MAKALAH
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
TEORI
BELAJAR HUMANISTIK
DI
SUSUN OLEH:
KELOMPOK
IV
JURUSAN
KIMIA
FAKULTAS
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
INSTITUT
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN IKIP MATARAM
2014
KATA
PENGANTAR
Pertama-tama
kami panjatkan puji dan syukur atas
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan Makalah “Teori Humanistik” ini dengan tepat waktu.
Tak
lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada Dosen pengajar yang telah membimbing
dalam proses pembelajaran. Makalah ini disusun sebagai tugas dari Dosen pengajar
sebagai salah satu bahan penilaian agar sekiranya dapat
bermaanfaat bagi seluruh para pembaca.
Kami menyadari bahwa di dalam membuat Makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran kami harapkan
sebagai bahan koreksi demi kesempurnaan pembuatan Makalah selanjutnya.
Atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Mataram, April 2014
Penyusun
DAFTAR
ISI
Halaman Judul
Kata
Pengantar........................................................................................................i
Daftar
Isi.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang………………………………………………………...........1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………..............2
C.
Tujuan...................................………………………………………….........2
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pengertian teori belajar humanistik………………………………..............3
B.
Tokoh-tokoh teori humanistik………………………………………...........4
C. Ciri-ciri dan Prinsip dalam Teori
Belajar Humanistik.......................…..........9
D. Aplikasi
dan Implikasi dari Penerapan Teori Belajar Humanistik dalam Pembelajaran..................................................................................................11
E. Kekurangan dan kelebihan teori belajar humanisme……………...................16
BAB
IIIPENUTUP
A.
Kesimpulan ………………………………………………………….........17
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aliran
humanisme muncul pada tahun 90-an
sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap pendekatan psikoanalisa dan
behabvioristik. Sebagai sebuah aliran dalam psikologi, aliran ini boleh
dikatakan relative masih muda, bahkan beberapa ahlinya masih hidup dan
terus-menerus mengeluarkan konsep yag relevan dengan bidang pengkajian
psikologi, yang sangat menekankan pentingnya kesadaran, aktualisasi diri, dan
ha-hal yang bersifat positif tentang manusia.
Pengertian
humanisik yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya dalam dunia
pendidikan yang beragam pula. Teori humanisme menyatakan bahwa bagian
terpenting dalam proses pembelajaran adalah unsure manusianya. Humanisme lebih
melihat sisi perkembangan kepribadian manusia dibandingkan berfokus pada
“ketidaknormala”atau “sakit”.manusia akan mempunyai kemampuan positif untuk
menyembuhkan diri dari “sakit” tersebut, sehingga sisi positif inilah yang
ingin dikembangka oleh teori humanisme
Teori belajar
humanisme bertujuan bahwa belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses
belajar dianggap berhasil jika telah memhami lingkungan dan dirinya sendiri.
Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang
pelakunya bukan dati sudut pandang pengamatnya. Teori belajar ini sifatnya
lebih abstrak dan lebih mendekati bidang ilmu filsafat, teori kepribadian dan
psikoterapi dibanding tentang psikologi belajar. Teori humanisme lebih
mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri. Teori
belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan unttuk
membentuk manusia yang dicita-citakan serta tentang proses belajar dalam bentuk
yang paling ideal.
Selain teori behavioristik dan teori kognitif,
teori belajar humanisme juga perlu untuk dipahami. Menurut teori humanisme,
proses belajar harus dimulai dan ditunjukan untuk kepentingan memanusiakan
manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori humanisme sifatnya lebih abstrak dan
mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi dari pada
bidang kajian psikologi belajar. Teori humanisme sangat mementingkan isi yang
dipelajari daripada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak
berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang
dicita-citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal.
Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada pemahaman tentang prosesbelajar
sebagaimana apa adanya, seperti yang selama ini dikaji oleh teori-teori belajar
lainnya
B.
Rumusan Masalah
1. Menjelaskan
pengertian belajar menurut teori humanistik.
2. Menjelaskan
pandangan bebrapa tokoh terhadap belajar menurut teori humanistik.
3. Bagaimana
Aplikasi Teori Belajar Humanistik?
4. Kekurangan
dan kelebihan teori belajar humanisme
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian teori belajar
humanistik.
2.
Menjelaskan pandangan bebrapa tokoh
terhadap belajar menurut teori humanistik.
3.
Bagaimana Aplikasi Teori Belajar Humanistik?
4.
Kekurangan dan kelebihan teori belajar
humanisme
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Teori Belajar Humanistik
Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai
dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab
itu, teori belajar humanistic sifatnya lebih abstrak dan mendekati bidang
kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi dari pada bidang kajian
psikologi belajar. Teori ini lebih tertarik pada pengertan belajar dalam
bentuknya yang paling ideal dari pada pemahaman tentang proses belajar
sebagaimana apa adanya, seperti yang elah dikaji oleh teori belajar lainnya.
Pendekatan belajar yang dikemukakan oleh Ausubel tentang
belajar bermakna atau “meaningful learning” yang juga tergolong dalam aliran
kognitif ini, mengatakan bahwa belajar merupakan asimilasi bermakna.
Faktor dan pengalaman emosional sangat penting dalam peristiwa belajar, sebab
tanpa motivasi dan keinginan dari pihak si belajar, maka tidak akan terjadi
aaimilasi pengetahuan baru kedalam struktur kognitif yang telah dimilikinya.
Teori humanistic berpendapat bahwa teori blajar apapun dapat dimanfaatkan, asal
tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman
diri, sert realisasi diri orang yang belajar, secara optimal.Pemahaman terhadap
belajar diidealkan menjadi tori humanistik dapat memnfaatkan teori belajar
apapun asal tujuannya untuk memanusiakan manusia. Tidak dapat disangkal lagi
bahwa setiap pendirian atau pendekatan belajar tertentu, aka nada kebaikan dan
ada pula kelemahannya. Tori humanistic akan memanfaatkan teori-teori apapun,
asal tujuannya tercapai, yaitu memanusiakan manusia.Manusia adalah makhluk yang
kompleks. Banyak ahli didalam menyusun teorinya hanya terpukau pada aspek
tertentu yang menjadi pusat perhatiannya. Dengan pertimbangan-pertimbangan
tertentu setiap ahli penelitiannya dari sudut pandangnya masing-masing. Maka
akan terdapat berbagai teori tentang belajar sesuai dengan pandangan
maing-masing.
Dengan demikian teori humanistic dengan pandangannya
yang elektik yaitu dengna memanfaatkan atau merangkum berbagai teori belajar
dngan tujuan untuk memanusiakan manusia bukan saja mungkin untuk dilakukan,
tetapi justru harus dilakukan.
B. Tokoh Teori
Humanistik
1. Carl Ransom Rogers
Carl Rogers,
seorang psikolog humanistik, mengutarakan sebuah teori yang disebut dengan
teori pribadi terpusat. Dalam pandangan Rogers, konsep diri merupakan hal
terpenting dalam kepribadian, dan konsep diri ini juga mencakup kesemua aspek
pemikiran, perasaan, serta keyakinan yang disadari oleh manusia dalam konsep
dirinya.
Setiap manusia
memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan,
dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi
lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional
positive regard (tak bersyarat).
Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi
yang mengalami penghargaan positip tanpa syarat. Ini berarti dia
dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia
tidak bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh
kepercayaan.
.
Pada dasarnya, ide pokok dari teori – teori Rogers yaitu individu
memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup,
dan menangani masalah – masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi
yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.
Menurut Rogers,
yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan
prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu :
1. Menjadi manusia
berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar
2. Siswa akan
mempelajari hal- hal yang bermakna bagi dirinya.
3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti
mengorganisasikan bahan dan ide baru
sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4.
Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
5. Belajar
yang optimal akan terjadi bila siswa berpartisipasi secara bertanggung jawab
dalam proses belajar.
6. Belajar
mengalami (experiental learning) dapat terjadi, bila siswa mengevaluasi dirinya
sendiri. Belajar mengalami, dapat memberi peluang untuk belajar kreatif, self
evaluation dan kritik diri. Hal ini berarti bahwa evaluasi dari instruktur
bersifat sekunder.
7. Belajar
mengalami, menuntut keterlibatan siswa secara penuh dan sungguh-sungguh.
Rogers mengemukakan saran tentang langkah-langhkah
pembelajaran yang perlu dilakukan oleh guru. Saran pembelajaran itu meliputi
hal berikut :
a. Guru
memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih belajar secara terstruktur.
b.
Guru dan siswa membuat kontrak belajar.
c.
Guru menggunakan metode inkuiri, atau belajar menemukan (discovery learning).
d.
Guru menggunakan metode simulasi.
e.
Guru mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati perasaan dan
berpartisipasi dengan kelompok lain.
f.
Guru bertindak sebagai fasilitator belajar.
g.
Sebaiknya guru menggunakan pengajaran berprogram, agar tercipta peluang bagi
siswa untuk timbulnya kreativitas.
Ciri- ciri guru yang fasilitatif adalah
sebagai berikut:
1.
Merespon perasaan siswa
2.
Menggunakan ide- ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
3.
Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
4.
Menghargai siswa
5.
Kesesuaian antara pelaku dan perbuatan
6.
Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa
7.
Tersenyum pada siswa.
Dari penelitian
diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa, meningkatkan
angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik,
mengurangi tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi
perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa- siswa menjadi lebih spontan dan
menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.
2. Abraham Maslow
Abraham H.
Maslow adalah tokoh yang menonjol dalam psikologi humanisme. Karyanya di bidang
pemenuhan kebutuhan berpengaruh sekali terhadap upaya memahami motivasi
manusia. Sebagian dari teorinya yang penting didasrkan atas asumsi bahwa dalam
diri manusia terdapat dorongan positif untuk tumbuh dan kekuatan-kekuatan yang
melawan atau menghalangi pertumbuhan.
Maslow,
berpendapat, bahwa manusia memiliki hierarki kebutuhan yang dimulai dari
kebutuhan jasmaniah yang paling asasi sampai dengan kebutuhan tertinggi.
Kebutuhan tersebut terbagi dalam lima tingkatan yaitu:
a. Kebutuhan jasmaniah atau dasar (basic
needs), seperti makan, minum, tidur, dan sex menuntut sekali untuk dipuaskan.
b. Kebutuhan akan rasa aman (safety needs),
kebutuhan kesehatan, keamanan lingkungan, lapangan kerja, sumber daya, dan
terhindar dari bencana.
c. Kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai
(belongingnees needs), butuh cinta, persahabatan, dan keluarga,kebutuhan
menjadi anggota kelompok, dan sebagainya.
d. Kebutuhan akan harga diri (esteem needs),
butuh kepercayaan diri, harga diri, prestasi, dan penghargaan dari orang lain.
e. Kebutuhan aktualisasi diri (self
actualization needs), moralitas, kreativitas, dan ekspresi diri.
Maslow
membedakan antara empat kebutuhan pertama dengan satu kebutuhan yang berikutnya
(kebutuhan teratas). Keempat kebutuhan yang pertama disebut deficiency neds
(kebutuhan yang timbul karena kekurangan) pemenuhan kebutuhan ini pada
umumnyabergantung pada orng lain. Sedangkan satu kebutuhan yang lain dinamakan
growth needs (kebutuhan untuk tumbuh) dan pemenuhannya lebih bergantung pada
manusia itu sendiri.
Apabila
seseorang telah dapat memenuhi semua kebutuhan yang tingkatannya lebih rendah
tadi, maka motivasi lalu diarahkan kepada terpenuhinyankebutuhan aktualisasi
diri, yaitu kebutuhan untuk mengembangkan potensi atau bakat dan kecenderungan
tertentu. Bagaimana cara aktualisasi diri ini tampil,tidaklah sama pada setiap
orang. Sesudah kebutuhan ini, muncul kebutuhan untuk tahu dan mengerti, yakni dorongan
untuk mencari tahu, memperoleh ilmu dan pemahaman.
Implikasi dari
teori Maslow dalam dunia pendidikan sangat penting. Dalam proses
belajar-mengajar misalnya, guru mestinnya memperhatikan teori ini. Apabila guru
menemukan kesulitan untuk memahami mengapa anak-anak tertentu tidak mengerjakan
pekerjaan rumah, mengapa anak tidak dapat tenang di dalam kelas, atau bahkan
mengapa anak-anak tidak memiliki motivasi untuk belajar. Menurut Maslow, guru
tidak bias menyalahkan anak atas kejadian ini secara langsung, sebelum memahami
barangkali ada proses tidak terpenuhinya kebutuhan anak yang berada di bawah
kebutuhan untuk tahu dan mengerti.bisa jadi anak-anak tersebut belum atau tidak
melakukan makan pagi yang cukup, smalaman tidak tidur dengan nyenyak, atau ada
masalah pribadi/keluarga yang membuatnya cemas dan takut, dan lain-lain.
3. Arthur Combs
Perasaan,
persepsi, keyakinan dan maksud merupakan perilaku-perilaku batiniah yang
menyebabkan seseorang berbeda dengan yang lain. Agar dapat memahami orang lain,
seseorang harus melihat dunia orang lain tersebut, bagaimana ia berpikir dan
merasa tentang dirinya. Itulah sebabnya, untuk mengubah perilaku orang lain,
seseorang harus mengubah persepsinya. Sesungguhnya para ahli psikologi
humanisme melihat dua bagian belajar, yaitu diperoleh informasi baru dan
personalisasi informasi baru tersebut.
a. Pemerolehan informasi baru
Peserta
didik akan tertarik dan bersemangat untuk belajar jika apa yang dipelajari akan
menjadi suatu informasi baru yang bermakna dan bermanfaat bagi dirinya.
b. Personalisasi informasi baru
Informasi
baru yang dipahami peserta didik itu bukan hasil transfer langsung dari guru ke
peserta didik. Peserta didik sendirilah yang mecerna dan mengolah apa yang
disampaikan oleh guru menjadi sesuaidan bermakna. Atrinya informasi itu
diperolehnya sendiri dan peserta didik menjadi pemilik informasi tersebut.
Peran guru disini adalah sebagai pembimbing yang mengarahkan.
Keliru jika guru berpendapatbahwa murid akan mudah belajar kalua bahan
pelajaran disusun dengan rapid an disampaikan dengan baik, tetapi arti dan
maknanya tidak melekat pada bahan ajar itu, murid sendirilah yang mencerna dan
menyerap arti dan makna bahan pelajaran tersebut ke dalam dirinya. Yang menjadi
masalah dalam mengajar bukanlah bagaimana pelajaran itu disampaikan,tetapi
bagaimana membantu murid memetik arti dan makna yang terkandung di dalam bahan
pelajaran tersebut dengan hidup dan kehidupan mereka, guru boleh bersenang hati
bahwa misinya telah berhasil.
Semakin jauh
hal-hal yang terjadi di luar diri seseorang (dunia) dari pusat lingkaran
lingkaran (persepsi diri),semakin kurang pengaruhnya terhadap seseoarang.
Sebaliknya, semakin dekat hal-hal tersebut dengan pusat lingkaran, maka semakin
besar pengaruhnya terhadap seseorang dalam berperilaku. Jadi jelaslah maka
semakin banyak hal yang dipelajari oleh
murid segera dilupakan, karena tidak adakaitanya sama sekali dengan dirinya.
C. Ciri-ciri dan Prinsip dalam Teori
Belajar Humanistik
1.Ciri-ciri teori belajar humanistik
Pendekatan
humanisme dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif.
Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan
kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini
mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang
ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga
masyarakat. Ketrampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini
menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan
keberhasilan akademik.
Dalam
teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil
jika siswa memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam
proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi
diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku
belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang
pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk
mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal
diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan
potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Ada salah
satu ide penting dalam teori belajar humanisme yaitu siswa harus mampu
untuk mengarahkan dirinya sendiri dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga
siswa mengetahui apa yang dipelajarinya serta tahu seberapa besar siswa
tersebut dapat memahaminya. Dan juga siswa dapat mengetahui mana, kapan, dan
bagaimana mereka akan belajar. Dengan demikian maka siswa diharapkan mendapat
manfaat dan kegunaan dari hasil belajar bagi dirinya sendiri. Aliran humanisme
memandang belajar sebagai sebuah proses yang terjadi dalam individu yang
meliputi bagian/domain yang ada yaitu dapat meliputi domain kognitif, afektif,
dan psikomotorik.
Dengan
kata lain, pendekatan humanisme menekankan pentingnya emosi atau perasaan,
komunikasi terbuka, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap siswa. Untuk itu,
metode pembelajaran humanistik mengarah pada upaya untuk mengasah nilai-nilai
kemanusiaan siswa. Sehingga para pendidik/guru diharapkan dalam
pembelajaran lebih menekankan nilai-nilai kerjasama, saling membantu, dan
menguntungkan, kejujuran dan kreativitas untuk diaplikasikan dalam proses
pembelajaran sehingga menghasilkan suatu proses pembelajaran yang
diharapkan sesuai dengan tujuan dan hasil belajar yang dicapai siswa.[1][14]
2. Prinsip
Teori belajar humanistik
Beberapa prinsip Teori belajar Humanistik:
a.
Manusia
mempunyai belajar alami.
b.
Belajar
signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempuyai relevansi
dengan maksud tertentu.
c.
Belajar
yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.
d.
Tugas
belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan bila ancaman itu kecil.
e.
Bila
ancaman itu rendah terdapat pangalaman siswa dalam memperoleh cara.
f.
Belajar
yang bermakna diperoleh jika siswa melakukannya.
g.
Belajar
lancar jika siswa dilibatkan dalam proses belajar.
h.
Belajar
yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam.
i.
Kepercayaan
pada diri siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri.
j.
Belajar
sosial adalah belajar mengenai proses belajar.
D. Aplikasi
dan Implikasi dari Penerapan Teori Belajar Humanistik dalam Pembelajaran
1.Aplikasi
Teori Belajar Humanistik
Aplikasi
teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran
yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran
humanistik adalah menjadi fasilitator
bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna
belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada
siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama
(student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan
siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan
meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada
proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui
adalah :
1.Merumuskan tujuan belajar yang jelas
2.Mengusahakan partisipasi aktif siswa
melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif.
3.Mendorong siswa untuk mengembangkan
kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri
4.Mendorong siswa untuk peka berpikir
kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
5.Siswa di dorong untuk bebas
mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang
diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan.
6.Guru menerima siswa apa adanya,
berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi
mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses
belajarnya.
7.Memberikan kesempatan murid untuk
maju sesuai dengan kecepatannya
8.Evaluasi diberikan secara individual
berdasarkan perolehan prestasi siswa
Pembelajaran berdasarkan teori
humanistik ini cocok untuk diterapkan. Keberhasilan aplikasi ini adalah siswa
merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola
pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Siswa diharapkan menjadi manusia
yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur
pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain
atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.
2 . Implikasi Teori Belajar
Humanistik
1. Guru Sebagai
Fasilitator
Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.
Berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai
kualitas fasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa
(petunjuk).
a)
Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi
kelompok, atau pengalaman kelas
b)
Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan
di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
c) Dia
mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan
yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di
dalam belajar yang bermakna tadi.
d) Dia
mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas
dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
e) Dia
menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat
dimanfaatkan oleh kelompok.
f) Di dalam
menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi
yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi
dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
g) Bilamana
cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat
berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota
kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti
siswa yang lain.
h) Dia
mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga
pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai
suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa
i) Dia harus
tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang
dalam dan kuat selama belajar
j) Di dalam
berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk menganali
dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
Ciri-ciri guru yang fasilitatif
adalah :
1.Merespon perasaan siswa
2.Menggunakan ide-ide siswa untuk
melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
3.Berdialog dan berdiskusi dengan
siswa
4.Menghargai siswa
5.Kesesuaian antara perilaku dan
perbuatan
6.Menyesuaikan isi kerangka berpikir
siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa)
7.Tersenyum pada siswa
3. Aplikasi Teori Belajar Humanistik dalam Kegiatan
Pembelajaran
Teori humanistik sering dikritik karena sukar diterapkan
dalam konteks yang lebih praktis. Karena dianggap lebih dekat dengan bidang
filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi dari pada bidang pendidikan,
sehingga sukar dalam menerjemahkannya ke dalam langkah-langkah yang lebih
konkret dan praktis. Namun, karena sifatnya yang ideal, yaitu memanusiakan
manusia, maka teori humanistik mampu memberikan arah terhadap semua komponen
pembelajaran untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut.Semua komponen
pendidikan termasuk tujuan pendidikan diarahkan pada terbentuknya manusia yang
ideal, manusia yang dicita-citakan, yaitu manusia yang mampu mencapai
aktualisasi diri.
Teori humanistik akan sangat membantu para pendidik
dalam memahami arah belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya
pembelajaran apapun dan pada konteks manapun akan selalu diarahkan dan
dilakukan untuk mencapai tujuannya. Ide-ide, konsep-konsep, taksonomi-taksonomi
tujuan uang telah dirumuskannya dapat membantu para pendidik dan guru untuk
memahami hakekat kejiwaan manusia. Hal ini akan dapat membantu mereka dalam
menentukan komponen-komponen pembelajaran seperti perumusan tujuan, penentuan
materi, pemilihan strategi pembelajaran, serta pengembangan alat evaluasi, ke
arah pembentukan manusia yang di cita-citakan. Kegiatan pembelajaran yang
dirancang secara sistematis, tahap demi tahap secara ketat, sebagaimana
tujuan-tujuan pembelajaran yang telah dinyatakan secara eksplisit dan dapat
diukur, kondisi belajar yang diatur dan ditentukan, serta pengalaman-pengalaman
belajar yang dipilih untuk siswa, mungkin saja berguna bagi guru tetapi tidak
berarti bagi siswa (Rogers dalam Snelbecker, 1974). Hal ini tidak sejalan
dengan teori humanistik. Menurut teori ini, agar belajar bermakna bagi siswa,
diperlukan inisiatif dan keterlibatan penuh dari siswa sendiri. Maka siswa akan
mengalami belajar eksperensial.
Dalam prakteknya teori ini cenderung mengarahkan siswa
untuk berfikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan
keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Oleh karena itu, walaupun
secara eksplisit belum ada pedoman baku tentang langkah-langkah pembajaran
dengan pendekatan humanistik, namun paling tidak langkah-langkah pembelajaran
yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irawan (2001) dapat digunakan
sebagai acuan. Langkah-langkah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran.
2. Menentukan materi pelajaran.
3. Mengidentifikasi kemampuan awal siswa.
4. Mengidentifikasi topik-topik pelajaran yang
memungkinkan siswa secara aktif melibatkan diri atau mengalami dalam belajar.
5. Merancang fasilitas belajar seperti
lingkungan dan media pembelajaran.
6. Membimbing siswa belajar secara aktif.
7. Membimbing siswa untuk memahami hakikat
makna dari pengalaman belajarnya.
8. Membimbing siswa membuat konseptualisasi
pengalaman belajarnya.
9. Membimbing siswa dalam mengaplikasikan
konsep-konsep baru ke situasi nyata.
10. Mengevaluasi proses dan hasil belajar.
E. Kekurangan dan kelebihan teori belajar humanisme
1. Kekurangan
Peserta didik kesulitandalam mengenali diri dan
potensi-potensi yang ada pada diri mereka.
2. Kelebihan
Dalam pembelajaran pada teori ini siswa dituntutuntuk berusaha agar lambat
laun mampu mencapai aktualisai diri dengan sebaik-baiknya.
Selain itu Teori
humanistik mempunyai pengaruh yang signifikan pada ilmu psikologi dan budaya
populer. Sekarang ini banyak psikolog yang menerima gagasan ini ketika teori
tersebut membahas tentang kepribadian, pengalaman subjektif manusia mempunyai
bobot yang lebih tinggi daripada relitas
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demikian yang dapat kami berikan
kepada sahabat-sahabat mahasiswa, dapat kami berikan sedikit kesimpulan awal,
bahwa:
1. Teori Belajar Humanistik adalah
suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan
manusisa serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya
2. Tokoh dalam teori ini adalah C.
Roger dan Arthur Comb.
3. Aplikasi dalam teori ini, Siswa
diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat
orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa
mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau
etika yang berlaku. Serta guru hanya sebagai fasilitator.
- Ciri-ciri
guru yang fasilitatif adalah :
- Merespon
perasaan siswa
- Menggunakan
ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
- Berdialog
dan berdiskusi dengan siswa
- Menghargai
siswa
- Kesesuaian
antara perilaku dan perbuatan
- Menyesuaikan
isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan
segera dari siswa)
- Tersenyum
pada siswa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar