BERANI BERKARYA

WELCOME TO MY BLOG

Rabu, 08 Oktober 2014

“ISU-ISU LINGKUNGAN GLOBAL”


MAKALAH
KIMIA LINGKUNGAN

ISU-ISU LINGKUNGAN GLOBAL




Disusun oleh:KELOMPOK VII

NAMA KELOMPOK:

MUHAMAD RASIDIN            (11231087)
SUKIMAN RIZZA UMAMI   (12231066)


INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP ) MATARAM
2014


KATA PENGANTAR



Assalamu’alaikum Wr.................Wb...........................
            Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya yang tiada terputus sehingga penulis bisa meyelesaikan makalah kimia lingkungan  ini sesuai dengan ketentuan,makalah ini berjudul “isu-isu lingkungan global Shalawat beserta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan nabi Muhammad SAW yang merupakan suri tauladan bagi umat manusia.
            Makalah ini disusun berdasarkan literatur-literatur yang menjadi satu kesatuan yang lengkap dan menarik. Sehingga dapat membantu dalam proses pembelajaran serta sebagai penunjang dalam proses perkuliahan.
            Semoga makalah ini mampu membantu dalam memahami keadaan pendidikan di Indonesia dan bermanfaat bagi pembaca serta dapat dijadikan penunjang dalam dunia pendidikan.
Kami menyadari makalah ini masi jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat  mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun,guna dalam perbaikan makalah ini.semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca khususnya penulis sendiri...aminnnnnnnnn
Wassalamu’alaikum Wr. Wb


Mataram, ..............APRIL 2014
       


                         Penyusun



DAFTAR ISI


HALAMAN SAMPUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB 1: PENDAHULUAN............................................................................ 1
A.    Latar Belakang......................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah.................................................................................... 2
C.    Tujuan ...................................................................................................... 3
BAB II : PEMBAHASAN............................................................................. 4
A.    Pengertian................................................................................................. 4
B.     Masalah yang Terjadi Pada ISU Lingkungan Global.......................... 4
1.      Efek Rumah Kaca........................................................................ 4
2.      Sumber Gas Rumah Kaca........................................................... 5
3.      Dampak Pemanasan Global........................................................ 9
4.      Pengendalian Pemanasan Global................................................ 11
5.      Sumber Hujan Asam.................................................................... 12
6.      Dampak Hujan Asam................................................................... 14
7.      Penyebab Hujan Asam................................................................. 17
8.      Sumber Penipisan Lapisan Ozon................................................ 18
9.      Dampak Penipisan Lapisan Ozon............................................... 20
10.  Deklarasi Stockholm .................................................................... 20
11.  Deklarasi Rio De Jeneiro ............................................................ 23
12.  Deklarasi Kyoto  .......................................................................... 26
BAB III : PENUTUP..................................................................................... 28
A.    KESIMPULAN............................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 30

BAB I
 PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Dewasa ini lingkungan menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian    yang seksama dan cermat. Lingkungan saat ini mulai terancam oleh berbagai dampak yang ditimbulkan berbagai aktifitas manusia. Dari tahun ke tahun lingkungan saat ini mulai menampakan perbahan yang signifikan.
Isu lingkungan sesungguhnya merupakan isu yang sangat kuas karena kompleksitas permasalahannya menyangkut aspek-aspek krusial dan beraneka ragam dari multidisiplin ilmu ekonomi, politik, social dan budaya dan tentunya dari kelompok ilmu-ilmu eksata yang berkaitan langsung dengan studi physical environment itu sendiri, seperti: biology, chemistry, geology, forestry dan sebagainya.Seiring dengan petambahan penduduk dan Perkembangan berbagai industri, maka isu lingkungan telah menjadi masalah serius yang dihadapi oleh manusia. Pencemaran lingkungan merupakan masalah bersama.
Permasalahan lingkungan dapat dikategorikan masalah lingkungan lokal, nasional, regional dan global. Pengkategorian tersebut berdasarkan pada dampak dari permasalahan lingkungan, apakah dampaknya hanya lokal, nasional, regional atau global. Bila kita melihat bumi secara utuh maka bumi merupakan satu sistem yang utuh dan tidak bisa dipisah-pisahkan.
Isu lingkungan global merupakan permasalahan lingkungan dan dampak yang ditimbulkan dari permasalahan lingkungan tersebut mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi dunia serta menyeluruh. Isu lingkungan global mulai muncul dalam berberapa dekade belakangan ini. Kesadaran manusia akan lingkungannya yang telah rusak membuat isu lingkungan ini mencuat. Isu lingkungan global yang mencuat ke permukaan yang bersifat global serta yang paling penting dalam lingkungan adalah mengenai pemanasan global.
Pemanasan global atau yang sering kita sebut global warming adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer,laut, dan daratan bumi. Pemanasan global atau global warming menjadi isu global mutakhir terkait lingkungan hidup dimana pencemaran dan pengrusakan terhadap lingkungan dianggap sebagai faktor penyebab hilangnya sifat kealamiahan bumi akibat pemanasan global. Dunia pun menyadari untuk melakukan upaya keras mengingat semakin terancamnya eksistensi kehidupan.
Sebagian besar para ilmuawan telah mencapai suatu kesepakatan mengenai fenomena yang terkenal dengan nama pemanasan global dan telah menjadi sorotan utama masyarakat dunia sekarang. Selama setengah abad sekarang ini, gas rumah kaca CO2, methan, nitrat oksida dan CFC dilepaskan ke atmosfir bumi dalam jumlah yang sangat besar dan dengan konsekuensi yang sangat besar. Menurut laporan panel antara pemerintahan antar perserikatan bangsa-bangsa/IPCC, telah terjadi kenaikan suhu minimum dan maksimum bumi antara 0,5-1,5 derajat. Kenaikan itu terjadi pada suhu minimum dan maksimum disiang hari maupun malam hari antara 0,5 sampai 2,0 derajat celcius atau temperature rata-rata global telah meningkat sekitar 0,6 derajat celcius (33 derajat F) diabandingkan dengan masa sebelum industri.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa saja yang mempengaruhi isu-isu global tentang lingkungan?
2.      Bagaimana pengaruhnya isu-isu global teradap lingkungan dan kehidupan?
3.      Apakah ada dampak positif dan negatif dari isu-isu global?
4.      Masalah apa saja yang  terjadi pada isu-isu global?
5.       Apa itu deklarasi stockholm,rio de jeneiro dan deklarasi kyoto?



C.    TUJUAN
1.       mengetahui isu-isu global tentang lingkungan
2.      Mengetahui pengaruh isu-isu global tentang lingkungan
3.      Mengetahui dampak positif dan negatif masalah isu-isu global
4.      Mengetahui masalah apa saja yang di kaji dalam isu-isu global
5.      Mengetahui deklarasi-deklarasi dalam isu-isu global

BAB II
 PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN
Isu lingkungan global merupakan permasalahan lingkungan dan dampak yang ditimbulkan dari permasalahan lingkungan tersebut mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi dunia serta menyeluruh. Isu lingkungan global mulai muncul dalam berberapa dekade belakangan ini. Kesadaran manusia akan lingkungannya yang telah rusak membuat isu lingkungan ini mencuat. Isu lingkungan global yang mencuat ke permukaan yang bersifat global serta yang paling penting dalam lingkungan adalah mengenai pemanasan global.Pemanasan global atau yang sering kita sebut global warming adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer,laut, dan daratan bumi. Pemanasan global atau global warming menjadi isu global mutakhir terkait lingkungan hidup dimana pencemaran dan pengrusakan terhadap lingkungan dianggap sebagai faktor penyebab hilangnya sifat kealamiahan bumi akibat pemanasan global. Dunia pun menyadari untuk melakukan upaya keras mengingat semakin terancamnya eksistensi kehidupan

B.     MASALAH YANG TERJADI  PADA  ISU  LINGKUNGAN GLOBAL
1.      EFEK RUMAH KACA
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari temperaturnya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.
2.      SUMBER GAS RUMAH KACA
Atmosfer bumi terdiri dari berbagai lapisan, yaitu berturut-turut dari lapisan bawah ke atas adalah troposfer, stratosfer, mesosfer, dan termosfer. Troposfer adalah lapisan terendah yang tebalnya kira-kira sampai dengan 10 kilometer di atas permukaan bumi. Dalam troposfer ini terdapat gas-gas rumah kaca yang menyebabkan efek rumah kaca dan pemanasan global. Gas Rumah Kaca dapat terbentuk secara alami maupun sebagai akibat pencemaran.
Gas Rumah Kaca (GRK) yang berada di atmosfer (troposfer) dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia terutama yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, dan batubara) seperti pada pembangkitan tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC, komputer, memasak. Selain itu Gas Rumah Kaca juga dihasilkan dari pembakaran dan penggundulan hutan serta aktivitas pertanian dan peternakan. Gas Rumah Kaca yang dihasilkan dari kegiatan tersebut, seperti H2O (uap air),CO2 (karbon dioksida), O3 (ozon), CH4 (metana), N2O (dinitrogen oksida), CFC (cholorofluorokarbon : CFC R-11 dan CFC R-12), dan gas lainnya seperti HFCS, PFCS,danSF6
Adapun gas rumah kaca adalah sebagai berikut:
1.      Uap Air
Uap air bersifat tidak terlihat dan harus dibedakan dari awan dan kabut yang terjadi ketika uap membentuk butir-butir air. Sumber terjadinya uap air ketika terjadinya siklus air yaitu pada proses penguapan air laut, sungai, gletser dan sumber air lainnya. Sebenarnya uap air merupakan penyumbang terbesar bagi efek rumah kaca. Jumlah uap air dalam atmosfer berada di luar kendali manusia dan dipengaruhi terutama oleh suhu global. Jika bumi menjadi lebih hangat, jumlah uap air di atmosfer akan meningkat karena naiknya laju penguapan. Ini akan meningkatkan efek rumah kaca serta makin mendorong pemanasan global.
2.      Karbondioksida
Karbon dioksida adalah gas rumah kaca terpenting penyebab pemanasan global yang sedang ditimbun di atmosfer karena kegiatan manusia. Sumbangan utama manusia terhadap jumlah karbon dioksida dalam atmosfer berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, yaitu minyak bumi, batu bara, dan gas bumi. Misalnya pembakaran metana akan menghasilkan karbon dioksida dan air CH4 + O2 => CO2 + H2O + panas
Sumbangan utama terhadap jumlah karbon dioksida di atmosfer berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, yaitu minyak bumi, batu bara dan gas bumi. Tetapi kayu adalah sumber energi terbarui yang bahan bakar fosil yang menghasilkan pencemaran paling tinggi, batu bara juga menghasilkan karbon dioksida terbanyak per satuan energi. Membakar 1 ton batu bara menghasilkan sekitar 2,5 ton karbon dioksida. Untuk mendapatkan jumlah energi yang sama dari minyak, jumlah karbon dioksida dapat digunakan secara berkelanjutan, dan penanaman hutan kembali akan mengurangi kadar karbon dioksida di atmosfer karena tumbuhan hutan akan menyerap karbon dioksida dalam proses fotosintesis.Top of Form
Penggundulan hutan serta perluasan wilayah pertanian juga meningkatkan jumlah karbon dioksida di atmosfer. Walaupun perhitungan tepat tidak mungkin dilakukan, namun diperkirakan bahwa kedua aktivitas tersebut menambah 3,67 - 7,34 miliar ton karbon dioksida ke atmosfer tiap tahun.
Karbon dioksida juga memainkan peranan sangat penting untuk kehidupan tanaman. Karbon dioksida diserap oleh tanaman dengan bantuan sinar matahari dan digunakan untuk pertumbuhan tanaman dalam proses yang dikenal sebagai fotosintesis. Proses yang sama terjadi di lautan di mana karbon dioksida diserap oleh ganggang.
3.       Ozon
Ozon adalah gas rumah kaca yang terdapat secara alami di atmosfer (troposfer, stratosfer). Di troposfer, ozon merupakan zat pencemar hasil sampingan yang terbentuk ketika sinar matahari bereaksi dengan gas buang kendaraan bermotor. Molekul ozon juga dapat terbentuk dengan bantuan sinar ultraviolet. Reaksi pembentukan ozon tersebut sebagai berikut,
Reaksi Pembentukan Molekul Ozon (O3):
O2      =>      2O  O + O  =>    O3    Ozon pada troposfer dapat mengganggu kesehatan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan..
4.       Metana
Metana adalah gas rumah kaca lain yang terdapat secara alami. Metana dihasilkan ketika jenis-jenis mikroorganisme tertentu menguraikan bahan organik pada kondisi tanpa udara (anaerob). Gas ini juga dihasilkan secara alami pada saat pembusukan biomassa di rawa-rawa sehingga disebut juga gas rawa. Metana mudah terbakar, dan menghasilkan karbon dioksida sebagai hasil sampingan.
Kegiatan manusia telah meningkatkan jumlah metana yang dilepaskan ke atmosfer. Sawah merupakan kondisi ideal bagi pembentukannya, di mana tangkai padi nampaknya bertindak sebagai saluran metana ke atmosfer. Meningkatnya jumlah ternak sapi, kerbau dan sejenisnya merupakan sumber lain yang berarti, karena metana dihasilkan dalam perut mereka dan dikeluarkan ketika mereka bersendawa dan kentut. Metana juga dihasilkan dalam jumlah cukup banyak di tempat pembuangan sampah; sehingga menguntungkan bila mengumpulkan metana sebagai bahan bakar bagi ketel uap untuk menghasilkan energi listrik.
Metana merupakan unsur utama dari gas bumi. Gas ini terdapat dalam jumlah besar pada sumur minyak bumi atau gas bumi, juga terdapat kaitannya dengan batu bara .
5.      Dinitrogen oksida
Dinitrogen oksida adalah juga gas rumah kaca yang terdapat secara alami. Dulunya gas ini digunakan sebagai anastasi ringan, yang dapat membuat orang tertawa sehingga juga dikenal sebagai ‘gas tertawa’. Tidak banyak diketahui secara terinci tentang asal dinitrogen oksida dalam atmosfer. Diduga bahwa sumber utamanya, yang mungkin mencakup sampai 90 persen, merupakan kegiatan mikroorganisme dalam tanah. Pemakaian pupuk nitrogen meningkatkan jumlah gas ini di atmosfer. Dinitrogen oksida juga dihasilkan dalam jumlah kecil oleh pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi, batu bara, gas bumi).
6.      Cholorofluorocarbon
Chlorofluorocarbon adalah sekelompok gas buatan. CFC mempunyai sifat-sifat, misalnya tidak beracun, tidak mudah terbakar, dan amat stabil sehingga dapat digunakan dalam berbagai peralatan dan mulai digunakan secara luas setelah Perang Dunia II. Chlorofluorocarbon yang paling banyak digunakan mempunyai nama dagang ‘Freon’. Dua jenis chlorofluorocarbon yang umum digunakan adalah CFC R-11 dan CFC R-12. Zat-zat tersebut digunakan dalam proses mengembangkan busa, di dalam peralatan pendingin ruangan dan lemari es selain juga sebagai pelarut untuk membersihkan microchip ..
3.      DAMPAK PEMANASAN GLOBAL
Para ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.
1. Iklim Mulai Tidak Stabil
Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut.
Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.
2. Peningkatan permukaan laut
Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 – 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 – 35 inchi) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.
3. Suhu global cenderung meningkat
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat.
Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
4. Gangguan ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.
5. Dampak sosial dan politik
Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi.
Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.
4.      PENGENDALIAN PEMANASAN GLOBAL
Konsumsi total bahan bakar fosil di dunia meningkat sebesar 1 persen per-tahun. Langkah-langkah yang dilakukan atau yang sedang diskusikan saat ini tidak ada yang dapat mencegah pemanasan global di masa depan. Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul sambil melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim di masa depan.
Kerusakan yang parah dapat diatasi dengan berbagai cara. Daerah pantai dapat dilindungi dengan dinding dan penghalang untuk mencegah masuknya air laut. Cara lainnya, pemerintah dapat membantu populasi di pantai untuk pindah ke daerah yang lebih tinggi. Beberapa negara, seperti Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan dan hewan dengan tetap menjaga koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah yang belum dibangun dari selatan ke utara. Spesies-spesies dapat secara perlahan-lahan berpindah sepanjang koridor ini untuk menuju ke habitat yang lebih dingin.
Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca. Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.
Gas karbondioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya dengan menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan (lihat Enhanced Oil Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atau aquifer. Hal ini telah dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia, di mana karbondioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan.
Salah satu sumber penyumbang karbondioksida adalah pembakaran bahan bakar fosil. Perubahan tren penggunaan bahan bakar fosil ini sebenarnya secara tidak langsung telah mengurangi jumlah karbondioksida yang dilepas ke udara, karena gas melepaskan karbondioksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak apalagi bila dibandingkan dengan batubara. Beberapa konferensi dan perjanjian tingkat internasional juga semakin gencar diupayakan. Perjanjian itu lebih mengarah ke perdagangan karbon dan peraturan pemotongan emisi bagi negara-negara industri yang memegang presentase paling besar dalam pelepasan gas-gas rumah kaca.
5.      SUMBER HUJAN ASAM
Secara alami hujan asam dapat terjadi akibat semburan dari gunung berapi dan dari proses biologis di tanah, rawa, dan laut. Akan tetapi, mayoritas hujan asam disebabkan oleh aktivitas manusia seperti industri, pembangkit tenaga listrikkendaraan bermotor dan pabrik pengolahan pertanian (terutama amonia). Gas-gas yang dihasilkan oleh proses ini dapat terbawa angin hingga ratusan kilometer di atmosfer sebelum berubah menjadi asam dan terdeposit ke tanah.
  Hujan asam karena proses industri telah menjadi masalah yang penting di Republik Rakyat CinaEropa Barat, Rusia dan daerah-daerah di arahan anginnya. Hujan asam dari pembangkit tenaga listrik di Amerika Serikat bagian Barat telah merusak hutan-hutan diNew York dan New England. Pembangkit tenaga listrik ini umumnya menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya.
                Pada dasarnya Hujan asam disebabkan oleh 2 polutan udara, Sulfur Dioxide (SO2) dan nitrogen oxides (NOx) yang keduanya dihasilkan melalui pembakaran. Akan tetapi sekitar 50% SO2 yang ada di atmosfer diseluruh dunia terjadi secara alami, misalnya dari letusan gunung berapi maupun kebakaran hutan secara alami. Sedangkan 50% lainnya berasal dari kegiatan manusia, misalnya akibat pembakaran BBF, peleburan logam dan pembangkit listrik. Minyak bumi mengadung belerang antara 0,1% sampai 3% dan batubara 0,4% sampai 5%. Waktu BBF di bakar, belerang tersebut beroksidasi menjadi belerang dioksida (SO2) dan lepas di udara. Oksida belerang itu selanjutnya berubah menjadi asam sulfat (Soemarwoto O, 1992).
Hujan asam adalah suatu masalah lingkungan yang serius yang benar-benar difikirkan oleh manusia. Ini merupakan masalah umum yang secara berangsur-angsur mempengaruhi kehidupan manusia. Istilah Hujan asam pertama kali diperkenalkan oleh Angus Smith ketika ia menulis tentang polusi industri di Inggris. Tetapi istilah hujan asam tidaklah tepat, yang benar adalah deposisi asam.
Deposisi asam ada dua jenis, yaitu deposisi kering dan deposisi basah. Deposisi kering ialah peristiwa kerkenanya benda dan mahluk hidup oleh asam yang ada dalam udara. Ini dapat terjadi pada daerah perkotaan karena pencemaran udara akibat kendaraan maupun asap pabrik. Selain itu deposisi kering juga dapat terjadi di daerah perbukitan yang terkena angin yang membawa udara yang mengandung asam. Biasanya deposisi jenis ini terjadi dekat dari sumber pencemaran.
 Deposisi basah ialah turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi apabila asap di dalam udara larut di dalam butir-butir air di awan. Jika turun hujan dari awan tadi, maka air hujan yang turun bersifat asam. Deposisi asam dapat pula terjadi karena hujan turun melalui udara yang mengandung asam sehingga asam itu terlarut ke dalam air hujan dan turun ke bumi. Asam itu tercuci atau wash out. Deposisi jenis ini dapat terjadi sangat jauh dari sumber pencemaran.
Hujan secara alami bersifat asam karena Karbon Dioksida (CO2) di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat karena membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang.
Hujan pada dasarnya memiliki tingkat keasaman berkisar pH 5, apabila hujan terkontaminasi dengan karbon dioksida dan gas klorine yang bereaksi serta bercampur di atmosphere sehingga tingkat keasaman lebih rendah dari pH 5, disebut dengan hujan asam.
            Hujan asam diartikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6. Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena karbondioksida (CO2) di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat karena membantmelarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang.

6.      DAMPAK HUJAN ASAM
Terjadinya hujan asam harus diwaspadai karena dampak yang ditimbulkan bersifat global dan dapat menggangu keseimbangan ekosistem. Hujan asam memiliki dampak tidak hanya pada lingkungan biotik, namun juga pada lingkungan abiotik, antara lain :
a.       Danau
Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya species yang bertahan. Jenis Plankton dan invertebrate merupakan mahkluk yang paling pertama mati akibat pengaruh pengasaman. Apa yang terjadi jika didanau memiliki pH dibawah 5, lebih dari 75 % dari spesies ikan akan hilang. Ini disebabkan oleh pengaruh rantai makanan, yang secara signifikan berdampak pada keberlangsungan suatu ekosistem. Tidak semua danau yang terkena hujan asam akan menjadi pengasaman, dimana telah ditemukan jenis batuan dan tanah yang dapat membantu menetralkan keasaman.
Terdapat hubungan yang erat antara rendahnya pH dengan berkurangnya populasi ikan di danau-danau. pH di bawah 4,5 tidak memungkinkan bagi ikan untuk hidup, sementara pH 6 atau lebih tinggi akan membantu pertumbuhan populasi ikan. Asam di dalam air akan menghambat produksi enzim dari larva ikan trout untuk keluar dari telurnya. Asam juga mengikat logam beracun seperti alumunium di danau. Alumunium akan menyebabkan beberapa ikan mengeluarkan lendir berlebihan di sekitar insangnya sehingga ikan sulit bernapas. Pertumbuhan Phytoplankton yang menjadi sumber makanan ikan juga dihambat oleh tingginya kadar pH.
b.      Tumbuhan dan Hewan
Hujan asam yang larut bersama nutrisi didalam tanah akan menyapu kandungan tersebut sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya untuk tumbuh. Serta akan melepaskan zat kimia beracun seperti aluminium, yang akan bercampur didalam nutrisi.
Sehingga apabila nutrisi ini dimakan oleh tumbuhan akan menghambat pertumbuhan dan mempercepat daun berguguran, selebihnya pohon-pohon akan terserang penyakit, kekeringan dan mati. Seperti halnya danau, Hutan juga mempunyai kemampuan untuk menetralisir hujan asam dengan jenis batuan dan tanah yang dapat mengurangi tingkat keasaman.
Pencemaran udara telah menghambat fotosintesis dan immobilisasi hasil fotosintesis dengan pembentukan metabolit sekunder yang potensial beracun. Sebagai akibatnya akar kekurangan energi, karena hasil fotosintesis tertahan di tajuk. Sebaliknya tahuk mengakumulasikan zat yang potensial beracun tersebut. Dengan demikian pertumbuhan akar dan mikoriza terhambat sedangkan daunpun menjadi rontok. Pohon menjadi lemah dan mudah terserang penyakit dan hama.
Penurunan pH tanah akibat deposisi asam juga menyebabkan terlepasnya aluminium dari tanah dan menimbulkan keracunan. Akar yang halus akan mengalami nekrosis sehingga penyerapan hara dan iar terhambat. Hal ini menyebabkan pohon kekurangan air dan hara serta akhirnya mati. Hanya tumbuhan tertentu yang dapat bertahan hidup pada daerah tersebut, hal ini akan berakibat pada hilangnya beberapa spesies. Ini juga berarti bahwa keragaman hayati tamanan juga semakin menurun..
Sebagaimana tumbuhan, hewan juga memiliki ambang toleransi terhadap hujan asam. Spesies hewan tanah yang mikroskopis akan langsung mati saat pH tanah meningkat karena sifat hewan mikroskopis adalah sangat spesifik dan rentan terhadap perubahan lingkungan yang ekstrim. Spesies hewan yang lain juga akan terancam karena jumlah produsen (tumbuhan) semakin sedikit. Berbagai penyakit juga akan terjadi pada hewan karena kulitnya terkena air dengan keasaman tinggi. Hal ini jelas akan menyebabkan kepunahan spesies.
c.       Kesehatan Manusia
Dampak deposisi asam terhadap kesehatan telah banyak diteliti, namun belum ada yang nyata berhubungan langsung dengan pencemaran udara khususnya oleh senyawa Nox dan SO2. Kesulitan yang dihadapi dkarenakan banyaknya faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang, termasuk faktor kepekaan seseorang terhadap pencemaran yang terjadi. Misalnya balita, orang berusia lanjut, orang dengan status gizi buruk relatif lebih rentan terhadap pencemaran udara dibandingkan dengan orang yang sehat. 
Berdasarkan hasil penelitian, sulphur dioxide yang dihasilkan oleh hujan asam juga dapat bereaksi secara kimia didalam udara, dengan terbentuknya partikel halus suphate, yang mana partikel halus ini akan mengikat dalam paru-paru yang akan menyebabkan penyakit pernapasan. Selain itu juga dapat mempertinggi resiko terkena kanker kulit karena senyawa sulfat dan nitrat mengalami kontak langsung dengan kulit.Ion-ion beracun yang terlepas akibat hujan asam menjadi ancaman yang besar bagi manusia. Tembaga di air berdampak pada timbulnya wabah diare pada anak dan air tercemar alumunium dapat menyebabkan penyakit Alzheimer.

d.      Korosi
Hujan asam juga dapat mempercepat proses pengkaratan dari beberapa material seperti batu kapur, pasirbesi, marmer, batu pada diding beton serta logam. Ancaman serius juga dapat terjadi pada bagunan tua serta monument termasuk candi dan patung. Hujan asam dapat merusak batuan sebab akan melarutkan kalsium karbonat, meninggalkan kristal pada batuan yang telah menguap. Seperti halnya sifat kristal semakin banyak akan merusak batuan.

7.      PENYEBAB  HUJAN ASAM        
Bukti terjadinya peningkatan hujan asam diperoleh dari analisis es kutub. Terlihat turunnya kadar pH sejak dimulainya Revolusi Industri dari 6 menjadi 4,5 atau 4. Informasi lain diperoleh dari organisme yang dikenal sebagai diatom yang menghuni kolam-kolam. Setelah bertahun-tahun, organisme-organisme yang mati akan mengendap dalam lapisan-lapisan sedimen di dasar kolam. Pertumbuhan diatom akan meningkat pada pH tertentu, sehingga jumlah diatom yang ditemukan di dasar kolam akan memperlihatkan perubahan pH secara tahunan bila kita melihat ke masing-masing lapisan tersebut.
a.      Adanya Revolusi Industri
Sejak dimulainya Revolusi Industri, jumlah emisi sulfur dioksida dan nitrogen oksida ke atmosfer turut meningkat. Industri yang menggunakan bahan bakar fosil, terutama batu bara, merupakan sumber utama meningkatnya oksida belerang ini. Pembacaan pH di area industri kadang-kadang tercatat hingga 2,4 (tingkat keasaman cuka). Sumber-sumber ini, ditambah oleh transportasi, merupakan penyumbang-penyumbang utama hujan asam.
b.      Penggunaan Cerobong Asap yang Tinggi
Masalah hujan asam tidak hanya meningkat sejalan dengan pertumbuhan populasi dan industri tetapi telah berkembang menjadi lebih luas. Penggunaan cerobong asap yang tinggi untuk mengurangi polusi lokal berkontribusi dalam penyebaran hujan asam, karena emisi gas yang dikeluarkannya akan masuk ke sirkulasi udara regional yang memiliki jangkauan lebih luas. Sering sekali, hujan asam terjadi di daerah yang jauh dari lokasi sumbernya, di mana daerah pegunungan cenderung memperoleh lebih banyak karena tingginya curah hujan di sini.
c.       Asap Kendaraan Bermotor
Hasil penelitian di beberapa kota besar (Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya) menunjukan bahwa kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara. Hasil penelitian di Jakarta menunjukan bahwa kendaraan bermotor memberikan kontribusi pencemaran CO sebesar 98,80%, NOx sebesar 73,40% dan HC sebesar 88,90% (Bapedal, 1992).

8.       SUMBER PENIPISAN LAPISAN OZON
CFC dianggap menjadi penyebab utama penipisan ozon. istilah penipisan ozon berarti penurunan kuantitas ozon di startosfer bumi. hilangnya ozon di stratosfer bagian bawah pertama kali tercatat di Antartika pada 1970-an. Atmosfer bumi terdiri dari banyak lapisan dan bentuk ozon ada di stratosfer. Chlorofluorocarbons (CFC) untuk kuantitas kecil terdapat pada atau digunakan di Air Conditioner (AC) dan aerosol. Zat ini saat dilepaskan akan menambah penipisan ozon, yang menyebabkan lapisan ozon di antartika menjadi bolong. Karena penipisan ozon; manusia dihadapkan dengan berbagai masalah lain seperti efek berbahaya dari sinar Ultra Violet (UV) yang pada gilirannnya mempengaruhi tanaman dan berbagai spesies hewan lainnya.
Lapisan ozon adalah lapisan di atmosfer pada ketinggian 19 – 48 km (12 – 30 mil) di atas permukaan Bumi yang mengandung molekul-molekul ozon. Konsentrasi ozon di lapisan ini mencapai 10 ppm dan terbentuk akibat pengaruh sinar ultraviolet Matahari terhadap molekul-molekul oksigen. Peristiwa ini telah terjadi sejak berjuta-juta tahun yang lalu, tetapi campuran molekul-molekul nitrogen yang muncul di atmosfer menjaga konsentrasi ozon relatif stabil.
Ozon adalah gas beracun sehingga bila berada dekat permukaan tanah akan berbahaya bila terhisap dan dapat merusak paru-paru. Sebaliknya, lapisan ozon di atmosfer melindungi kehidupan di Bumi karena ia melindunginya dari radiasi sinar ultraviolet yang dapat menyebabkan kanker. Oleh karena itu, para ilmuan sangat khawatir ketika mereka menemukan bahwa bahan kimia klorofluorokarbon (CFC) yang biasa digunakan sebagai media pendingin dan gas pendorong spray aerosol, memberikan ancaman terhadap lapisan ini. Bila dilepas ke atmosfer, zat yang mengandung klorin ini akan dipecah oleh sinar Matahari yang menyebabkan klorin dapat bereaksi dan menghancurkan molekul-molekul ozon. Setiap satu molekul CFC mampu menghancurkan hingga 100.000 molekul ozon. Oleh karena itu, penggunaan CFC dalam aerosol dilarang di Amerika Serikat dan negara-negara lain di dunia. Bahan-bahan kimia lain seperti bromin halokarbon, dan juga nitrogen oksida dari pupuk, juga dapat menyerang lapisan ozon.
Menipisnya lapisan ozon dalam atmosfer bagian atas diperkirakan menjadi penyebab meningkatnya penyakit kanker kulit dan katarak pada manusia, merusak tanaman pangan tertentu, mempengaruhi plankton yang akan berakibat pada rantai makanan di laut, dan meningkatnya karbondioksida akibat berkurangnya tanaman dan plankton. Sebaliknya, terlalu banyak ozon di bagian bawah atmosfer membantu terjadinya kabut campur asap, yang berkaitan dengan iritasi saluran pernapasan dan penyakit pernapasan akut bagi mereka yang menderita masalah kardiopulmoner (penyakit jantung).
CFC banyak digunakan oleh masyarakat modern dengan cara yang tidak terkira banyaknya, seperti:
1.      AC
2.      kulkas yang tidak berlabel non-CFC
3.      bahan dorong dalam penyembur (aerosol), diantaranya kaleng semprot untuk pengharum ruangan, penyemprot rambut atau parfum
4.      pembuatan busa
5.      bahan pelarut terutama bagi kilang-kilang elektronik
9.      DAMPAK PENIPISAN LAPISAN OZON
1)      Menipisnya lapisan ozon dalam atmosfer bagian atas diperkirakan menjadi penyebab meningkatnya penyakit kanker kulit dan katarak pada manusia, merusak tanaman pangan tertentu, mempengaruhi plankton yang akan berakibat pada rantai makanan di laut, dan meningkatnya karbondioksida (lihat pemanasan global) akibat berkurangnya tanaman dan plankton. Sebaliknya, terlalu banyak ozon di bagian bawah atmosfer membantu terjadinya kabut campur asap, yang berkaitan dengan iritasi saluran pernapasan dan penyakit pernapasan akut bagi mereka yang menderita masalah kardiopulmoner.
Oleh karena itu, kita semua harus memandang serius masalah ini dan berupaya untuk mencegah atau meminimalkan penipisan lapisan ozon di alam ini dengan cara meminimalkan penggunaan bahan-bahan yang dapat mempertipis ozon agar generasi yang akan datang dapat mewarisi alam sekitar yang masih bai
2)      PENCAIRAN GUNUNG ES. Lubang ozon di Antartika disebabkan oleh penipisan lapisan ozon antara ketinggian tertentu seluruh Antartika pada musim semi. Pembentukan ‘lubang’ tersebut terjadi setiap bulan September dan pulih ke keadaan normal pada lewat musin semi atau awal musim panas. Dalam bulan Oktober 1987, 1989, 1990 dan 1991, lubang ozon yang luas telah dilacak di seluruh Antartika dengan kenaikan 60% pengurangan ozon berbanding dengan permukaan lubang pra-ozon. Pada bulan Oktober 1991, permukaan terendah atmosfer ozon yang pernah dicatat telah terjadi di seluruh Antartika
10.  DEKLARASI  STOCKHOLM
Perhatian terhadap masalah lingkungan mulai mendapat perhatian yang serius semenjak dilangsungkannya “United Nations Conference on the Human Environment” (Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup) di Stockholm tanggal 5 – 12 Juni 1972. Tanggal 5 Juni kemudian disepakati sebagai Hari Lingkungan Hidup sedunia. Konferensi yang diselenggarakan oleh PBB adalah merupakan realisasi daripada usul Swedia dalam sidang Economic and Social Council (ECOSOC) tanggal 28 Mei 1968 yang telah menghasilkan suatu “Declaration of the Human Environment” beserta 109 Rekomendasi dapat dipandang sebagai pembuka dasawarsa lingkungan.Untuk merealisir cita-cita yang telah dirumuskan dalam sidang badan PBB itu telah pula dibentuk United Nations on Environmental Programe (UNEP yang berkedudukan di Nairobi (Kenya)
Komprensi Stockholm, bermula dari Dewan Ekonomi dan Sosial PBB mengadakan peninjauan terhadap hasil-hasil gerakan dasawarsa pembangunan Dunia I (1960-1970) guna merumuskan strategis dasawarsa pembangunan Dunia Ke – 2, (1970-1980) (Soemartono, 1996;24). Mengenai masalah lingkungan hidup dari wakil Swedia mengajukan saran untuk menyelenggarakan suatu konfrensi internasional tentang lingkungan hidup. Yang pada akhirnya disepakati pada tanggal 5-16 Juni 1972 diadakan konfrensi PBB di Stockholm – Swedia. Dengan dikeluarkan deklarasi tentang penanganan lingkungan hidup. Deklarasi Stockholm merupakan suatu legitimasi dasar (basic legetimation) penanganan hukum bagi negara-negara yang berkumpul di stockholm.
Bagi negara-negara maju persoalan pembangunan tidak menjadi masalah sedangkan faktor lingkungan menjadi masalah, sedangkan bagi negara berkembang, diperhadapkan pada dua pilihan. Pada satu pilihan mempercepat pertumbuhan pembangunan, sementara pada pilihan yang lain faktor kelestarian lingkungan sangat dibutuhkan.
Walaupun demikian, Deklarasi Stockholm mengilhami negara-negara di dunia akan pentingnya lingkungan hidup masa depan. Oleh Karena itu telah disadari bahwa, masalah lingkungan hidup sangat menentukan kelangsungan hidup makhluk Tuhan, termasuk manusia. Antara makhluk dan ekologinya saling mempengaruhi dan mempunyai ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Manusia memerlukan lingkungan hidup yang sehat, nyaman, baik udara, tumbuh-tumbuhan, air maupun binatang. Demikian juga sebaliknya. Namun, kondisi yang demikian, telah terevolusi akibat tangan-tangan manusia, yang selalu mementingkan kepentingannya sendiri dan pemerintah pada masing-masing negara karena mengejar pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, sering mengeksploitasi dan mengeksploirasi lingkungan secara bebas tanpa memperhitungkan dampak negatifnya.
Deklarasi Stockholm telah merefleksi konsep tentang pembangunan berwawasan lingkungan. Konsep ini bukan saja mengajak seluruh negara dan penduduk bumi untuk meningkatkan kepedulian terhadap ancaman kerusakan lingkungan, tetapi juga melihat adanya kesejajaran antara pembangunan dan pengelolaan lingkungan hidup dan bukan sesuatu yang harus dipertentangkan antara satu dengan yang lain (Soejono, 1996 ; 3).
Konsep pembangunan berwawasan modern, berbeda dengan konsep lingkungan klasik. Lingkungan klasik mengedepankan pemanfaatan dan eksploitasi sumber-sumber daya lingkungan dengan berbagai kepandaian manusia untuk mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin dan dalam waktu yang sesingkat mungkin.
Deklarasi lahir dari konfrensi Stockholm, yang mendasari kofrensi tersebut sampai dengan dikeluarkannya Deklasrasi Stockholm merupakan peristiwa yang sangat bersejarah bagi hukum lingkungan (Soemartono, 1996 ; 29).
Setelah terlaksananya konfrensi Stockholm hukum lingkungan telah memperoleh posisi yang kuat, baik pada tingkat nasional, regional maupun internasional. Suatu manfaat yang besar, adalah mulai tumbuhnya kesatuan, pengertian dan bahasa diantara ahli hukum lingkungan dengan menggunakan Deklarasi Stockholm sebagai referensi pertama (Soemartono, 1996 ; 29).
Masalah lingkungan di negara maju dengan latar belakang dan faktor penyebab lingkungan yang berbeda, semula menimbulkan suara yang sumbang dan berprasangka terhadap kofrensi Stockholm dari peserta negara berkembang, dengan menyatakan antara lain ; Berilah kami pencemaran asal saja kami maju (Rangkuti, 2000 ; 28-29).
Hal ini menunjukkan bahwa keterbelakangan pembangunan pada negara-negara berkembang menghadapi suatu dilematis. Dia mengharapkan keluar dari garis batas kemiskinan dengan mempercepat pembangunan, namun diperhadapkan dengan faktor lingkungan hidup.
Umat manusia. Konfrensi Stockholm telah menerima Declaration on the Human Environment yang berisi 26 asas serta menurut kesepakatan negara-negara yang mengikuti konfrensi tersebut merupakan pedoman bagi mereka di tahun-tahun mendatang.
Deklarasi Stockholm mengakui hak asasi manusia. Hak hidup setiap orang untuk atau akan suatu lingkungan yang baik dan sehat. Pada waktu yang sama, pernyataan itu juga memberikan kewajiban untuk memelihara lingkungan hidup.
Selanjutnya, menurut Muchtar Kusuma Atmadja (1992 : 21), apabila asas-asas umum itu diterapkan pada laut, maka atas asas nomor 7 memberikan kewajiban kepada semua negara untuk mengambil tindakan-tindakan guna mencegah pencemaran laut yang membahayakan kesehatan dan kesejahteraan manusia. Sumber kekayaan laut dan lain-lain penggunaan lingkungan laut.
11.  DEKLARASI  RIO DE  JENEIRO(KTT  BUMI)
Bertepatan dengan peringatan ke-20 KTT Stockholm 1972 telah diselenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Rio de Jeneiro yang disebut juga KTT Bumi berlangsung sejak tanggal 2-14 Juni 1992. Nama resmi konferensi ini sebetulnya bukan KTT Bumi tetapi UNCED singkatan dari United Nations Conference on Environment and Development (Konferensi PBB tentan Lingkungan dan Pembangunan). UNCED telah berhasil mencapai konsensus dalam pelbagai bidang yang penting dan tertuang dalam berbagai dokumen dan perjanjian. Hasil kerja UNCED yang penting adalah dikeluarkannya “The Rio de Jeneiro Declaration on Environment and Development” yang menggariskan 27 prinsip fundamental tentang lingkungan dan pembangunan.
Dari konferensi ini diperoleh dua hasil utama, yakni : Pertama, bahwa Konferensi Rio berkaitan erat dengan dua pengertian kunci yaitu pembangunan seluruh bumi dan perlindungan lingkungan. Kedua, bahwa jalan yang dilalui kini telah diterangi oleh penerang baru yaitu dimensi intelektual, dimensi ekonomi dan dimensi politik (hardjospemantri, 1994: 19-28).  KTT Rio menghasilkan “Agenda 21” dan pada dasarnya menggambarkan kerangka kerja dari suatu rencana kerja kesepakatan masyarakat internasional yang bertujuan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan pada awal abad XXI.
Konferensi UNCED di Rio de Jeneriro ini menghasilkan lima dokumen penting, yaitu:
a.       Deklarasi Rio (Rio Declaration)
b.      Agenda menjelang abad 21 (Agenda 21)
c.       Pengaturan hutan dunia yang tidak mengikat
d.      Konvensi perubahan iklim dunia (global climate change convention)
e.       Konvensi keanekaragaman hayati (biodiversity convention)
Dokumen a sampai dengan c tidak mengikat, sedangkan konvensi d dan e setelah ratifikasi akan mengikat 154 negara yang mendatanginya. Tujuan penting dari prinsip-prinsip tersebut adalah untuk membentuk kemitraan global baru dan seimbang dengan cara mewujudkan tingkat kerjasama baru dan erat diantara negara-negara. Sektor-sektor masyarakat penting dan seluruh rakyat pada umumnya. Prinsip pertama adalah pernyataan bahwa manusia adalah pusat perhatian dari pembangunan berkelanjutan. Manusia berhak atas hidup yang sehat dan produktif dalam keserasian dengan alam.
Prinsip lainnya mengajukan agar setiap bangsa dan negara bekerja sama untuk menghapuskan kemiskinan yang merupakan syarat utama guna mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
Agenda 21 secara garis besar meliputi hal-hal sebagai berikut:
a)      Mengadakan kerjasama internasional untuk meningkatkan pembangunan berkelanjutan di negara berkembang.
b)      Memerangi kemiskinan.
c)      Mengubah pola konsumsi.
d)     Mengembangkan dinamika demografi dan berkelanjutan.
e)      Melindungi dan memajukan kesehatan manusia.
f)       Memajukan pemukiman berkelanjutan
g)      Menetapkan kebijaksanaan untuk pembangunan berkelanjutan
h)      Melindungi atmosfir
i)        Melaksanakan transisi energi
j)        Melaksanakan pendekatan integratif untuk penggunaan sumber daya tanah;
 KTT Bumi berupaya manyatukan perhatian dunia tentang masalah lingkungan yang terjadi.  Masalah tersebut sangat berkaitan erat de3ngan kondisi ekonomi dan masalah keadilan sosial. Kon ferensi ini juga mendeklarasikan bahwa jika rakyat miskin dan ekonomi nasionalnya lemah, maka lingkungannya yang menderita. Jika lingkungan hidup disalah gunakan dan sumber daya-nya dikonsumsi secara berlebihan, akibatnya rakyat akan menderita dan perekonomian-pun akan morat-marit.
Tujuan utama KTT Bumi ini adalah untuk menghasilkan agenda lanjutan, sebagai sebuah perencanaan bagi gerakan internasional dalam menghadapi isu-isu lingkungan hidup dan pemb angunan. Perencanaan tersebut akan membantu memberi arahan bagi suatu kerja sama internasional serta pembuatan kebujakan pembangunan ke depan.
 Konferensi Rio kemudian menyepakati bahwa konsep pembangunan berkelanjutan merupakan tujuan dari setiap manusia. Bagaimanapun, menyatukan dan menyeimbangkan perhatian di bidang ekonomi, sosial dan lingkungan membutuhkan cara pandang baru. Baik mengenai bagaimana kita menghasilkan dan memakai sumberdaya, bagaimana kita hidup, bagaimana kits bekerja, bagaimana kita bergaul dengan orang lain, atau bagaimana cara kita membuat keputusan. Konsep ini menjadi perdebatan panjang, baik dikalangan pemerintahan, juga antara pemerintah dan masyarakatnya tentang bagaimana mencapai keberlanjutan tersebut.
 Konferensi Rio de Janeiro menghasilkan lima dokumen, yaitu : Deklarasi Rio de Janeiro ,tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan (The Rio de Janeiro Declaration on Environment and Development )  juga dikenal dengan “Earth Chapter” terdiri atas 27 prinsip yang memacu dan memprakarsai kerja sama internasional, perlunya pembangunan dilanjutkan dengan prinsip perlindungan lingkungan, dan perlu adanya analisis mengenai dampak lingkungan. Deklarasi ini juga mengakui pentingnya peran serta masyarakat yang tidak hanya dikonsultasi mengenai rencana pembangunan, tetapi juga ikut serta dalam pengambilan keputusan, serta aktif dalam proses pelaksanaan dan ikut menikmati hasil pembangunan itu. 
12.  DEKLARASI  KYOTO
Protokol Kyoto adalah sebuah persetujuan sah di mana negara-negara perindustrian akan mengurangi emisi gas rumah kaca mereka secara kolektif sebesar 5,2% dibandingkan dengan tahun 1990 (namun yang perlu diperhatikan adalah, jika dibandingkan dengan perkiraan jumlah emisi pada tahun 2010 tanpa Protokol, target ini berarti pengurangan sebesar 29%). Tujuannya adalah untuk mengurangi rata-rata emisi dari enam gas rumah kaca – karbon dioksida, metan, nitrous oxide, sulfur heksafluorida, HFC, dan PFC – yang dihitung sebagai rata-rataselama masa lima tahun antara 2008-12. Target nasional berkiasar dari pengurangan 6% untuk Uni Eropa, 7% untuk AS, 6% untuk Jepang, 0% untuk Rusia, dan penambahan yang diizinkan sebesar 8% untuk Australia dan 10% untuk Islandia.(Sumber Wikipedia)
Target penurunan emisi dikenal dengan nama quantified emission limitation and reducation commitment (QELROs) merupakan pokok permasalahan dalam seluruh urusan Protokol Kyoto dengan memiliki implikasi serta mengikat secara hukum, adanya periode komitmen, digunakannya rosot (sink) untuk mencapai target, adanya jatah emisi setiap pihak di Annex I, dan dimasukannya enam jenis gas rumah kaca seperti CO2, CH4, N2O, HFC, PFC dan SF6 (basket of gases) dan disertakan dengan CO2.
Protokol Kyoto adalah protokol kepada Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim atau yang dikenal sebagai UNFCCC. UNFCCC ini diadopsi pada Pertemuan Bumi di Rio de Jenerio pada 1992. Semua pihak dalam UNFCCC dapat menanda tangani atau meratifikasi Protokol Kyoto, sementara pihak luar tidak diperbolehkan. Protokol Kyoto diadopsi pada sesi ketiga Konferensi Pihak KonvensiUNFCCC pada 1997 di Kyoto, Jepang.
Dalam Deklarasi Kyoto terdapat sembilan butir komitmen yang berkaitan dengan implementasi EST, di antaranya pembuatan kebijakan, strategi dan program terintegrasi dengan memperhatikan aspek kesehatan masyarakat. Selain itu, penataan ruang, lingkungan hidup, infrastruktur transportasi yang ramah kepada masyarakat, perencanaan transportasi publik, kesamaan hak sosial, keselamatan di jalan raya, pengurangan polusi dan emisi kendaraan pada efek gas rumah kaca, dan peningkatan peran serta masyarakat.













   BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Isu lingkungan global merupakan permasalahan lingkungan dan dampak yang ditimbulkan dari permasalahan lingkungan tersebut mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi dunia serta menyeluruh.dampak dari permasalahan lingkungan ni adalah:
v  Efek rumah kaca: Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat..
v  dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.
v  Secara alami hujan asam dapat terjadi akibat semburan dari gunung berapi dan dari proses biologis di tanah, rawa, dan laut.
v  Terjadinya hujan asam harus diwaspadai karena dampak yang ditimbulkan bersifat global dan dapat menggangu keseimbangan ekosistem. Hujan asam memiliki dampak tidak hanya pada lingkungan biotik, namun juga pada lingkungan abiotik
v  Lapisan ozon adalah lapisan di atmosfer pada ketinggian 19 – 48 km (12 – 30 mil) di atas permukaan Bumi yang mengandung molekul-molekul ozon.
v  Dalam Deklarasi Kyoto terdapat sembilan butir komitmen yang berkaitan dengan implementasi EST, di antaranya pembuatan kebijakan, strategi dan program terintegrasi dengan memperhatikan aspek kesehatan masyarakat.
v  Deklarasi Rio de Janeiro ,tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan (The Rio de Janeiro Declaration on Environment and Development )  juga dikenal dengan “Earth Chapter” terdiri atas 27 prinsip yang memacu dan memprakarsai kerja sama internasional, perlunya pembangunan dilanjutkan dengan prinsip perlindungan lingkungan, dan perlu adanya analisis mengenai dampak lingkungan. Deklarasi ini juga mengakui pentingnya peran serta masyarakat yang tidak hanya dikonsultasi mengenai rencana pembangunan, tetapi juga ikut serta dalam pengambilan keputusan, serta aktif dalam proses pelaksanaan dan ikut menikmati hasil pembangunan itu. 
v  Deklarasi Stockholm merupakan suatu legitimasi dasar (basic legetimation) penanganan hukum bagi negara-negara yang berkumpul di stockholm. Deklarasi Stockholm mengakui hak asasi manusia. Hak hidup setiap orang untuk atau akan suatu lingkungan yang baik dan sehat. Pada waktu yang sama, pernyataan itu juga memberikan kewajiban untuk memelihara lingkungan hidup.

DAFTAR PUSTAKA

 http://id.wikipedia.org/wiki/Siklus_air”>siklus air
Koesnadi Hardjosoemantri , 2006, Hukum Tata Lingkungan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Mitchel Bruce, Setiawan, Dwita, 2007, Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Supriadi, 2008 , Hukum Lingkungan Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta.
Soerjani, Arief, Dedi, 2006, Lingkungan Hidup Pendidikan, Pengelolaan Lingkungan Dan Pembangunan Berkelanjutan, Yayasan ainstitut Pendidikan Dan Pengembangan Lingkungan (IPPL), Jakarta.
Soemarwoto, Otto, 2008, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Djambatan, Jakarta
Koesnadi Hardjosoemantri , 2006, Hukum Tata Lingkungan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Mitchel Bruce, Setiawan, Dwita, 2007, Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Supriadi, 2008 , Hukum Lingkungan Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta.
Soerjani, Arief, Dedi, 2006, Lingkungan Hidup Pendidikan, Pengelolaan Lingkungan Dan Pembangunan Berkelanjutan, Yayasan ainstitut Pendidikan Dan Pengembangan Lingkungan (IPPL), Jakarta.
Soemarwoto, Otto, 2008, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Djambatan, Jakarta.  

.