BERANI BERKARYA

WELCOME TO MY BLOG

Selasa, 05 November 2013

MAKALAH MODEL DAN STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MIPA





MAKALAH DASAR-DASAR KEPENDIDIKAN MIPA
MODEL DAN STRATEGI DALAM PEMBELAJARAN MIPA





Disusun Oleh Kelompok 8

Sukiman Rizza U
Ika Yuliani
Nova Rizkiansyah
Susi Yuliana
Nurhasni Sajrin


JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA (FPMIPA)
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) MATARAM
2013
 

KATA PENGHANTAR

            Puji syukur penyusun panjatkan khadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahnya makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya,yang merupakan salah satu tugas dari mata kuliah DASAR-DASAR PENDIDIKAN MIPA maka penyusun mempersembahkan satu makalah yang berjudul “MODEL DAN STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MIPA”.
            Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih atas kerja sama dan bantuan selama proses pembuatan makalah ini. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Dasar-dasar Pendidikan MIPA yang telah memberikan petunjuknya dalam penyusunan makalah ini.
            Akhir kata,penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sebagai mana yang kita harapkan. Oleh karena itu penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kesalahan, kekurangan dan kekeliruan baik dalam penyusunan maupun penyampaian materi.
Kritik dan saran yang bersifat membangun sangatalah penyusun harapkan untuk menunjang perbaikan dimasa mendatang. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun pada khususnya dan bagi pembaca pada umunya.terima kasih.


Mataram, 15 Oktober 2013



      Penyusun





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1
1.             Latar Belakang .................................................................. 1
2.             Rumusan Masalah ............................................................. 3
3.             Tujuan Penulisan ............................................................... 3
4.             Metode Penulisan .............................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................... 4
A.           Model-Model Pembelajaran Dalam MIPA........................ 4
1. Model Pembelajaran Konstruktivisme........................... 4
2.  Model Pembelajaran Langsung..................................... 9
3. Model Pembelajaran Inkuiri......................................... 17
4. Model Pembelajaran Berbasis Masalah........................ 20
5. Model Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi..... 26
B.      Strategi Pembelajaran....................................................... 33                  
1. Strategi Pembelajaran PAKEM.................................... 33
BAB III PENUTUP ......................................................................... 43
1.             Kesimpulan ...................................................................... 43
2.             Saran  ............................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA     .................................................................. 45
 


BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
Dalam pembangunan nasional, pendidikan diartikan sebagai upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia serta dituntut untuk menghasilkan kualitas manusia yang lebih tinggi guna menjamin pelaksanaan dan kelangsungan pembangunan. Peningkatan kualitas pendidikan harus dipenuhi melalui peningkatan kualitas dan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya. Pembaharuan kurikulum yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa mengesampingkan nilai-nilai luhur sopan santun dan etika serta didukung penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, karena pendidikan yang dilaksanakan sedini mungkin dan berlangsung seumur hidup menjadi tanggung jawab keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah.
Pada era globalisasi, perkembangan IPTEK semakin marak di masyarakat. Maraknya perkembangan IPTEK disebabkan oleh adanya tuntutan manusia untuk berkembang dan maju dalam berbagai bidang sesuai dengan perkembangan zaman. Tuntutan tersebut, dapat diperoleh melalui informasi aktual dari peralatan IPTEK yang canggih. Pendidikan merupakan upaya untuk membentuk sumber daya manusia yang dapat meningkatkan kualitas kehidupannya. Dengan demikian kebutuhan manusia yang semakin kompleks akan terpenuhi. Selain itu melalui pendidikan akan dibentuk manusia yang berakal dan berhati nurani.
Kualifikasi sumber daya manusia yang mempunyai karakteristik seperti diatas, sangat diperlukan dalam menguasai dan mengembangkan ilmupengetahuan dan teknologi, sehingga mampu menghadapi persainganglobal.Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting dalamkeberhasilan pembangunan disegala bidang. Hingga kini pendidikan masihdiyakini sebagai wadah dalam pembentukan sumber daya manusia yangdiinginkan.
Melihat begitu pentingnya pendidikan dalam pembentukansumber daya manusia, maka peningkatan mutu pendidikan merupakan halyang wajib dilakukan secara berkesinambungan guna menjawabperubahan zaman. Masalah peningkatan mutu pendidikan tentulah sangatberhubungan dengan masalah proses pembelajaran. Proses pembelajaranyang sementara ini dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan kita masihbanyak yang mengandalkan cara-cara lama dalam penyampaian materinya.Di masa sekarang banyak orang mengukur keberhasilan suatupendidikan hanya dilihat dari segi hasil. Pembelajaran yang baik adalahbersifat menyeluruh dalam melaksanakannya dan mencakup berbagaiaspek, baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik, sehingga dalampengukuran tingkat keberhasilannya selain dilihat dari segi kuantitas jugadari kualitas yang telah dilakukan di sekolah-sekolah.
Mengacu dari pendapat tersebut, maka pembelajaran yang aktif ditandai adanya rangkaian kegiatan terencana yang melibatkan siswasecara langsung, komprehensif baik fisik, mental maupun emosi. Halsemacam ini sering diabaikan oleh guru karena guru lebih mementingkanpada pencapaian tujuan dan target kurikulum. Salah satu upaya guru dalammenciptakan suasana kelas yang aktif, efektif dan menyenangkan dalampembelajaran yakni dengan menggunakan alat peraga. Hal ini dapatmembantu guru dalam menggerakkan, menjelaskan gambaran ide darisuatu materi.
Tugas utama guru adalah mengelola proses belajar dan mengajar, sehingga terjadi interaksi aktif antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Interaksi tersebut sudah barang tentu akan mengoptimalkan pencapaian tujuan yang dirumuskan. Usman (2000:4) menyatakan bahwa proses belajar dan mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (1990:1). Senada dengan Usman, Suryosubroto (1997:19) mengatakan bahwa proses belajar dan mengajar meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yakni pengajaran.
Strategi Pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Model Pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
B.       Rumusan Masalah
1.      Model pembelajaran apa saja yang dapat diterapkan dalam MIPA?
2.      Strategi apa yang dibutuhkan dalam pembelajaran MIPA?
C.       Tujuan
Ø  Tujuan umum
Untuk mengetahui apa saja model dan strategi pembelajaran dalam MIPA.
Ø  Tujuan khusus
1.        Menjadi bahan masukan bagi penulis untuk bekal di lingkungan   akademik khususnya dan di masyarakat nantinya.
2.        Menjadi bahan masukan bagi pembaca dalam hal ini hasil penulisan    dapat menjadi sumber informasi dan referensi
D.      Metode Penulisan
Dalam makalah ini penulis menggunakan metode kepustakaan yakni dengan membaca buku dan mengunjungi website-website pada internet.


BAB II
PEMBAHASAN
A.  MODEL-MODEL PEMBELAJARAN DALAM MIPA
1.        MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
a.         Pengertian Model Pembelajaran Konstruktivisme
Menurut faham konstruktivis pengetahuan merupakan konstruksi (bentukan) dari orang yang mengenal sesuatu (skemata). Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif di mana terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema (jamak: skemata) yang baru.  Seseorang yang belajar itu berarti membentuk pengertian atau pengetahuan secara aktif dan terus-menerus (Suparno, 1997).
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Sedangkan menurut Tran Vui Konstruktivisme adalah suatu filsafat belajar yang dibangun atas anggapan bahwa dengan memfreksikan pengalaman-pengalaman sendiri.sedangkan teori Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut denga bantuan fasilitasi orang lain. Dari keterangan diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri.
b.        Tujuan Model Pembelajaran Konstruktivisme
Adapun tujuan dari teori ini dalah sebagai berikut :
1.         Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya.
2.         Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap.
3.         Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
4.         Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Ruseffendi, 1988: 132).
Selanjutnya, Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989: 159) menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat (Ruseffendi 1988: 133). Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan ransangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu (Suparno, 1996: 7).
Konstruktivis ini dikritik oleh Vygotsky, yang menyatakan bahwa siswa dalam mengkonstruksi suatu konsep perlu memperhatikan lingkungan sosial.  Konstruktivisme ini oleh Vygotsky disebut konstruktivisme sosial (Taylor, 1993; Wilson, Teslow dan Taylor,1993; Atwel, Bleicher & Cooper, 1998).
c.    Langkah-Langkah Pembelajaran Kontrutivisme
1.      Identifikasi tujuan.
Tujuan dalam pembelajaran akan memberi arah dalam merancang program, implementasi program dan   evaluasi.
2.      Menetapkan Isi Produk Belajar.
Pada tahap ini, ditetapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika yang mana yang harus dikuasai siswa.
3.      Identifikasi dan Klarifikasi Pengetahuan Awal Siswa.
Identifikasi pengetahuan awal siswa dilakukan melalui tes awal, interview klinis dan peta konsep.
4.      Identifikasi dan Klarifikasi Miskonsepsi Siswa.
Pengetahuan awal siswa yang telah diidentifikasi dan diklarifikasi perlu dianalisa lebih lanjut untuk menetapkan mana diantaranya yang telah sesuai dengan konsepsi ilmiah, mana yang salah dan mana yang miskonsepsi.
5.      Perencanaan Program Pembelajaran dan Strategi Pengubahan Konsep.
Program pembelajaran dijabarkan dalam bentuk satuan pelajaran. Sedangkan strategi pengubahan konsepsi siswa diwujudkan dalam bentuk modul.
6.      Implementasi Program Pembelajaran dan Strategi Pengubahan Konsepsi.
Tahapan ini merupakan kegiatan aktual dalam ruang kelas. Tahapan ini terdiri dari tiga langkah yaitu : orientasi dan penyajian pengalaman belajar, menggali ide-ide siswa, restrukturisasi ide-ide.
7.      Evaluasi.
Setelah berakhirnya kegiatan implementasi program pembelajaran, maka dilakukan evaluasi terhadap efektivitas model belajar yang telah diterapkan.
8.      Klarifikasi dan analisis miskonsepsi siswa yang resisten.
Berdasarkan hasil evaluasi perubahan miskonsepsi maka dilakukaan klarifikasi dan analisis terhadap miskonsepsi siswa, baik yang dapat diubah secara tuntas maupun yang resisten.
9.      Revisi strategi pengubahan miskonsepsi.
Hasil analisis miskonsepsi yang resisten digunakan sebagai pertimbangan dalam merevisi strategi pengubahan konsepsi siswa dalam bentuk modul.
d.   Ciri-Ciri Pembelajaran Secara Konstuktivisme
1.         Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglibatan dalam dunia sebenarnya.
2.         Menggalakkan soalan/idea yang dimul akan oleh murid dan menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran.
3.         Menyokong pembelajaran secara koperatif Mengambilkira sikap dan pembawaan murid.
4.         Mengambilkira dapatan kajian bagaimana murid belajar sesuatu ide.
5.         Menggalakkan & menerima daya usaha & autonomi murid.
6.         Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid & guru.
7.         Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran.
8.         Menggalakkan proses inkuiri murid mel alui kajian dan eksperimen.


e.    Prinsip-Prinsip Konstruktivisme
Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah:
1.         Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
2.         Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
3.         Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.
4.         Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
5.         Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
6.         Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
7.         Mmencari dan menilai pendapat siswa.
8.         Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
f.    Keunggulan dan Kelemahan Model Konstrutivisme
1.         Keunggulan Model kontruktivisme
a)        Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya.
b)        Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.
c)        Pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasanpada saat yang tepat.
d)       Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar.
e)        Pembelajaran Konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan merka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
f)         Pembelajaran Konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.
2.         Kelemahan Model Konstruktivisme
Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu mendukung.
2.    MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG
a.         Pengertian Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif.
b.        Ciri-Ciri Pembelajaran Langsung
1.         Transformasi dan ketrampilan secara langsung.
2.         Pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu.
3.         Materi pembelajaran yang telah terstuktur.
4.         Lingkungan belajar yang telah terstruktur.
5.         Distruktur oleh guru.
Guru berperan sebagai penyampai informasi, dan dalam hal ini guru seyogyanya menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape recorder,  gambar,  peragaan, dan sebaganya. Informasi yang disampaikan dapat berupa pengetahuan prosedural (yaitu pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) atau pengetahuan deklaratif, (yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi). Kritik terhadap penggunaan model ini antara lain bahwa model ini tidak dapat digunakan setiap waktu dan tidak untuk semua tujuan pembelajaran dan semua siswa.
c.         Tahapan Model Pembelajaran Langsung
Tahapan atau sintaks model pembelajaran langsung menurut Bruce dan Weil (1996), sebagai berikut:
1.        Orientasi.
Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat menolong siswa jika guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan disampaikan. Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa:
Ø  Kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
Ø  Mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran.
Ø  Memberikan penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan.
Ø  Menginformasikan materi/konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran.
Ø  Menginformasikan kerangka pelajaran.

2.      Presentasi
Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-konsep maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa:
Ø  Penyajian materi dalam langkah-langkah kecil sehingga materi dapat dikuasai siswa dalam waktu relatif pendek.
Ø  Pemberian contoh-contoh konsep.
Ø  Pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas.
Ø  Menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.
3.      Latihan terstruktur
Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan. Peran guru yang penting dalam fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap respon siswa dan memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar dan mengoreksi respon siswa yang salah.
4.      Latihan terbimbing
Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk mengases/menilai kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan.
5.      Latihan mandiri
Pada fase ini siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini dapat dilalui siswa jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam fase bimbingan latihan.
d.        Langkah-Langkah Pembelajaran Langsung
Di lain pihak, Slavin (2003) mengemukakan tujuh langkah dalam sintaks pembelajaran langsung, yaitu sebagai berikut.
1.         Menginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada siswa.
Dalam tahap ini guru menginformasikan hal-hal yang harus dipelajari dan kinerja siswa yang diharapkan.
2.         Me-review pengetahuan dan keterampilan prasyarat.
Dalam tahap ini guru mengajukan pertanyaan untuk mengungkap pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai siswa.
3.         Menyampaikan materi pelajaran.
Dalam fase ini, guru menyampaikan materi, menyajikan informasi, memberikan contoh-contoh, mendemontrasikan konsep dan sebagainya.
4.         Melaksanakan bimbingan.
Bimbingan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman siswa dan mengoreksi kesalahan konsep.
5.         Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih.
Dalam tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilannya atau menggunakan informasi baru secara individu atau kelompok.
6.         Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik.
Guru memberikan reviu terhadap hal-hal yang telah dilakukan siswa, memberikan umpan balik terhadap respon siswa yang benar dan mengulang keterampilan jika diperlukan.
7.         Memberikan latihan mandiri.
Dalam tahap ini, guru dapat memberikan tugas-tugas mandiri kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah mereka pelajari.
e.         Situasi Pembelajaran Langsung Dapat Digunakan
         Beberapa situasi yang memungkinkan model pembelajaran langsung cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran:
1.         Ketika guru ingin mengenalkan suatu bidang pembelajaran yang baru dan memberikan garis besar pelajaran dengan mendefinisikan konsep-konsep kunci dan menunjukkan keterkaitan di antara konsep-konsep tersebut.
2.         Ketika guru ingin mengajari siswa suatu keterampilan atau prosedur yang memiliki struktur yang jelas dan pasti.
3.         Ketika guru ingin memastikan bahwa siswa telah menguasai keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa, misalnya penyelesaian masalah (problem solving).
4.         Ketika guru ingin menunjukkan sikap dan pendekatan-pedekatan intelektual (misalnya menunjukkan bahwa suatu argumen harus didukung oleh bukti-bukti, atau bahwa suatu penjelajahan ide tidak selalu berujung pada jawaban yang logis)
5.         Ketika subjek pembelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan dengan pola penjelasan, pemodelan, pertanyaan, dan penerapan.
6.         Ketika guru ingin menumbuhkan ketertarikan siswa akan suatu topik.
7.         Ketika guru harus menunjukkan teknik atau prosedur-prosedur tertentu sebelum siswa melakukan suatu kegiatan praktik.
8.         Ketika guru ingin menyampaikan kerangka parameter-parameter untuk memandu siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran kelompok atau independen.
9.         Ketika para siswa menghadapi kesulitan yang sama yang dapat diatasi dengan penjelasan yang sangat terstruktur.
10.      Ketika lingkungan mengajar tidak sesuai dengan strategi yang berpusat pada siswa atau ketika guru tidak memiliki waktu untuk melakukan pendekatan yang berpusat pada siswa.
f.          Kelebihan  dan Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung
1.             Kelebihan model pembelajaran langsung
a)         Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
b)         Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
c)         Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.
d)         Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.
e)         Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah.
f)          Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa.
g)         Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat merangsang ketertarikan dan dan antusiasme siswa.
h)         Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan informasi.
i)           Secara umum, ceramah adalah cara yang paling memungkinkan untuk menciptakan lingkungan yang tidak mengancam dan bebas stres bagi siswa. Para siswa yang pemalu, tidak percaya diri, dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup tidak merasa dipaksa dan berpartisipasi dan dipermalukan.
j)          Model pembelajaran langsung dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran dalam bidang studi tertentu. Guru dapat menunjukkan bagaimana suatu permasalahan dapat didekati, bagaimana informasi dianalisis, dan bagaimana suatu pengetahuan dihasilkan.
k)         Pengajaran yang eksplisit membekali siswa dengan ”cara-cara disipliner dalam memandang dunia (dan) dengan menggunakan perspektif-perspektif alternatif” yang menyadarkan siswa akan keterbatasan perspektif yang inheren dalam pemikiran sehari-hari.
l)           Model pembelajaran langsung yang menekankan kegiatan mendengar (misalnya ceramah) dan mengamati (misalnya demonstrasi) dapat membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini.
m)       Ceramah dapat bermanfaat untuk menyampaikan pengetahuan yang tidak tersedia secara langsung bagi siswa, termasuk contoh-contoh yang relevan dan hasil-hasil penelitian terkini.
n)         Model pembelajaran langsung (terutama demonstrasi) dapat memberi siswa tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan yang terdapat di antara teori (yang seharusnya terjadi) dan observasi (kenyataan yang mereka lihat).
o)         Demonstrasi memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil-hasil dari suatu tugas dan bukan teknik-teknik dalam menghasilkannya. Hal ini penting terutama jika siswa tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam melakukan tugas tersebut.
p)         Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila model pembelajaran langsung digunakan secara efektif.
q)         Model pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan refleksi guru sehingga guru dapat terus menerus mengevaluasi dan memperbaikinya.
2.             Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung
a)         Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya kepada siswa.
b)         Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa.
c)         Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka.
d)         Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat.
e)         Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi karakteristik model pembelajaran langsung, dapat berdampak negatif terhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan keingintahuan siswa.
f)          Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi guru. Komunikator yang buruk cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk pula dan model pembelajaran langsung membatasi kesempatan guru untuk menampilkan banyak perilaku komunikasi positif.
g)         Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci, atau abstrak, model pembelajaran langsung mungkin tidak dapat memberi siswa kesempatan yang cukup untuk memproses dan memahami informasi yang disampaikan.
h)         Model pembelajaran langsung memberi siswa cara pandang guru mengenai bagaimana materi disusun dan disintesis, yang tidak selalu dapat dipahami atau dikuasai oleh siswa. Siswa memiliki sedikit kesempatan untuk mendebat cara pandang ini.
i)           Jika model pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan siswa, siswa akan kehilangan perhatian setelah 10-15 menit dan hanya akan mengingat sedikit isi materi yang disampaikan.
j)          Jika terlalu sering digunakan, model pembelajaran langsung akan membuat siswa percaya bahwa guru akan memberitahu mereka semua yang perlu mereka ketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pembelajaran mereka sendiri.
k)         Karena model pembelajaran langsung melibatkan banyak komunikasi satu arah, guru sulit untuk mendapatkan umpan balik mengenai pemahaman siswa. Hal ini dapat membuat siswa tidak paham atau salah paham.
l)           Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa. Sayangnya, banyak siswa bukanlah pengamat yang baik sehingga dapat melewatkan hal-hal yang dimaksudkan oleh guru.
3. MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
a.         Pengertian Pembelajaran Inkuiri
                        Model pembelajaran Inkuiri menurut Sumantri M. Dan Johar Permana (2000:142) adalah cara penyajian pelajaran dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru.
                        Model inkuiri ialah Model mengajar yang paling mirip dengan metode penemuan. Beberapa perbedaannya adalah sebagai berikut mengajar dengan penemuan biasanya dilakukan dengan ekspositori dalam kelompok-kelompok kecil (di laboratorium, bengkel, atau kelas). Sebenarnya mengajar dengan model pembelajaran inkuiri dapat dilakukan melalui ekspositori, kelompok, dan secara sendiri-sendiri.
                        Dalam metode penemuan hasil akhir yang harus ditemukan siswa merupakan sesuatu yang baru bagi dirinya, namun sudah diketahui oleh guru. Dalam metode ini selain sebagai pengarah dan pembimbing, guru menjadi sumber informasi data yang diperlukan. Siswa masih harus mengumpulkan informasi tambahan, membuat hipotesis, dan mengujinya. Dalam metode penemuan siswa diharapkan menemukan sesuatu yang penting. Hasilnya adalah nomor dua.
                        Sebuah contoh pengajaran penemuan dalam geometri adalah menarik jarak antara dua garis yang sejajar. Sejenis dengan ini, dalam inkuiri adalah menarik jarak antara dua garis yang bersilangan sembarang dalam ruang. Contoh-contoh topik lainnya untuk inkuiri adalah menentukan kepadatan lalu lintas di suatu perempatan, menentukan air yang terbuang percuma dari kran ledeng yang rusak, menentukan banyak air suatu aliran sungai.
b.      Tujuan Pembelajaran Inkuiri
            Beberapa tujuan dari model inkuiri dalam Mulyani Sumantri dan Johar Permana ( 2000: 114 ) adalah sebagai berikut:
1.        Meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam menemukan dan memproses bahan pelajarannya.
2.        Mengurangi ketergantungan siswa pada guru untuk mendapatkan pelajarannya.
3.        Melatih peserta didik dalam menggali dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yang tidakada habisnya.
4.        Memberi pengalaman belajar seumur hidup.
5.        Meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam menemukan dan memproses bahan pelajarannya.
6.        Mengurangi ketergantungan peserta didik pada guru untuk mendapatkan pengalaman belajarnya.
7.        Melatih peserta didik menggali dan memanfaaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yang tidak ada habisnya.
8.        Memberi pengalaman belajar seumur hidup.
c.         Langkah – langkah yang ditempuh dalam pembelajaran inkuiri
1.        Observasi (observation)
2.        Bertanya (questioning)
3.        Mengajukan dugaan (hipotesis)
4.        Pengumpulan data (data gathering)
5.        Penyimpulan (conclussioning)
d.        Tahap-Tahap Pada Model Pembelajaran Inkuiri
Model pembelajaran inkuiri ini terdiri atas 4 tahap yaitu:
1.        Guru merangsang siswa dengan pertanyaan, masalah, permainan, dan teka-teki.
2.        Sebagai jawaban atas rangsangan yang diterimanya, siswa menentukan prosedur mencari dan mengumpulkan informasi atau data yang diperlukan untuk memecahkan pertanyaan, pernyataan, dan masalah.
3.        Siswa menghayati pengetahuan yang diperolehnya dengan inkuiri yang baru dilaksanakan.
4.        Siswa menganalisis metode inkuiri dan prosedur yang ditemukan untuk dijadikan metode umum yang dapat diterapkannya ke situasi lain.
e.         Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri
1.             Kelebihan
a)             Siswa ikut berpartisipasi secara aktif di dalam kegiatan belajarnya, sebab model inkuiri menekankan pada proses pengolahan informasi pada peserta didik.
b)             Siswa benar-benar dapat memahami suatu konsep dan rumus, sebab siswa menemukan sendiri proses untuk mendapatkan konsep atau rumus tersebut.
c)             Model pembelajaran ini memungkinkan sikap ilmiah dan menimbulkan semangat ingin tahu para siswa.
d)            Dengan menemukan sendiri siswa merasa sangat puas dengan demikian kepuasan mental sebagai nilai intrinsik siswa terpenuhi.
e)             Guru tetap memiliki kontak pribadi.
f)              Penemuan yang diperoleh peserta didik dapat menjadi kepemilikan yang sangat sulit dilupakan.


2.             Kelemahan
a)             Persiapan dan pelaksanaannya memakan waktu yang cukup lama.
b)             Model pembelajaran ini tidak efektif bila tidak ditunjang dengan peralatan yang lengkap sesuai dengan kebutuhan.
c)             Sukar dilaksanakan bila siswa belum matang kemampuan untuk melaksanakannya.
d)            Model pembelajaran ini banyak menyita waktu Juga tidak menjamin siswa tetap bersemangat mencari penemuan-penemuan.
e)             Tidak semua guru mempunyai selera atau kemampuan mengajar dengan cara penemuan.
f)              Tidak semua anak melakukan penemuan. Apabila bimbingan guru tidak sesuai dengan kemempuan intelektual siswa, ini dapat merusak struktur pengetahuannya. Juga bimbingan yang terlalu banyak dapat mematikan inisiatifnya.
g)             Kelas yang banyak siswanya akan sangat merepotkan guru dalam bimbingan dan pengarahan belajar dengan metode penemuan.

4. MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
a.        Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Jodion Siburian, dkk dalam Panduan Materi Pembelajaran Model Pembelajaran Sains (2010:174) sebagai berikut: Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) merupakan salah satu model pembelajaran yang berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual. Pembelajaran artinya dihadapkan pada suatu masalah, yang kemudian dengan melalui pemecahan masalah, melalui masalah tersebut siswa belajar keterampil-keterampilan yang lebih mendasar.
Menurut Muslimin I dalam Boud dan Felleti (2000:7), Pembelajaran berdasarkan masalah (problem based learning) adalah suatu pendekatan untuk membelajarkan siswa untuk mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan memecahkan masalah, belajar peranan orang dewasa yang otentik serta menjadi pelajar mandiri. Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata dan menjadi pembelajaran yang mandiri.
Model pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah model pembelajaran yang dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh siswa yang diharapkan dapat menambah keterampilan siswa dalam pencapaian materi pembelajaran.
b.        Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Ada lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) menurut Martinis Yamin dalam Duffy & Cunningham (2011:31) yaitu: 
1.         Permasalahan sebagai kajian. 
2.         Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman.
3.         Permasalahan sebagai contoh.
4.         Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses.
5.         Permasalahan sebagai stimulus aktifitas otentik.
c.         Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
Ada lima dalam model pembelajaran berbasis masalah, yaitu:
1.         Orientasi siswa kepada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
2.         Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3.         Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru membimbing siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
4.    Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan video dan model dan  membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya.
5.    Menganalisis dan mengevaluasi
Guru membantu siswa untuk melakukan evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
d.        Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah
Pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah secara ringkas sebagai berikut:
1.             Tugas Perencanaan
Sesuai dengan hakekat interaktifnya pembelajaran berbasis masalah membutuhkan banyak perencanaan sepeti halnya model pembelajaran yang terpusat pada siswa lainnya:
a.          Penetapan tujuan
Hendaknya dipikirkan dahulu dengan matang tujuan yang hendak dicapai sehingga dapat dikomunikasikan dengan jelas kepada siswa.
b.         Merancang situasi masalah yang sesuai
Beberapa guru dalam pembelajaran berbasis masalah memberikan siswa keleluasaan dalam memilih masalah untuk diselidiki karena cara ini dapat meningkatkan motivasi siswa. Masalah sebaiknya otentik (berdasarkan pada pengalaman dunia nyata siswa), mengandung teka-teki dan tidak memungkinkan kerjasama, bermakna bagi siswa dan konsisten dengan tujuan kurikulum.
c.         Organisasi sumber daya dan rencana logistik
Dalam pembelajaran berbasis masalah ini siswa dimungkinkan bekerja dengan berbagai material dan peralatan, dan pelaksanaannya bias dilakukan di dalam kelas, di perpustakaan maupun di laboratorium, bahkan dapat pula dilakykuan di luar sekolah.
2.             Tugas interaktif
a)             Orientasi siswa terhadap masalah.
Siswa perlu memahami bahwa tujuan pembelajaran berbasis masalah tidak untuk memperoleh masalah baru dalam jumlah besar, tetapi untuk melakukan penyelidikan terhadap masalah yang penting dan untuk menjadi pembelajaran yang mandiri. Cara yang baik untuk menyajikan masalah untuk sebuah pelajaran dalam pembelajaran berbasis masalah adalah dengan menggunakan kejadian yang mencengangkan yang dapat menimbulkan misteri dan keinginan untuk memecahkan masalah.
b)             Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
Diperlukan pengembangan keterampilan kerjasama di antara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama. Berkenaan dengan hal ini siswa memerlukan bantuan guru untuk merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan.
c)             Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
1.      Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber. Siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka memikirkan masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah. Siswa diajarkan menjadi penyelidik yang aktif dan dapat menggunakan metode yang sesuai untuk masalah yang dihadapinya.
2.      Guru mendorong siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang  membuat mereka memikirkan masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah. Selama tahap penyelidikan guru member bantuan yang dibutuhkan tanpa mengganggu siswa.
3.      Puncak proyek-proyek pembelajaran berbasis masalah adalah penciptaan dan peragaan hasil karya seperti laporan, poster, model-model fisik. Tugas guru pada akhir pembelajaran berbasis masalah adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan yang mereka gunakan.
e.         Tujuan dan Hasil Belajar Pembelajaran Berbasis Masalah
Tujuan utama PBL ini menurut Hsiao (Martinis Yamin, 2011) adalah untuk mengarahkan peserta didik mengembang kemampuan belajar kolaboratif, kemampuan berpikir dan strategi-strategi belajarnya sehingga peserta didik bisa belajar dengan kemampuan sendiri tanpa bantuan orang lain atau pembelajar (self-directed learning strategies) (Hsiao,1996).
Adapun tujuan dan hasil dari model pembelajaran berbasis masalah ini adalah:
1.         Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah.
Pembelajaran berbasis masalah ini ditujukan untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
2.      Pemodelan peranan orang dewasa.
Resnick (Ibrahim dan Nur, 2004) mengemukakan bahwa bentuk pembelajaran berbasis masalah penting menjembatani gapaian antara pembelajaran sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah. Aktivitas-aktivitas mental di luar sekolah yang dapat dikembangkan adalah :
a)    PBL mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas.
b)   PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan dan dialog dengan yang lain sehingga pebelajar secara bertahap dapat memi peran yang diamati tersebut.
c)    PBL melibatkan pebelajar dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun femannya tentang fenomena itu.
3.      Belajar Pengarahan Sendiri (self directed learning)
Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada pebelajar. Pebelajar harus dapat menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari mana informasi harus diperoleh, dibawah bimbingan pembelajar (Barrows, 1996). Dengan bimbingan pembelajar yang secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan mereka untuk mengajukan pertanyaan mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri, pebelajar belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas itu secara mandiri dalam kehidupan kelak (Ibrahim dan Nur, 2004).
f.          Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
1.         Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah
a)      Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif.
b)      Meningkatkan kemampuan memcahkan masalah.
c)      Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
d)     Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru.
e)      Dapat mendorong siswa/mahasiswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara mandir.
f)       Mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan penyelidikan masalah yang telah ia lakuka.
g)      Dengan PBM akan terjadi pembelajaran bermakna.
h)      Dalam situasi PBM, siswa mengintegrasiskan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
i)        PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

2.         Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah
a)        Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini. Peserta didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode konvensional, pemberian materi terjadi secara satu arah.
b)        Kurangnya waktu pembelajaran. Proses PBM terkadang membutuhkan waktu yang lebih banyak. Peserta didik terkadang memerlukan waktu untuk menghadapi persoalan yang diberikan. Sementara, waktu pelaksanaan PBM harus disesuaikan dengan beban kurikulum.
c)        Menurut Fincham et al. (1997), "PBL tidak menghadirkan kurikulum baru tetapi lebih pada kurikulum yang sama melalui metode pengajaran yang berbeda," (hal. 419).
d)       Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka untuk belajar, terutama di daerah yang mereka tidak memiliki pengalaman sebelumnya.
e)        Seorang guru mengadopsi pendekatan PBL mungkin tidak dapat untuk menutup sebagai bahan sebanyak kursus kuliah berbasis konvensional. PBL bisa sangat menantang untuk melaksanakan, karena membutuhkan banyak perencanaan dan kerja keras bagi guru. Ini bisa sulit pada awalnya bagi guru untuk "melepaskan kontrol" dan menjadi fasilitator, mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan yang tepat daripada menyerahkan mereka solusi

4.    MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI
a.         Pengertian Teknologi Informasi
Teknologi Informasi (TI), atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Information technology (IT) adalah istilah umum yang menjelaskan teknologi apa pun yang membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, mengomunikasikan dan/atau menyebarkan informasi. TI menyatukan komputasi dan komunikasi berkecepatan tinggi untuk data, suara, dan video. Contoh dari Teknologi Informasi bukan hanya berupa komputer pribadi, tetapi juga telepon, TV, peralatan rumah tangga elektronik, dan peranti genggam modern (misalnya ponsel).
b.        Media Pembelajaran Berbasis IT
Komputer merupakan jenis media yang secara virtual dapat menyediakan respon yang segera terhadap hasil belajar yang dilakukan oleh siswa. Lebih dari itu, komputer memiliki kemampuan menyimpan dan memanipulasi informasi sesuai dengan kebutuhan. Perkembangan teknologi yang pesat saat ini telah memungkinkan komputer memuat dan menayangkan beragam bentuk media di dalamnya. Saat ini teknologi komputer tidak lagi hanya digunakan sebagai sarana komputasi dan pengolahan kata (word processor) tetapi juga sebagai sarana belajar multi media yang memungkinkan peserta didik membuat desain dan rekayasa suatu konsep dan ilmu pengetahuan. Sajian multimedia berbasis komputer dapat diartikan sebagai teknologi yang mengoptimalkan peran komputer sebagai sarana untuk menampilkan dan merekayasa teks, grafik, dan suara dalam sebuah tampilan yang terintegrasi. Dengan tampilan yang dapat mengkombinasikan berbagai unsur penyampaian informasi dan pesan, komputer dapat dirancang dan digunakan sebagai media teknologi yang efektif untuk mempelajari dan mengajarkan materi pembelajaran yang relevan misalnya rancangan grafis dan animasi.
Multimedia berbasis komputer dapat pula dimanfaatkan sebagai sarana dalam melakukan simulasi untuk melatih keterampilan dan kompetensi tertentu. Misalnya, penggunaan simulator kokpit pesawat terbang yang memungkinkan peserta didik dalam akademi penerbangan dapat berlatih tanpa menghadapi risiko jatuh. Contoh lain dari penggunaan multimedia berbasis komputer adalah tampilan multimedia dalam bentuk animasi yang memungkinkan mahasiswa pada jurusan eksakta, biologi, kimia, dan fisika melakukan percobaan tanpa harus berada di laboratorium.
Perkembangan teknologi komputer saat ini telah membentuk suatu jaringan (network) yang dapat memberi kemungkinan bagi siswa untuk berinteraksi dengan sumber belajar secara luas. Jaringan komputer berupa internet dan web telah membuka akses bagi setiap orang untuk memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan terkini dalam bidang akademik tertentu. Diskusi dan interaksi keilmuan dapat terselenggara melalui tersedianya fasilitas internet dan web di sekolah.
Penggunaan internet dan web tidak hanya dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap kegiatan akademik siswa tapi juga bagi guru. Internet dan web dapat memberi kemungkinan bagi guru untuk menggali informasi dan ilmu pengetahuan dalam mata pelajaran yang menjadi bidang ampuannya. Melalui penggunaan internet dan web, guru akan selalu siap mengajarkan ilmu pengetahuan yang mutakhir kepada siswa. Hal ini tentu saja menuntut kemampuan guru itu sendiri untuk selalu giat mengakses website dalam bidang yang menjadi keahliannya.
Media dalam pembelajaran memiliki fungsi sebagai alat bantu untuk memperjelas pesan yang disampaikan guru. Media juga berfungsi untuk pembelajaran individual dimana kedudukan media sepenuhnya melayani kebutuhan belajar siswa (pola bermedia).
c.         Keunggulan Sistem Pembelajaran Berbasis IT
1.         Sistem pembelajaran lebih inovatif dan interaktif.
2.         Mampu menimbulkan rasa senang selama pembelajaran berlangsung, sehingga akan menambah motivasi belajar siswa.
3.         Mampu menggabungkan antara teks, gambar, audio, musik, animasi gambar atau video dalam satu kesatuan yang saling mengukung sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
4.         Mampu memvisualisasikan materi yang abstrak.
5.         Media penyimpanan yang relatif gampang dan fleksibel.
6.         Membawa obyek yang sukat didapat atau berbahaya ke dalam lingkungan belajar.
7.         Menampilkan objek yang terlalu besar ke dalam kelas.
8.         Menampilkan objek yang tidak dapat dilihat secara langsung.


d.        Sistem Pembelajaran Berbasis IT meliputi :
1.         Persiapan
Mencakup Analisis Kurikulum, analisis kebutuhan maupun desain.
2.         Pembelajaran
                   Metode yang digunakan secara umum adalah :
a.       Metode Klasikal
Metode klasikal, yaitu penggunaan media komputer dengan sebuah media tayang lebar. Untuk metode ini dapat digunakan  peralatan : 1 unit komputer + multimedia proyektor (LCD Proyektor), atau 1 unit komputer + televisi.
b.      Metode Kelompok
Metode kelompok, metode ini dapat diterapkan pada kelas dengan  sejumlah kecil komputer. Sebuah komputer digunakan untuk beberapa siswa. Cara ini memungkinkan siswa untuk saling berdiskusi.
c.       Metode Individual/Mandiri
Metode individual, yaitu satu orang siswa dengan  sebuah komputer. Metode ini dapat digunakan untuk sekolah yang memiliki banyak komputer (laboratorium). Siswa juga dapat mengcopy software untuk digunakan di rumah sebagai bahan remedial. Siswa dapat menggunakan media internet di luar jam sekolah, untuk menerima/kirim tugas, mencari bahan dari luar sekolah.
3.   Evaluasi
                 Evaluasi diperlukan untuk mengetahui apakah strategi yang digunakan cocok atau tidak.
e.         Bentuk Penggunaan Media Komputer Dalam Pembelajaran
1.         Penggunaan Multimedia Presentasi.
Multimedia presentasi digunakan untuk menjelaskan materi-materi yang sifatnya teoretis, digunakan dalam pembelajaran klasikal dengan group belajar yang cukup banyak di atas 50 orang. Media ini cukup efektif sebab menggunakan multimedia projector yang memiliki jangkauan pancar cukup besar. Kelebihan media ini adalah menggabungkan semua unsur media seperti teks, video, animasi, image, grafik dan sound menjadi satu kesatuan penyajian, sehingga mengakomodasi sesuai dengan modalitas belajar siswa.
2.         CD Multimedia Interaktif
CD interaktif dapat digunakan pada pembelajaran di sekolah sebab cukup efektif meningkatkan hasil belajar siswa terutama komputer. Terdapat dua istilah dalam perkembangan CD interaktif ini yaitu Computer Based Instructuion (CBI) dan Computer Assisted Instructuion (CAI). Sifat media ini selain interaktif juga bersifat multi media terdapat unsur-unsur media secara lengkap yang meliputi sound, animasi, video, teks dan grafis. Beberapa model multimedia interaktif di antaranya:
a)          Model Drill
Model drills dalam CBI pada dasarnya merupakan salah satu starategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih kongkrit melalui penciptan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang sebenarnya.
b)        Model Tutorial
Program CBI tutorial dalam merupakan program pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat lunak berupa program komputer yang berisi materi pelajaran. Program ini juga menuntut siswa untuk mengaplikasikan ide dan pengetahuan yang dimilikinya secara langsung dalam kegiatan pembelajaran.
c)         Model Simulasi
Model simulasi dalam CBI pada dasarnya merupakan salah satu starategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih kongkrit melalui penciptan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang sebenarnya.
d)        Model Games
Model permainan ini dikembangkan berdasarkan atas “pembelajaran menyenangkan”, di mana peserta didik akan dihadapkan pada beberapa petunjuk dan aturan permainan. Dalam konteks pembelajaran sering disebut dengan Instructional Games.
Pada umumnya tipe penyajian yang banyak digunakan adalah “tutorial”. Tutorial ini membimbing siswa secara tuntas menguasai materi dengan cepat dan menarik. Setiap siswa cenderung memiliki perbedaan penguasaan materi tergantung dari kemampuan yang dimilikinya. Penggunaan tutorial melalui CD interaktif lebih efektif untuk mengajarkan penguasaan Software kepada siswa dibandingkan dengan mengajarkanhardware.
Misalnya tutorial Microsoft Office Word, Access, Excel, dan Power Point. Kelebihan lain dari CD interaktif ini adalah siswa dapat belajar secara mandiri, tidak harus tergantung kepada guru/instruktur. Siswa dapat memulai belajar kapan saja dan dapat mengakhiri sesuai dengan keinginannya. Selain itu, materi-materi yang diajarkan dalam CD tersebut dapat langsung dipraktekkan oleh siswa terhadap siftware tersebut. Terdapat juga fungsi repeat, bermanfaat untuk mengulangi materi secara berulang-ulang untuk penguasaan secara menyeluruh.
3.         Video Pembelajaran.
Selain CD interaktif, video termasuk media yang dapat digunakan untuk pembelajaran di SD. Video ini bersifat interaktif-tutorial membimbing siswa untuk memahami sebuah materi melalui visualisasi. Siswa juga dapat secara interaktif mengikuti kegiatan praktek sesuai yang diajarkan dalam video. Penggunaan CD interaktif di SD cocok untuk mengajarkan suatu proses. Misalnya cara penyerbukan pada tumbukan, teknik okulasi, pembelahan sel, proses respirasi dan lain-lain.
4.         Internet
Internet, singkatan dari interconection and networking, adalah jaringan informasi global. Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran mengkondisikan siswa untuk belajar secara mandiri. Para siswa dapat mengakses secara online dari berbagai perpustakaan, museum, database, dan mendapatkan sumber primer tentang berbagai peristiwa sejarah, biografi, rekaman, laporan, data statistik.
Siswa dapat berperan sebagai seorang peneliti, menjadi seorang analis, tidak hanya konsumen informasi saja. Mereka menganalisis informasi yang relevan dengan pembelajaran dan melakukan pencarian yang sesuai dengan kehidupan nyatanya (real life). Siswa dan guru tidak perlu hadir secara fisik di kelas (classroom meeting), karena siswa dapat mempelajari bahan ajar dan mengerjakan tugas-tugas pembelajaran serta ujian dengan cara mengakses jaringan komputer yang telah ditetapkan secara online. Siswa dapat belajar bekerjasama (collaborative) satu sama lain. Mereka dapat saling berkirim e-mail (electronic mail) untuk mendiskusikan bahan ajar. Selain mengerjakan tugas-tugas pembelajaran dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru siswa dapat berkomunikasi dengan teman sekelasnya.
Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut:
a)        Dimungkinkan terjadinya distribusi pendidikan ke semua penjuru tanah air dan kapasitas daya tampung yang tidak terbatas karena tidak memerlukan ruang kelas.
b)        Proses pembelajaran tidak terbatas oleh waktu seperti halnya tatap muka biasa.
c)        Pembelajaran dapat memilih topik atau bahan ajar yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masing-masing.
B.  STRATEGI PEMBELAJARAN
1.        STRATEGI PEMBELAJARAN PAKEM
a.         Pengertian PAKEM
PAKEM adalah sebuah strategi pendekatan introduksional yang memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan beragam untuk mengembangkan ketrampilan, sikap dan pemahaman kegiatan dengan penekanan belajar sambail bekerja secara mandiri. PAKEM merupakan akronim dari pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan.
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran, guru harus menciptakan suasana menyenangkan yang mendukung siswa untuk lebih aktif bertanya, mempertanyakan pelajaran, dan mengemukakan gagasan, serta berkreasi sesuai dengan hasil belajarnya. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam, sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Efektif berarti proses pembelajaran tersebut bermakna bagi siswa. Menyenangkan maksudnya adalah membuat suasana belajar mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar dan waktu perhatian anak pada pelajaran menjadi tinggi.
b.        Konsep Dasar PAKEM
Menurut Sriudin, awal mula istilah PAKEM dikembangkan dari AJEL (Active Joyfull and Efective Learning). Untuk pertama kali di Indonesia, pada tahun 1999 disebut PEAM (Pembelajaran Efektif, Aktif dan Menyenangkan). Seiring dengan perkembangan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), pada tahun 2002 istilah PEAM diganti menjadi PAKEM, yaitu kependekan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Namun demikian, jika dicermati dalam modul-modul PAKEM, landasan teori yang digunakan di dalamnya pada hakikatnya adalah mengambil teori-teori tentang active learning atau pembelajaran aktif.
PAKEM belum layak disebut pendekatan pembelajaran, karena belum ada teori atau literatur yang mendasarinya, tetapi sebuah istilah yang mengintegrasikan dan mengkompilasikan sejumlah pendekatan pembelajaran yang bertujuan menstimulasi guru untuk dapat merancang pembelajaran yang kreatif inovatif. Ketiadaan dasar teori inilah, membuat istilah PAKEM  kemudian dapat diubah-ubah dan dimodifikasi menjadi PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan). Khusus untuk Nanggore Aceh Darusslam dimodifikasi lagi dengan nama PAIKEMIS (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, dan Islami).
Suasana belajar mengajar yang menyenangkan dapat memusatkan perhatian siswa secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (time on task) tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar, seperti disimpulkan oleh Dimas (dalam Qomaruddin, 2005) bahwa memetik senar kegembiraan pada anak akan memunculkan keriangan dan vitalitas dalam jiwanya. Hal itu juga akan menjadikan si anak selalu siap untuk menerima perintah, peringatan, atau bimbingan apapun. Menabur kegembiraan dan keceriaan pada anak akan membuatnya mampu mengaktualisasikan kemampuannya dalam bentuk yang sempurna.
Untuk itu, pembelajaran bernuansa PAKEM diarahkan pada pembelajaran yang berpola permainan (game) yang kemudian dikenal dengan model-model pembelajaran. Para ahli pembelajaran telah merancang sejumlah model pembelajaran sepeti model Jigsaw, Problem Based Instruction (PBI), Think, Pair, and Share (TPS), dan sebagainya.
Di bawah ini beberapa prinsip yang dimiliki pendidikan aktif dan kreatif dan menyenangkan. Di antaranya adalah sebagai berikut:
a.     Mengalami
Mengalami berarti siswa belajar banyak hal yang digerakkan oleh naluri berbuat dan pengalaman langsung dengan mengaktifkan banyak indra. Beberapa contoh dari prinsip mengalami ini adalah melakukan pengamatan, perubahan, penyelidikan, wawancara dan penggunaan alat peraga. Prinsip “mengalami” ini membuat siswa dapat merasakan teori dan ide-ide progresif ketika merasa wawancara dalam rangka membuat bulletin/majalah, misalnya mereka akan berkembang dengan sendirinya dari satu tahap ke tahap berikutnya. Dapri prinsip ini, mereka menjadi lebih matang, dinamis, dan professional. Mengamati wawnacara, menyelidiki, ekperimental dan menggunakan alat peraga membuat mental menjadi kritis, kreatif, inovatif dan kompetitif.
b.        Interaksi
Interaksi antar siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru perlu untuk selalu dijaga agar mempermudah dalam membangun makna. Dengan interaksi pembelajaran menjadi lebih hidup dan menarik, kesalahan makna berpeluang terkoreksi, makna yang terbangun semakin mantap, dan kualitas hasil belajar meningkat. Prinsip interaksi memberikan peluang pada siswa untuk berekspresi dan berartikulasi sesuai kemampuan masing-masing. Potensi mereka akan berkembang karena aktulisasi dinamis yang terus dikembangkan
c.         Komunikasi
Komunikasi dapat diartikan sebagai cara menyampaikan apa yang kita ketahui. Interaksi saja belum cukup jika tidak dilengkapi dengan komunikasi yang baik karena interaksi akan lebih bermakna jika interaksi itu komunikatif. Makna yang terkomunikasikan kepada orang lain secara terbuka memungkinkan untuk mendapat tanggapan. Beberapa cara komunikasi yang dapat dilakukan misalnya dengan pajangan, presentasi maupun laporan..Prinsip komunikasi ini dapat dijadikan sebagai ajang untuk mengetahui sejauh mana pendalaman dan pengayaan materi seorang siswa. Adu gagasan, silang pemikiran dan bedah ide membuat pemikiran menjadi segar, kaya, mendalam dan penuh variasi.
d.        Refleksi
Refleksi berarti memikirkan kembali apa yang diperbuat/dipikirkan. Melalui refleksi kita dapat mengetahui efektifitas pembelajaran yang sudah berlangsung. Refleksi dapat memberikan peluang untuk memunculkan gagasan baru yang bermanfaat dalam perbaikan makna hasil pembelajaran. Dengan refleksi kesalahan dapat dihindari sehingga tidak terulang lagi.
Prinsip refleksi ini juga dapat dijadikan sebagai wahana evaluasi dari strategi yang telah diterapkan dan hasil yang didapatkan. Dan refleksi ini akan diketahui kelemahan dan kelebihan/efektif dan tidaknya suatu jenis pembelajaran. Akan ada ide-ide baru, pemikiran baru dan gagasan baru yang lebih segar, kaya dan penuh makna dari proses refleksi ini.
Keempat prinsip ini membuat PAKEM berjalan pada kerangka dasar yang telah dirumuskan sebelumnya, yaitu membentuk pembelajaran yang berkualitas dan mampu menghasilkan kader-kader muda yang berkreasi demi bangkitnya potensi bangsa.
c.         Nilai-nilai Karakter Dalam Strategi PAKEM
Strategi PAKEM ini masuk dalam pengembangan strategi active learning, banyak persamaan yang mendasari antara kedua strategi tersebut. Menurut T. Taslimuharom, proses strategi PAKEM dapat dikatakan active learning jika mengandung komitmen, tanggung jawab dan motivasi dalam proses pembelajarannya. Ketiga eleman ini merupakan alat untuk pembentukan karakter peserta didik.


1.     Komitmen (keterlekatan pada tugas)
Artinya materi, metode dan strategi pembelajaran bermanfaat untuk siswa (meaningful) sesuai dengan kebutuhan siswa (relevant) dan bersifat pribadi (personal)
2.     Tanggung jawab (responsibility)
Tanggung jawab merupakan suatu proses belajar yang memberi wewenang pada siswa untuk kritis. Guru lebih banyak mendengar daripada bicara, menghormati ide-ide siswa, member pilihan dan memberi kesempatan pada siswa untuk memutuskan sendiri
3.     Motivasi
Motivasi belajar ada dua macam yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Dalam pembelajaran ini, motivasi intrinsik siswa harus lebih dikembangkan agar proses belajar yang ditekuninya muncul berdasarkan minat dan inisiatif sendiri, bukan karena dorongan lingkungan atau orang lain. Motivasi belajar siswa akan meningkat karena pendekatan belajar yang dilakukan guru lebih dipusatkan pada siswa (student centered approach). Guru tidak hanya menyuapi atau menuangkan dalam ember, tetapi menghidupkan api yang menerangi sekelilingnya serta bersikap positif kepada siswa.
PAKEM dalam Active learning bisa dibangun oleh seorang guru yang gembira, tekun, dan setia pada tugasnya, bertanggung jawab, motivator yang bijak, berpikir positif, terbuka pada ide baru dan saran dari siswa atau orang tuanya/masyarakat, tiap hari energinya untuk siswa supaya belajar kreatif, selalu membimbing, seorang pendengar yang baik, memahami kebutuhan siswa secara individual dan mengikuti perkembangan pengetahuan.
Selain active learning, PAKEM harus ditunjang oleh pembelajaran kreatif. Pembelajaran kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan, mengimajinasikan, melakukan inovasi dan melakukan hal-hal yang artistik lainnya. Selain itu, guru juga harus mampu menciptakan suatu proses yang baru, memiliki kemampuan untuk menciptakan dan merancang untuk mensimulasikan imajinasi. Kreativitas adalah kemampuan (berdasarkan data dan informasi yang tersedia) untuk memberikan gagasan-gagasan baru dengan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah yang menekankan segi kuantitas, ketergantungan, keragaman jawaban dan menerapkannya dalam pemecahan masalah.
d.        Prosedur Pelaksanaan Strategi Pembelajaran PAKEM
1.    Memahami Sifat yang Dimiliki Anak
Pada dasarnya anak memiliki sifat ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin,semua terlahir dengan kedua sifat tersebut. Sifattersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/ berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah, sehingga kedua sifat tersebut dapat berkembang dengan subur. Suasana pembelajaran simana guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, merupakan pembelajaran yang diharapkan mampu mengembangkan kedua sifat di atas.
2.    Mengenal Anak Secara Personal
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM, perbedaan individual tersebut perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantnya sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal.
3.    Memanfaatkan Perilaku Anak Dalam Pengorganisasian Belajar
Sebagai makhluk sosial, secara alami anak akan bermain secara berpasangan atau berkelompok. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas/membahas sesuatu, anak dapat melakukannya secara berpasangan/dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka dudukberkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya juga berkembang.

e.         Variasi Strategi Pembelajaran PAKEM
1.      Memprioritaskan Pelatihan Guru
Ujung tombak PAKEM adalah guru. Di tangan gurulah terletak efektif tidaknya PAKEM. Oleh sebab itu, langkah yang pertama dan utama untuk menyukseskan program ini adalah mengadakan pelatihan guru secara intensif dan ektensif. Disamping itu, guru juga harus membekali dirinya dengan banyak membaca buku-buku untuk memperkaya pengalaman, wawsan, dan cakrawala pemikirannya, sehingga anak didik merasa mantap mendapat ilmu darinya.
2.      Optimalisasi Microteaching
Microteaching menjadi terobosan progresif dalam pengajaran. Microteaching ini bisa dijadikan alternatif eksperimentasi PAKEM. Microteaching sering dijadikan sarana untuk mengetahui kemampuan mengajar calon guru, sehingga sangat bermanfaat untuk mematangkan kemampuan guru. Microteaching ini bisa menjadi laboratorium pengajaran efektif untuk mengasah profesionalitas guru dalam menerapkan PAKEM.
3.      Mencoba Teamteaching
Teamteaching adalah system mengajar oleh beberapa guru yang mempunyai keahlian mendalam (tim). Misalnya pelajaran IPA diasuh oleh 2 guru, yang satu menerangkan dan yang lainnya mengamati dalam kelas untuk melihat respon siswa dan berusaha menggugah semangat belajar siswa. Ada kelebihan dan kekurangan dalam melakukan teamteaching ini. Di satu sisi siswa akan mendapatkan pengalaman, ilmu dan wawasan yang berbeda sehingga kaya wacana. Namun disisi lain apabila salah satu guru tidak masuk, maka penyampaian makna tidak akan maksimal.
4.    Menerapkan moving class
Siswa perlu suasana, tempat dan kondisi baru sehingga tidak jenuh. Disinilah pentingnya menerapkan teori moving class. Moving class adalah sistem pembelajaran dimana siswa harus berpindah-pindah kelas, sesuai pelajaran yang diajarkannya. Misalnya ketika pelajaran agama siswa dipindahkan ke ruang yang didesain khusus untuk peribadatan. Ketika pelajaran bahasa siswa dipindah ke ruangan yang didesain khusus untuk bahasa, begitu seterusnya.
5.    Membuat Diktat Praktis
Masing-masing guru bidang studi, seyogyanya mempunyai buku diktat sendiri untuk materi yang diampu sebagai indikator profesionalitas dan kompetensi keilmuannya. Ketika menyusun diktat ini, guru harus menulisnya dengan gaya PAKEM yaitu diktat yang bisa menjadi panduan pembelajaran yang interaktif, menyenangkan dan mempunyai kualitas tinggi.
f.          Keunggulan Dan Kelemahan Strategi PAKEM
1.    Keunggulan
Dengan strategi pembelajaran PAKEM, guru tidak hanya monoton saja dalam menyampaikan materinya, namun dapat bervariatif dan lebih kreatif dalam menampilkan berbagai hal materi kepada siswanya. Begitu pula dengan keadaan peserta didik akan lebih enjoy dalam menangkap materi, mengikuti pelajarannya tidak mudah bosan dan suntuk. Siswa selalu termotivasi akan lebih giat untuk meraih prestasi yang cerah, gemilang, penuh antusias.
Guru lebih dekat dengan siswa karena dengan prinsip PAKEM, maka guru selalu menjadi inspirator dan motivator bagi mereka tentunya lebih mengenal masing-masing individu.
2.    Kelemahan
Sebagaimana keterangan diatas, PAKEM menuntut seorang guru untuk aktif dan kreatif dalam mengembangkan ilmu dan wawasannya, sehingga mampu memberikan inspirasi dan motivasi siswa untuk belajar dan mengembangkan kreativitasnya. Apabila guru pasif, maka tujuan PAKEM tidak akan tercapai.
Kelemahan lainnya adalah program ini mengharuskan seorang guru untuk berperan aktif, proaktif dan kreatif dalam mencari dan merancang media/bahan ajar alternatif yang mudah,murah dan sederhana, namun tetap relevan dengan tema pelajaran yang sedang dipelajari. Penggunaan perangkat multimedia seperti ICT sungguh sangat ideal, tetapi tidak semua sekolah mampu mengaksesnya. Hal ini jelas akan menjadi sebuah bumerang bagi guru, ketika ia tidak memiliki kemampuan untuk memanajemen dan menguasai hal-hal yang harus ada untuk melakukan metode pembelajaran PAKEM. Guru yang tidak memiliki daya kreasi yang tinggi tidak akan mampu melakukan metode pembelajaran ini dengan baik di dalam kelas.
Dalam menghadapi situasi ini, hal paling mendasar yang hasrus dilakukan oleh guru adalah mengubah cara pikirnya, yaitu pembelajaran ini tidak hanya membutuhkan penguasaan terhadap materi secara verbal, namun juga membutuhkan daya kreatavitas yang tinggi untuk mempermudah belajar siswa. Selain itu, guru juga harus mengubah pandangan bahwa belajar hanyalah ritual yang membosankan. Sebab, PAKEM juga memperhatikan bakat, minat dan modalitas belajar siswa, bukan semata potensi akademiknya saja.
Proses pembelajaran akan berlangsung seperti yang diharapkan  jika peran guru dalam berinteraksi dengan siswanya selalu memberikan motivasi, memfasilitasi tanpa mendominasi, memberikan kesempatan untuk berpartisipasi aktif, serta membantu dan mengarahkan siswa untuk mengembangkan bakat dan minat mereka melalui proses pembelajaran yang terencana. Perlu dicatat bahwa tugas dan tanggung jawab utama bagi guru dalam paradigma baru pendidikan bukan “membuat siswa belajar” tetapi “membuat siswa mau belajar” dan bukan “mengajarkan mata pelajaran” tetapi “mengajarkan cara bagaimana mempelajari mata pelajaran”.
Tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini. Semua pasti ada kelemahan dan kelebihannya. Dalam konteks pembelajaran ini, pendapat yang mengatakan bahwa PAKEM menyebabkan guru pasif, karena siswa lebih aktif adalah kurang benar. Justru dengan memahami PAKEM, secara esensial guru akan menjadi sosok ideal yang mampu memberikan inspirasi dan motivasi kepada siswa untuk berpikir kritis, dinamis, kompetitif dan produktif. Seorang guru tentu tidak mungkin mampu mengemban tugas besar ini kalau pasif.







BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
a.         Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif.
b.         Model pembelajaran Inkuiri menurut Sumantri M. Dan Johar Permana (2000:142) adalah cara penyajian pelajaran dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru.
c.         Model pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah model pembelajaran yang dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh siswa yang diharapkan dapat menambah keterampilan siswa dalam pencapaian materi pembelajaran.
d.        Model pembelajaran berbasis IT dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar dengan beberapa metode pembelajaran (diskusi, inkuiri, deskoveri, dan problem solving) serta menggunakan model pembelajaran yang dikemas sederhana, menarik, dan menyenangkan siswa, sehingga pembelajarannya lebih bermakna. Dengan pembelajaran berbasis IT mendidik siswa untuk berpikir kritis, menambah wawasan dan pengetahuan siswa, mendidik siswa untuk belajar otodidak, dan meningkatkan hasil belajar siswa sehingga mampu meningkatkan mutu pendidikan.
e.         PAKEM yang merupakan akronim dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan ini masih miskin sosialisasi. Banyak guru yang belum mengenal PAKEM, sehingga pembelajaran yang diterapkan masih tradisional, satu arah dan menjadikan guru sebagai pusat dan subjek, sementara siswa menjadi objek statis.
Disinilah tanggung jawab semua pihak, khususnya pemerintah dan kepala sekolah untuk segera mensosialisasikan PAKEM secara intensif dan ekstrasif. Pelatihan demi pelatihan harus segera diadakan untuk mengubah mind dan frame thinking dan ajar guru terbuka terhadap PAKEM, sehingga mampu mengimplikasikannya dalam pembelajaran yang diampunya.
2.      Saran
Sebagai calon guru jangan pernah menyerah terhadap sulitnya proses yang dilalui dalam pembeajaran, karena kesuksesan gemilang identik dengan rumitnya proses dan berliku-likunya kendala yang dilalui. Justru, dari proses panjang itulah, kematangan, kedewasaan dan kecemerlangan lahir dengan kekuatan untuk perubahan pada yang lebih baik.


















DAFTAR PUSTAKA
Bonwell, Charles C., dan James A. Eison, Active Learning: Creating Excitement in the Classroom, http://www.gwu.edu/eriche.15/10/2013
Dee Fink, L., Active Learning, reprinted with permission of the Oklahoma Instructional Development Program, 1999,
http://www.edweb.sdsu.edu/people/bdodge/Active/ActiveLearning.html.15/10/2013
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta, 2002.
McKeachie W., Teaching Tips: A Guidebook for the Beginning College Teacher, Boston, D.C. Health, 1986.
Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Konsep, Karakteristik dan Implementasi, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2004.
Pollio, H.R., “What Students Think About and Do in College Lecture Classes” dalam Teaching-Learning Issues No. 53, Knoxville, Learning Research Centre, University of Tennesse, 1984.
Silberman, Mel, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (terjemahan Sarjuli et al.) Yogyakarta, YAPPENDIS, 2004.
Walgito, Bimo, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta, Andi Offset, 1997.
Wenger, Win, Beyond Teaching and Learning, Memadukan Quantum Teaching & Learning, (terjemahan Ria Sirait dan Purwanto), Nuansa, 2003.


1 komentar: