maka tidak akan terjadi aaimilasi pengetahuan baru kedalam struktur kognitif yang telah dimilikinya. Teori humanistic berpendapat bahwa teori blajar apapun dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, sert realisasi diri orang yang belajar, secara optimal.Pemahaman terhadap belajar diidealkan menjadi tori humanistik dapat memnfaatkan teori belajar apapun asal tujuannya untuk memanusiakan manusia. Tidak dapat disangkal lagi bahwa setiap pendirian atau pendekatan belajar tertentu, aka nada kebaikan dan ada pula kelemahannya. Tori humanistic akan memanfaatkan teori-teori apapun, asal tujuannya tercapai, yaitu memanusiakan manusia.Manusia adalah makhluk yang kompleks. Banyak ahli didalam menyusun teorinya hanya terpukau pada aspek tertentu yang menjadi pusat perhatiannya. Dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu setiap ahli penelitiannya dari sudut pandangnya masing-masing. Maka akan terdapat berbagai teori tentang belajar sesuai dengan pandangan maing-masing.
Dengan demikian teori humanistic dengan pandangannya yang elektik yaitu dengna memanfaatkan atau merangkum berbagai teori belajar dngan tujuan untuk memanusiakan manusia bukan saja mungkin untuk dilakukan, tetapi justru harus dilakukan.
B.  Tokoh Teori Humanistik
1. Carl Ransom Rogers
Carl Rogers, seorang psikolog humanistik, mengutarakan sebuah teori yang disebut dengan teori pribadi terpusat. Dalam pandangan Rogers, konsep diri merupakan hal terpenting dalam kepribadian, dan konsep diri ini juga mencakup kesemua aspek pemikiran, perasaan, serta keyakinan yang disadari oleh manusia dalam konsep dirinya.
Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).
Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positip tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan.
.
Pada dasarnya, ide pokok dari teori – teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah – masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.
Menurut Rogers, yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu :
1.   Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar
2.   Siswa akan mempelajari hal- hal yang bermakna bagi dirinya.
    3.  Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide   baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
5.  Belajar yang optimal akan terjadi bila siswa berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam proses belajar.
6.  Belajar mengalami (experiental learning) dapat terjadi, bila siswa mengevaluasi dirinya sendiri. Belajar mengalami, dapat memberi peluang untuk belajar kreatif, self evaluation dan kritik diri. Hal ini berarti bahwa evaluasi dari instruktur bersifat sekunder.
7. Belajar mengalami, menuntut keterlibatan siswa secara penuh dan sungguh-sungguh.
Rogers  mengemukakan saran tentang langkah-langhkah pembelajaran yang perlu dilakukan oleh guru. Saran pembelajaran itu meliputi hal berikut :
a.     Guru memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih belajar secara terstruktur.
b.    Guru dan siswa membuat kontrak belajar.
c.    Guru menggunakan metode inkuiri, atau belajar menemukan (discovery learning).
d.   Guru menggunakan metode simulasi.
e.    Guru mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati perasaan dan berpartisipasi dengan kelompok lain.
f.     Guru bertindak sebagai fasilitator belajar.
g.    Sebaiknya guru menggunakan pengajaran berprogram, agar tercipta peluang bagi siswa untuk timbulnya kreativitas.
Ciri- ciri guru yang fasilitatif adalah sebagai berikut:
1.   Merespon perasaan siswa
2.   Menggunakan ide- ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
3.   Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
4.   Menghargai siswa
5.   Kesesuaian antara pelaku dan perbuatan
6.   Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa
7.   Tersenyum pada siswa.                               
Dari penelitian diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa, meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik, mengurangi tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa- siswa menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.

2. Abraham Maslow
Abraham H. Maslow adalah tokoh yang menonjol dalam psikologi humanisme. Karyanya di bidang pemenuhan kebutuhan berpengaruh sekali terhadap upaya memahami motivasi manusia. Sebagian dari teorinya yang penting didasrkan atas asumsi bahwa dalam diri manusia terdapat dorongan positif untuk tumbuh dan kekuatan-kekuatan yang melawan atau menghalangi pertumbuhan.
Maslow, berpendapat, bahwa manusia memiliki hierarki kebutuhan yang dimulai dari kebutuhan jasmaniah yang paling asasi sampai dengan kebutuhan tertinggi. Kebutuhan tersebut terbagi dalam lima tingkatan yaitu:
a.  Kebutuhan jasmaniah atau dasar (basic needs), seperti makan, minum, tidur, dan sex menuntut sekali untuk dipuaskan.
b.  Kebutuhan akan rasa aman (safety needs), kebutuhan kesehatan, keamanan lingkungan, lapangan kerja, sumber daya, dan terhindar dari bencana.
c.  Kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai (belongingnees needs), butuh cinta, persahabatan, dan keluarga,kebutuhan menjadi anggota kelompok, dan sebagainya.
d. Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), butuh kepercayaan diri, harga diri, prestasi, dan penghargaan dari orang lain.
e.  Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs), moralitas, kreativitas, dan ekspresi diri.
                    Maslow membedakan antara empat kebutuhan pertama dengan satu kebutuhan yang berikutnya (kebutuhan teratas). Keempat kebutuhan yang pertama disebut deficiency neds (kebutuhan yang timbul karena kekurangan) pemenuhan kebutuhan ini pada umumnyabergantung pada orng lain. Sedangkan satu kebutuhan yang lain dinamakan growth needs (kebutuhan untuk tumbuh) dan pemenuhannya lebih bergantung pada manusia itu sendiri.
Apabila seseorang telah dapat memenuhi semua kebutuhan yang tingkatannya lebih rendah tadi, maka motivasi lalu diarahkan kepada terpenuhinyankebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk mengembangkan potensi atau bakat dan kecenderungan tertentu. Bagaimana cara aktualisasi diri ini tampil,tidaklah sama pada setiap orang. Sesudah kebutuhan ini, muncul kebutuhan untuk tahu dan mengerti, yakni dorongan untuk mencari tahu, memperoleh ilmu dan pemahaman.
Implikasi dari teori Maslow dalam dunia pendidikan sangat penting. Dalam proses belajar-mengajar misalnya, guru mestinnya memperhatikan teori ini. Apabila guru menemukan kesulitan untuk memahami mengapa anak-anak tertentu tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengapa anak tidak dapat tenang di dalam kelas, atau bahkan mengapa anak-anak tidak memiliki motivasi untuk belajar. Menurut Maslow, guru tidak bias menyalahkan anak atas kejadian ini secara langsung, sebelum memahami barangkali ada proses tidak terpenuhinya kebutuhan anak yang berada di bawah kebutuhan untuk tahu dan mengerti.bisa jadi anak-anak tersebut belum atau tidak melakukan makan pagi yang cukup, smalaman tidak tidur dengan nyenyak, atau ada masalah pribadi/keluarga yang membuatnya cemas dan takut, dan lain-lain.
3.      Arthur Combs
Perasaan, persepsi, keyakinan dan maksud merupakan perilaku-perilaku batiniah yang menyebabkan seseorang berbeda dengan yang lain. Agar dapat memahami orang lain, seseorang harus melihat dunia orang lain tersebut, bagaimana ia berpikir dan merasa tentang dirinya. Itulah sebabnya, untuk mengubah perilaku orang lain, seseorang harus mengubah persepsinya. Sesungguhnya para ahli psikologi humanisme melihat dua bagian belajar, yaitu diperoleh informasi baru dan personalisasi informasi baru tersebut.
a. Pemerolehan informasi baru
Peserta didik akan tertarik dan bersemangat untuk belajar jika apa yang dipelajari akan menjadi suatu informasi baru yang bermakna dan bermanfaat bagi dirinya.
b. Personalisasi informasi baru
Informasi baru yang dipahami peserta didik itu bukan hasil transfer langsung dari guru ke peserta didik. Peserta didik sendirilah yang mecerna dan mengolah apa yang disampaikan oleh guru menjadi sesuaidan bermakna. Atrinya informasi itu diperolehnya sendiri dan peserta didik menjadi pemilik informasi tersebut. Peran guru disini adalah sebagai pembimbing yang mengarahkan.

Keliru jika guru berpendapatbahwa murid akan mudah belajar kalua bahan pelajaran disusun dengan rapid an disampaikan dengan baik, tetapi arti dan maknanya tidak melekat pada bahan ajar itu, murid sendirilah yang mencerna dan menyerap arti dan makna bahan pelajaran tersebut ke dalam dirinya. Yang menjadi masalah dalam mengajar bukanlah bagaimana pelajaran itu disampaikan,tetapi bagaimana membantu murid memetik arti dan makna yang terkandung di dalam bahan pelajaran tersebut dengan hidup dan kehidupan mereka, guru boleh bersenang hati bahwa misinya telah berhasil.
Semakin jauh hal-hal yang terjadi di luar diri seseorang (dunia) dari pusat lingkaran lingkaran (persepsi diri),semakin kurang pengaruhnya terhadap seseoarang. Sebaliknya, semakin dekat hal-hal tersebut dengan pusat lingkaran, maka semakin besar pengaruhnya terhadap seseorang dalam berperilaku. Jadi jelaslah maka semakin  banyak hal yang dipelajari oleh murid segera dilupakan, karena tidak adakaitanya sama sekali dengan dirinya.
C.     Ciri-ciri dan Prinsip dalam Teori Belajar Humanistik
1.Ciri-ciri teori belajar humanistik
Pendekatan humanisme dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat. Ketrampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik.
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika siswa memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Ada salah satu ide penting dalam teori belajar humanisme yaitu siswa harus mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa mengetahui apa yang dipelajarinya serta tahu seberapa besar siswa tersebut dapat memahaminya. Dan juga siswa dapat mengetahui mana, kapan, dan bagaimana mereka akan belajar. Dengan demikian maka siswa diharapkan mendapat manfaat dan kegunaan dari hasil belajar bagi dirinya sendiri. Aliran humanisme memandang belajar sebagai sebuah proses yang terjadi dalam individu yang meliputi bagian/domain yang ada yaitu dapat meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dengan kata lain, pendekatan humanisme menekankan pentingnya emosi atau perasaan, komunikasi terbuka, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap siswa. Untuk itu, metode pembelajaran humanistik mengarah pada upaya untuk mengasah nilai-nilai kemanusiaan siswa. Sehingga para pendidik/guru diharapkan dalam pembelajaran lebih menekankan nilai-nilai kerjasama, saling membantu, dan menguntungkan, kejujuran dan kreativitas untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran sehingga menghasilkan suatu proses pembelajaran yang diharapkan sesuai dengan tujuan dan hasil belajar yang dicapai siswa.[1][14]

2.      Prinsip Teori belajar humanistik
Beberapa prinsip Teori belajar Humanistik:
a.         Manusia mempunyai belajar alami.
b.         Belajar signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempuyai relevansi dengan maksud tertentu.
c.         Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.
d.        Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan bila ancaman itu kecil.
e.         Bila ancaman itu rendah terdapat pangalaman siswa dalam memperoleh cara.
f.          Belajar yang bermakna  diperoleh jika siswa melakukannya.
g.         Belajar lancar jika siswa dilibatkan dalam proses belajar.
h.         Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam.
i.           Kepercayaan pada diri siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri.
j.           Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.

D. Aplikasi dan Implikasi dari Penerapan Teori Belajar Humanistik dalam Pembelajaran
1.Aplikasi Teori Belajar Humanistik
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. 
Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
1.Merumuskan tujuan belajar yang jelas
2.Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif.
3.Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri
4.Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
5.Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan.
6.Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
7.Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
8.Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan. Keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.
2 . Implikasi Teori Belajar Humanistik
1. Guru Sebagai Fasilitator
            Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.  Berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa (petunjuk). 
a) Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas
b) Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
c) Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
d) Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
e) Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
f) Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
g) Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
h) Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa
i) Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
j) Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
1.Merespon perasaan siswa
2.Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
3.Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
4.Menghargai siswa
5.Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
6.Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa)
7.Tersenyum pada siswa
3.      Aplikasi Teori Belajar Humanistik dalam Kegiatan Pembelajaran
Teori humanistik sering dikritik karena sukar diterapkan dalam konteks yang lebih praktis. Karena dianggap lebih dekat dengan bidang filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi dari pada bidang pendidikan, sehingga sukar dalam menerjemahkannya ke dalam langkah-langkah yang lebih konkret dan praktis. Namun, karena sifatnya yang ideal, yaitu memanusiakan manusia, maka teori humanistik mampu memberikan arah terhadap semua komponen pembelajaran untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut.Semua komponen pendidikan termasuk tujuan pendidikan diarahkan pada terbentuknya manusia yang ideal, manusia yang dicita-citakan, yaitu manusia yang mampu mencapai aktualisasi diri.
Teori humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan pada konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai tujuannya. Ide-ide, konsep-konsep, taksonomi-taksonomi tujuan uang telah dirumuskannya dapat membantu para pendidik dan guru untuk memahami hakekat kejiwaan manusia. Hal ini akan dapat membantu mereka dalam menentukan komponen-komponen pembelajaran seperti perumusan tujuan, penentuan materi, pemilihan strategi pembelajaran, serta pengembangan alat evaluasi, ke arah pembentukan manusia yang di cita-citakan. Kegiatan pembelajaran yang dirancang secara sistematis, tahap demi tahap secara ketat, sebagaimana tujuan-tujuan pembelajaran yang telah dinyatakan secara eksplisit dan dapat diukur, kondisi belajar yang diatur dan ditentukan, serta pengalaman-pengalaman belajar yang dipilih untuk siswa, mungkin saja berguna bagi guru tetapi tidak berarti bagi siswa (Rogers dalam Snelbecker, 1974). Hal ini tidak sejalan dengan teori humanistik. Menurut teori ini, agar belajar bermakna bagi siswa, diperlukan inisiatif dan keterlibatan penuh dari siswa sendiri. Maka siswa akan mengalami belajar eksperensial.
Dalam prakteknya teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Oleh karena itu, walaupun secara eksplisit belum ada pedoman baku tentang langkah-langkah pembajaran dengan pendekatan humanistik, namun paling tidak langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irawan (2001) dapat digunakan sebagai acuan. Langkah-langkah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran.
2. Menentukan materi pelajaran.
3. Mengidentifikasi kemampuan awal siswa.
4. Mengidentifikasi topik-topik pelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif melibatkan diri atau mengalami dalam belajar.
5. Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran.
6. Membimbing siswa belajar secara aktif.
7. Membimbing siswa untuk memahami hakikat makna dari pengalaman belajarnya.
8. Membimbing siswa membuat konseptualisasi pengalaman belajarnya.
9. Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke situasi nyata.
10. Mengevaluasi proses dan hasil belajar.
E. Kekurangan dan kelebihan teori belajar humanisme

1. Kekurangan
Peserta didik kesulitandalam mengenali diri dan potensi-potensi yang ada pada diri mereka.

2. Kelebihan
Dalam pembelajaran pada teori ini siswa dituntutuntuk berusaha agar lambat laun mampu mencapai aktualisai diri dengan sebaik-baiknya.
Selain itu Teori humanistik mempunyai pengaruh yang signifikan pada ilmu psikologi dan budaya populer. Sekarang ini banyak psikolog yang menerima gagasan ini ketika teori tersebut membahas tentang kepribadian, pengalaman subjektif manusia mempunyai bobot yang lebih tinggi daripada relitas



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Demikian yang dapat kami berikan kepada sahabat-sahabat mahasiswa, dapat kami berikan sedikit kesimpulan awal, bahwa:
1.      Teori Belajar Humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusisa serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya
2.      Tokoh dalam teori ini adalah C. Roger dan Arthur Comb.
3.      Aplikasi dalam teori ini, Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku. Serta guru hanya sebagai fasilitator.
  1. Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
    1. Merespon perasaan siswa
    2. Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
    3. Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
    4. Menghargai siswa
    5. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
    6. Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa)
    7. Tersenyum pada siswa






Tidak ada komentar:

Posting Komentar