MAKALAH DASAR-DASAR KEPENDIDIKAN MIPA
MODEL DAN STRATEGI DALAM PEMBELAJARAN MIPA
Disusun Oleh Kelompok 8
Sukiman Rizza U
Ika Yuliani
Nova Rizkiansyah
Susi Yuliana
Nurhasni Sajrin
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA (FPMIPA)
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) MATARAM
2013
KATA PENGHANTAR
Puji syukur
penyusun panjatkan khadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahnya makalah
ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya,yang merupakan salah satu tugas
dari mata kuliah DASAR-DASAR PENDIDIKAN MIPA maka penyusun mempersembahkan satu makalah yang berjudul “MODEL
DAN STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MIPA”.
Pada kesempatan ini penyusun
mengucapkan terima kasih atas kerja sama dan bantuan selama proses pembuatan
makalah ini. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata
kuliah Dasar-dasar Pendidikan MIPA yang telah memberikan petunjuknya dalam penyusunan makalah ini.
Akhir kata,penyusun
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sebagai mana yang kita
harapkan. Oleh karena itu penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya jika
terdapat kesalahan, kekurangan dan kekeliruan baik dalam penyusunan maupun penyampaian materi.
Kritik dan saran yang bersifat membangun sangatalah penyusun harapkan untuk
menunjang perbaikan dimasa mendatang. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi
penyusun pada khususnya dan bagi pembaca pada umunya.terima kasih.
Mataram, 15
Oktober 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1
1.
Latar
Belakang .................................................................. 1
2.
Rumusan
Masalah ............................................................. 3
3.
Tujuan
Penulisan ............................................................... 3
4.
Metode
Penulisan .............................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................... 4
A.
Model-Model
Pembelajaran Dalam MIPA........................ 4
1. Model Pembelajaran Konstruktivisme........................... 4
2. Model
Pembelajaran Langsung..................................... 9
3. Model Pembelajaran Inkuiri......................................... 17
4. Model Pembelajaran Berbasis Masalah........................ 20
5. Model Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi..... 26
B.
Strategi Pembelajaran....................................................... 33
1. Strategi Pembelajaran PAKEM.................................... 33
BAB III PENUTUP ......................................................................... 43
1.
Kesimpulan ...................................................................... 43
2.
Saran ............................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 45
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam
pembangunan nasional, pendidikan diartikan sebagai upaya meningkatkan harkat
dan martabat manusia serta dituntut untuk menghasilkan kualitas manusia yang
lebih tinggi guna menjamin pelaksanaan dan kelangsungan pembangunan.
Peningkatan kualitas pendidikan harus dipenuhi melalui peningkatan kualitas dan
kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya. Pembaharuan kurikulum
yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa
mengesampingkan nilai-nilai luhur sopan santun dan etika serta didukung
penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, karena pendidikan yang
dilaksanakan sedini mungkin dan berlangsung seumur hidup menjadi tanggung jawab
keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah.
Pada era
globalisasi, perkembangan IPTEK semakin marak di masyarakat. Maraknya
perkembangan IPTEK disebabkan oleh adanya tuntutan manusia untuk berkembang dan
maju dalam berbagai bidang sesuai dengan perkembangan zaman. Tuntutan tersebut,
dapat diperoleh melalui informasi aktual dari peralatan IPTEK yang canggih.
Pendidikan merupakan upaya untuk membentuk sumber daya manusia yang dapat
meningkatkan kualitas kehidupannya. Dengan demikian kebutuhan manusia yang
semakin kompleks akan terpenuhi. Selain itu melalui pendidikan akan dibentuk
manusia yang berakal dan berhati nurani.
Kualifikasi
sumber daya manusia yang mempunyai karakteristik seperti diatas, sangat
diperlukan dalam menguasai dan mengembangkan ilmupengetahuan dan teknologi,
sehingga mampu menghadapi persainganglobal.Sumber daya manusia merupakan salah
satu faktor penting dalamkeberhasilan pembangunan disegala bidang. Hingga kini
pendidikan masihdiyakini sebagai wadah dalam pembentukan sumber daya manusia
yangdiinginkan.
Melihat
begitu pentingnya pendidikan dalam pembentukansumber daya manusia, maka
peningkatan mutu pendidikan merupakan halyang wajib dilakukan secara
berkesinambungan guna menjawabperubahan zaman. Masalah peningkatan mutu
pendidikan tentulah sangatberhubungan dengan masalah proses pembelajaran.
Proses pembelajaranyang sementara ini dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan
kita masihbanyak yang mengandalkan cara-cara lama dalam penyampaian
materinya.Di masa sekarang banyak orang mengukur keberhasilan suatupendidikan
hanya dilihat dari segi hasil. Pembelajaran yang baik adalahbersifat menyeluruh
dalam melaksanakannya dan mencakup berbagaiaspek, baik aspek kognitif, afektif,
maupun psikomotorik, sehingga dalampengukuran tingkat keberhasilannya selain
dilihat dari segi kuantitas jugadari kualitas yang telah dilakukan di
sekolah-sekolah.
Mengacu dari
pendapat tersebut, maka pembelajaran yang aktif ditandai adanya rangkaian
kegiatan terencana yang melibatkan siswasecara langsung, komprehensif baik
fisik, mental maupun emosi. Halsemacam ini sering diabaikan oleh guru karena
guru lebih mementingkanpada pencapaian tujuan dan target kurikulum. Salah satu
upaya guru dalammenciptakan suasana kelas yang aktif, efektif dan menyenangkan
dalampembelajaran yakni dengan menggunakan alat peraga. Hal ini dapatmembantu
guru dalam menggerakkan, menjelaskan gambaran ide darisuatu materi.
Tugas utama
guru adalah mengelola proses belajar dan mengajar, sehingga terjadi interaksi
aktif antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Interaksi tersebut
sudah barang tentu akan mengoptimalkan pencapaian tujuan yang dirumuskan. Usman
(2000:4) menyatakan bahwa proses belajar dan mengajar adalah suatu proses yang
mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal
balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu
(1990:1). Senada dengan Usman, Suryosubroto (1997:19) mengatakan bahwa proses
belajar dan mengajar meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari
perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut
yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yakni
pengajaran.
Strategi Pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran
yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David,
Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung
makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat
konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu
pelaksanaan pembelajaran.
Model Pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan
kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan
suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Kendati demikian, seringkali
penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi
pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
1.
Model pembelajaran apa saja yang dapat diterapkan
dalam MIPA?
2.
Strategi apa yang dibutuhkan dalam pembelajaran MIPA?
C. Tujuan
Ø Tujuan umum
Untuk mengetahui apa saja model dan strategi
pembelajaran dalam MIPA.
Ø Tujuan
khusus
1.
Menjadi bahan masukan bagi penulis untuk bekal di
lingkungan akademik khususnya dan di masyarakat nantinya.
2.
Menjadi bahan masukan bagi pembaca dalam hal ini hasil
penulisan dapat menjadi sumber informasi dan referensi
D. Metode
Penulisan
Dalam makalah ini penulis
menggunakan metode kepustakaan yakni dengan membaca buku dan mengunjungi
website-website pada internet.
BAB II
PEMBAHASAN
A. MODEL-MODEL
PEMBELAJARAN DALAM MIPA
1.
MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
a.
Pengertian Model Pembelajaran Konstruktivisme
Menurut
faham konstruktivis pengetahuan merupakan konstruksi (bentukan) dari orang yang
mengenal sesuatu (skemata). Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada
orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang
diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif di mana terjadi
proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga
terbentuk suatu skema (jamak: skemata) yang baru. Seseorang yang belajar
itu berarti membentuk pengertian atau pengetahuan secara aktif dan
terus-menerus (Suparno, 1997).
Kontruksi
berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme
adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual
yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap
untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan
memberi makna melalui pengalaman nyata.
Sedangkan
menurut Tran Vui Konstruktivisme adalah suatu filsafat belajar yang dibangun
atas anggapan bahwa dengan memfreksikan pengalaman-pengalaman sendiri.sedangkan
teori Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap
manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk
menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut denga bantuan fasilitasi orang
lain. Dari keterangan diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa teori ini
memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi,
pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan
dirinya sendiri.
b.
Tujuan Model
Pembelajaran Konstruktivisme
Adapun
tujuan dari teori ini dalah sebagai berikut :
1.
Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah
tanggung jawab siswa itu sendiri. Mengembangkan kemampuan siswa untuk
mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya.
2.
Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan
pemahaman konsep secara lengkap.
3.
Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir
yang mandiri.
4.
Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar
itu.
Salah satu
teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar
konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga
disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori
belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas
dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap
perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu
dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor anak
berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Ruseffendi, 1988: 132).
Selanjutnya,
Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989: 159) menegaskan
bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan
akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan,
akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi
baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat (Ruseffendi 1988: 133).
Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi
pembentukan skema baru yang cocok dengan ransangan baru atau memodifikasi skema
yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu (Suparno, 1996: 7).
Konstruktivis
ini dikritik oleh Vygotsky, yang menyatakan bahwa siswa dalam mengkonstruksi
suatu konsep perlu memperhatikan lingkungan sosial. Konstruktivisme ini
oleh Vygotsky disebut konstruktivisme sosial (Taylor, 1993; Wilson, Teslow dan
Taylor,1993; Atwel, Bleicher & Cooper, 1998).
c. Langkah-Langkah Pembelajaran Kontrutivisme
1. Identifikasi tujuan.
Tujuan dalam
pembelajaran akan memberi arah dalam merancang program, implementasi program
dan evaluasi.
2. Menetapkan Isi Produk Belajar.
Pada tahap
ini, ditetapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika yang mana yang harus
dikuasai siswa.
3. Identifikasi dan Klarifikasi Pengetahuan Awal Siswa.
Identifikasi
pengetahuan awal siswa dilakukan melalui tes awal, interview klinis dan peta
konsep.
4. Identifikasi dan Klarifikasi Miskonsepsi Siswa.
Pengetahuan
awal siswa yang telah diidentifikasi dan diklarifikasi perlu dianalisa lebih
lanjut untuk menetapkan mana diantaranya yang telah sesuai dengan konsepsi
ilmiah, mana yang salah dan mana yang miskonsepsi.
5. Perencanaan Program Pembelajaran dan Strategi
Pengubahan Konsep.
Program
pembelajaran dijabarkan dalam bentuk satuan pelajaran. Sedangkan strategi
pengubahan konsepsi siswa diwujudkan dalam bentuk modul.
6. Implementasi Program Pembelajaran dan Strategi
Pengubahan Konsepsi.
Tahapan ini
merupakan kegiatan aktual dalam ruang kelas. Tahapan ini terdiri dari tiga
langkah yaitu : orientasi dan penyajian pengalaman belajar, menggali ide-ide
siswa, restrukturisasi ide-ide.
7. Evaluasi.
Setelah berakhirnya kegiatan implementasi program pembelajaran, maka
dilakukan evaluasi terhadap efektivitas model belajar yang telah diterapkan.
8. Klarifikasi dan analisis miskonsepsi siswa yang
resisten.
Berdasarkan hasil evaluasi perubahan miskonsepsi maka dilakukaan klarifikasi
dan analisis terhadap miskonsepsi siswa, baik yang dapat diubah secara tuntas
maupun yang resisten.
9. Revisi strategi pengubahan miskonsepsi.
Hasil analisis miskonsepsi yang resisten digunakan sebagai pertimbangan
dalam merevisi strategi pengubahan konsepsi siswa dalam bentuk modul.
d. Ciri-Ciri Pembelajaran Secara
Konstuktivisme
1.
Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru
melalui penglibatan dalam dunia sebenarnya.
2.
Menggalakkan soalan/idea yang dimul akan oleh murid
dan menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran.
3.
Menyokong pembelajaran secara koperatif Mengambilkira
sikap dan pembawaan murid.
4.
Mengambilkira dapatan kajian bagaimana murid belajar
sesuatu ide.
5.
Menggalakkan & menerima daya usaha & autonomi
murid.
6.
Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid
& guru.
7.
Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama
penting dengan hasil pembelajaran.
8.
Menggalakkan proses inkuiri murid mel alui kajian dan
eksperimen.
e. Prinsip-Prinsip Konstruktivisme
Secara garis
besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar
adalah:
1.
Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
2.
Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid,
kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
3.
Murid aktif megkontruksi secara terus menerus,
sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.
4.
Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi
agar proses kontruksi berjalan lancar.
5.
Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
6.
Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya
sebuah pertanyaan.
7.
Mmencari dan menilai pendapat siswa.
8.
Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan
siswa.
f. Keunggulan dan Kelemahan Model
Konstrutivisme
1.
Keunggulan
Model kontruktivisme
a)
Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri,
berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikan penjelasan
tentang gagasannya.
b)
Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi
pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau
rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas
pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk merangkai
fenomena, sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan
tentang fenomena yang menantang siswa.
c)
Pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan
untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir
kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan
gagasan-gagasanpada saat yang tepat.
d)
Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi
kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk
memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks, baik yang
telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan
berbagai strategi belajar.
e)
Pembelajaran Konstruktivisme mendorong siswa untuk
memikirkan perubahan gagasan merka setelah menyadari kemajuan mereka serta
memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
f)
Pembelajaran Konstruktivisme memberikan lingkungan
belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling
menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.
2.
Kelemahan
Model Konstruktivisme
Dalam
bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses
belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu
mendukung.
2.
MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG
a.
Pengertian Pembelajaran Langsung
Model
pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang menekankan pada penguasaan
konsep dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif.
b.
Ciri-Ciri Pembelajaran Langsung
1.
Transformasi dan ketrampilan secara langsung.
2.
Pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu.
3.
Materi pembelajaran yang telah terstuktur.
4.
Lingkungan belajar yang telah terstruktur.
5.
Distruktur oleh guru.
Guru
berperan sebagai penyampai informasi, dan dalam hal ini guru seyogyanya
menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape recorder,
gambar, peragaan, dan sebaganya. Informasi yang disampaikan dapat berupa
pengetahuan prosedural (yaitu pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan
sesuatu) atau pengetahuan deklaratif, (yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat
berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi). Kritik terhadap penggunaan
model ini antara lain bahwa model ini tidak dapat digunakan setiap waktu dan
tidak untuk semua tujuan pembelajaran dan semua siswa.
c.
Tahapan Model Pembelajaran Langsung
Tahapan atau
sintaks model pembelajaran langsung menurut Bruce dan Weil (1996), sebagai
berikut:
1.
Orientasi.
Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat menolong siswa
jika guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan
disampaikan. Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa:
Ø Kegiatan
pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang
telah dimiliki siswa.
Ø Mendiskusikan
atau menginformasikan tujuan pelajaran.
Ø Memberikan
penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan.
Ø Menginformasikan
materi/konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama
pembelajaran.
Ø Menginformasikan
kerangka pelajaran.
2. Presentasi
Pada fase
ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-konsep maupun
keterampilan. Penyajian materi dapat berupa:
Ø Penyajian
materi dalam langkah-langkah kecil sehingga materi dapat dikuasai siswa dalam
waktu relatif pendek.
Ø Pemberian
contoh-contoh konsep.
Ø Pemodelan
atau peragaan keterampilan dengan cara demonstrasi atau penjelasan
langkah-langkah kerja terhadap tugas.
Ø Menjelaskan
ulang hal-hal yang sulit.
3. Latihan
terstruktur
Pada fase
ini guru memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan. Peran guru yang penting
dalam fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap respon siswa dan
memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar dan mengoreksi respon
siswa yang salah.
4. Latihan
terbimbing
Pada fase
ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih konsep atau
keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk
mengases/menilai kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran
guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan.
5. Latihan
mandiri
Pada fase
ini siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini dapat dilalui
siswa jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam fase
bimbingan latihan.
d.
Langkah-Langkah
Pembelajaran Langsung
Di lain
pihak, Slavin (2003) mengemukakan tujuh langkah dalam sintaks pembelajaran
langsung, yaitu sebagai berikut.
1.
Menginformasikan
tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada siswa.
Dalam tahap ini guru menginformasikan hal-hal yang harus dipelajari dan
kinerja siswa yang diharapkan.
2.
Me-review pengetahuan dan keterampilan prasyarat.
Dalam tahap ini guru mengajukan pertanyaan untuk mengungkap pengetahuan dan
keterampilan yang telah dikuasai siswa.
3.
Menyampaikan
materi pelajaran.
Dalam fase ini, guru menyampaikan materi, menyajikan informasi, memberikan
contoh-contoh, mendemontrasikan konsep dan sebagainya.
4.
Melaksanakan
bimbingan.
Bimbingan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menilai
tingkat pemahaman siswa dan mengoreksi kesalahan konsep.
5.
Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berlatih.
Dalam tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih
keterampilannya atau menggunakan informasi baru secara individu atau kelompok.
6.
Menilai
kinerja siswa dan memberikan umpan balik.
Guru memberikan reviu terhadap hal-hal yang telah dilakukan siswa,
memberikan umpan balik terhadap respon siswa yang benar dan mengulang
keterampilan jika diperlukan.
7.
Memberikan
latihan mandiri.
Dalam tahap ini, guru dapat memberikan tugas-tugas mandiri kepada siswa
untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah mereka pelajari.
e.
Situasi
Pembelajaran Langsung Dapat Digunakan
Beberapa
situasi yang memungkinkan model pembelajaran langsung cocok untuk diterapkan
dalam pembelajaran:
1.
Ketika guru ingin mengenalkan suatu bidang
pembelajaran yang baru dan memberikan garis besar pelajaran dengan
mendefinisikan konsep-konsep kunci dan menunjukkan keterkaitan di antara
konsep-konsep tersebut.
2.
Ketika guru ingin mengajari siswa suatu keterampilan
atau prosedur yang memiliki struktur yang jelas dan pasti.
3.
Ketika guru ingin memastikan bahwa siswa telah
menguasai keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan dalam
kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa, misalnya penyelesaian masalah
(problem solving).
4.
Ketika guru ingin menunjukkan sikap dan
pendekatan-pedekatan intelektual (misalnya menunjukkan bahwa suatu argumen
harus didukung oleh bukti-bukti, atau bahwa suatu penjelajahan ide tidak selalu
berujung pada jawaban yang logis)
5.
Ketika subjek pembelajaran yang akan diajarkan cocok
untuk dipresentasikan dengan pola penjelasan, pemodelan, pertanyaan, dan
penerapan.
6.
Ketika guru ingin menumbuhkan ketertarikan siswa akan
suatu topik.
7.
Ketika guru harus menunjukkan teknik atau
prosedur-prosedur tertentu sebelum siswa melakukan suatu kegiatan praktik.
8.
Ketika guru ingin menyampaikan kerangka
parameter-parameter untuk memandu siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran
kelompok atau independen.
9.
Ketika para siswa menghadapi kesulitan yang sama yang
dapat diatasi dengan penjelasan yang sangat terstruktur.
10.
Ketika lingkungan mengajar tidak sesuai dengan
strategi yang berpusat pada siswa atau ketika guru tidak memiliki waktu untuk
melakukan pendekatan yang berpusat pada siswa.
f.
Kelebihan dan Keterbatasan Model Pembelajaran
Langsung
1.
Kelebihan model pembelajaran langsung
a)
Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan
isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat
mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
b)
Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar
maupun kecil.
c)
Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting
atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut
dapat diungkapkan.
d)
Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan
informasi dan pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.
e)
Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan
konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang
berprestasi rendah.
f)
Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang
banyak dalam waktu yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh
seluruh siswa.
g)
Memungkinkan guru untuk
menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai mata pelajaran (melalui presentasi
yang antusias) yang dapat merangsang ketertarikan dan dan antusiasme siswa.
h)
Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk
menyampaikan informasi kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak
memiliki keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan informasi.
i)
Secara umum, ceramah adalah cara yang paling
memungkinkan untuk menciptakan lingkungan yang tidak mengancam dan bebas stres
bagi siswa. Para siswa yang pemalu, tidak percaya diri, dan tidak memiliki
pengetahuan yang cukup tidak merasa dipaksa dan berpartisipasi dan
dipermalukan.
j)
Model pembelajaran langsung dapat digunakan untuk
membangun model pembelajaran dalam bidang studi tertentu. Guru dapat
menunjukkan bagaimana suatu permasalahan dapat didekati, bagaimana informasi
dianalisis, dan bagaimana suatu pengetahuan dihasilkan.
k)
Pengajaran yang eksplisit membekali siswa dengan
”cara-cara disipliner dalam memandang dunia (dan) dengan menggunakan
perspektif-perspektif alternatif” yang menyadarkan siswa akan keterbatasan
perspektif yang inheren dalam pemikiran sehari-hari.
l)
Model pembelajaran langsung yang menekankan kegiatan
mendengar (misalnya ceramah) dan mengamati (misalnya demonstrasi) dapat
membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini.
m)
Ceramah dapat bermanfaat untuk menyampaikan
pengetahuan yang tidak tersedia secara langsung bagi siswa, termasuk
contoh-contoh yang relevan dan hasil-hasil penelitian terkini.
n)
Model pembelajaran langsung (terutama demonstrasi)
dapat memberi siswa tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan yang terdapat
di antara teori (yang seharusnya terjadi) dan observasi (kenyataan yang mereka
lihat).
o)
Demonstrasi memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi
pada hasil-hasil dari suatu tugas dan bukan teknik-teknik dalam
menghasilkannya. Hal ini penting terutama jika siswa tidak memiliki kepercayaan
diri atau keterampilan dalam melakukan tugas tersebut.
p)
Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat
tetap berprestasi apabila model pembelajaran langsung digunakan secara efektif.
q)
Model pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan
refleksi guru sehingga guru dapat terus menerus mengevaluasi dan
memperbaikinya.
2.
Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung
a)
Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan
siswa untuk mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan,
mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki keterampilan dalam
hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya kepada siswa.
b)
Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk
mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran
dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa.
c)
Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk
terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial
dan interpersonal mereka.
d)
Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini,
kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru
tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur,
siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka
akan terhambat.
e)
Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat
struktur dan kendali guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi
karakteristik model pembelajaran langsung, dapat berdampak negatif terhadap
kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan keingintahuan siswa.
f)
Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada
gaya komunikasi guru. Komunikator yang buruk cenderung menghasilkan
pembelajaran yang buruk pula dan model pembelajaran langsung membatasi
kesempatan guru untuk menampilkan banyak perilaku komunikasi positif.
g)
Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci,
atau abstrak, model pembelajaran langsung mungkin tidak dapat memberi siswa
kesempatan yang cukup untuk memproses dan memahami informasi yang disampaikan.
h)
Model pembelajaran langsung memberi siswa cara pandang
guru mengenai bagaimana materi disusun dan disintesis, yang tidak selalu dapat
dipahami atau dikuasai oleh siswa. Siswa memiliki sedikit kesempatan untuk mendebat
cara pandang ini.
i)
Jika model pembelajaran langsung tidak banyak
melibatkan siswa, siswa akan kehilangan perhatian setelah 10-15 menit dan hanya
akan mengingat sedikit isi materi yang disampaikan.
j)
Jika terlalu sering digunakan, model pembelajaran
langsung akan membuat siswa percaya bahwa guru akan memberitahu mereka semua
yang perlu mereka ketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab
mengenai pembelajaran mereka sendiri.
k)
Karena model pembelajaran langsung melibatkan banyak
komunikasi satu arah, guru sulit untuk mendapatkan umpan balik mengenai
pemahaman siswa. Hal ini dapat membuat siswa tidak paham atau salah paham.
l)
Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan
pengamatan siswa. Sayangnya, banyak siswa bukanlah pengamat yang baik sehingga
dapat melewatkan hal-hal yang dimaksudkan oleh guru.
3. MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
a.
Pengertian
Pembelajaran Inkuiri
Model
pembelajaran Inkuiri menurut Sumantri M. Dan Johar Permana (2000:142) adalah
cara penyajian pelajaran dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru.
Model
inkuiri ialah Model mengajar yang paling mirip dengan metode penemuan. Beberapa
perbedaannya adalah sebagai berikut mengajar dengan penemuan biasanya dilakukan
dengan ekspositori dalam kelompok-kelompok kecil (di laboratorium, bengkel,
atau kelas). Sebenarnya mengajar dengan model pembelajaran inkuiri dapat
dilakukan melalui ekspositori, kelompok, dan secara sendiri-sendiri.
Dalam
metode penemuan hasil akhir yang harus ditemukan siswa merupakan sesuatu yang
baru bagi dirinya, namun sudah diketahui oleh guru. Dalam metode ini selain
sebagai pengarah dan pembimbing, guru menjadi sumber informasi data yang
diperlukan. Siswa masih harus mengumpulkan informasi tambahan, membuat hipotesis,
dan mengujinya. Dalam metode penemuan siswa diharapkan menemukan sesuatu yang
penting. Hasilnya adalah nomor dua.
Sebuah
contoh pengajaran penemuan dalam geometri adalah menarik jarak antara dua garis
yang sejajar. Sejenis dengan ini, dalam inkuiri adalah menarik jarak antara dua
garis yang bersilangan sembarang dalam ruang. Contoh-contoh topik lainnya untuk
inkuiri adalah menentukan kepadatan lalu lintas di suatu perempatan, menentukan
air yang terbuang percuma dari kran ledeng yang rusak, menentukan banyak air
suatu aliran sungai.
b. Tujuan Pembelajaran Inkuiri
Beberapa tujuan dari model
inkuiri dalam Mulyani Sumantri dan Johar Permana ( 2000: 114 ) adalah sebagai
berikut:
1.
Meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam
menemukan dan memproses bahan pelajarannya.
2.
Mengurangi ketergantungan siswa pada guru untuk
mendapatkan pelajarannya.
3.
Melatih peserta didik dalam menggali dan memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar yang tidakada habisnya.
4.
Memberi pengalaman belajar seumur hidup.
5.
Meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam
menemukan dan memproses bahan pelajarannya.
6.
Mengurangi ketergantungan peserta didik pada guru
untuk mendapatkan pengalaman belajarnya.
7.
Melatih peserta didik menggali dan memanfaaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar yang tidak ada habisnya.
8.
Memberi pengalaman belajar seumur hidup.
c.
Langkah –
langkah yang ditempuh dalam pembelajaran inkuiri
1.
Observasi (observation)
2.
Bertanya (questioning)
3.
Mengajukan dugaan (hipotesis)
4.
Pengumpulan data (data gathering)
5.
Penyimpulan (conclussioning)
d.
Tahap-Tahap
Pada Model Pembelajaran Inkuiri
Model
pembelajaran inkuiri ini terdiri atas 4 tahap yaitu:
1.
Guru merangsang siswa dengan pertanyaan, masalah,
permainan, dan teka-teki.
2.
Sebagai jawaban atas rangsangan yang diterimanya,
siswa menentukan prosedur mencari dan mengumpulkan informasi atau data yang
diperlukan untuk memecahkan pertanyaan, pernyataan, dan masalah.
3.
Siswa menghayati pengetahuan yang diperolehnya dengan
inkuiri yang baru dilaksanakan.
4.
Siswa menganalisis metode inkuiri dan prosedur yang
ditemukan untuk dijadikan metode umum yang dapat diterapkannya ke situasi lain.
e.
Kelebihan
Dan Kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri
1.
Kelebihan
a)
Siswa ikut berpartisipasi secara aktif di dalam
kegiatan belajarnya, sebab model inkuiri menekankan pada proses pengolahan
informasi pada peserta didik.
b)
Siswa benar-benar dapat memahami suatu konsep dan
rumus, sebab siswa menemukan sendiri proses untuk mendapatkan konsep atau rumus
tersebut.
c)
Model pembelajaran ini memungkinkan sikap ilmiah dan
menimbulkan semangat ingin tahu para siswa.
d)
Dengan menemukan sendiri siswa merasa sangat puas
dengan demikian kepuasan mental sebagai nilai intrinsik siswa terpenuhi.
e)
Guru tetap memiliki kontak pribadi.
f)
Penemuan yang diperoleh peserta didik dapat menjadi
kepemilikan yang sangat sulit dilupakan.
2.
Kelemahan
a)
Persiapan dan pelaksanaannya memakan waktu yang cukup
lama.
b)
Model pembelajaran ini tidak efektif bila tidak
ditunjang dengan peralatan yang lengkap sesuai dengan kebutuhan.
c)
Sukar dilaksanakan bila siswa belum matang kemampuan
untuk melaksanakannya.
d)
Model pembelajaran ini banyak menyita waktu Juga tidak
menjamin siswa tetap bersemangat mencari penemuan-penemuan.
e)
Tidak semua guru mempunyai selera atau kemampuan
mengajar dengan cara penemuan.
f)
Tidak semua anak melakukan penemuan. Apabila bimbingan
guru tidak sesuai dengan kemempuan intelektual siswa, ini dapat merusak
struktur pengetahuannya. Juga bimbingan yang terlalu banyak dapat mematikan
inisiatifnya.
g)
Kelas yang banyak siswanya akan sangat merepotkan guru
dalam bimbingan dan pengarahan belajar dengan metode penemuan.
4. MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH
a.
Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Jodion Siburian, dkk dalam Panduan Materi Pembelajaran Model
Pembelajaran Sains (2010:174) sebagai berikut: Pembelajaran berbasis masalah (problem
based learning) merupakan salah satu model pembelajaran yang berasosiasi
dengan pembelajaran kontekstual. Pembelajaran artinya dihadapkan pada suatu
masalah, yang kemudian dengan melalui pemecahan masalah, melalui masalah
tersebut siswa belajar keterampil-keterampilan yang lebih mendasar.
Menurut Muslimin I dalam Boud dan Felleti (2000:7), Pembelajaran
berdasarkan masalah (problem based learning) adalah suatu pendekatan untuk
membelajarkan siswa untuk mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan
memecahkan masalah, belajar peranan orang dewasa yang otentik serta menjadi
pelajar mandiri. Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk
membantu guru memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan
tetapi pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan
intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam
pengalaman nyata dan menjadi pembelajaran yang mandiri.
Model pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah model pembelajaran yang
dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang
kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh siswa yang diharapkan dapat menambah
keterampilan siswa dalam pencapaian materi pembelajaran.
b.
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Ada lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL)
menurut Martinis Yamin dalam Duffy & Cunningham (2011:31) yaitu:
1.
Permasalahan sebagai kajian.
2.
Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman.
3.
Permasalahan sebagai contoh.
4.
Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
proses.
5.
Permasalahan sebagai stimulus aktifitas otentik.
c.
Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
Ada lima dalam model pembelajaran berbasis masalah, yaitu:
1.
Orientasi siswa kepada masalah
Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas
pemecahan masalah yang dipilihnya.
2.
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan
dan mengorganisasikan tugas yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3.
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru
membimbing siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
4. Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya
Guru
membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan video dan model dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan
temannya.
5.
Menganalisis dan mengevaluasi
Guru
membantu siswa untuk melakukan evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan.
d.
Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah
Pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah secara ringkas sebagai berikut:
1.
Tugas Perencanaan
Sesuai dengan hakekat interaktifnya pembelajaran berbasis masalah
membutuhkan banyak perencanaan sepeti halnya model pembelajaran yang terpusat
pada siswa lainnya:
a.
Penetapan tujuan
Hendaknya
dipikirkan dahulu dengan matang tujuan yang hendak dicapai sehingga dapat
dikomunikasikan dengan jelas kepada siswa.
b.
Merancang situasi masalah yang sesuai
Beberapa
guru dalam pembelajaran berbasis masalah memberikan siswa keleluasaan dalam memilih
masalah untuk diselidiki karena cara ini dapat meningkatkan motivasi siswa.
Masalah sebaiknya otentik (berdasarkan pada pengalaman dunia nyata siswa),
mengandung teka-teki dan tidak memungkinkan kerjasama, bermakna bagi siswa dan
konsisten dengan tujuan kurikulum.
c.
Organisasi sumber daya dan rencana logistik
Dalam
pembelajaran berbasis masalah ini siswa dimungkinkan bekerja dengan berbagai
material dan peralatan, dan pelaksanaannya bias dilakukan di dalam kelas, di
perpustakaan maupun di laboratorium, bahkan dapat pula dilakykuan di luar
sekolah.
2.
Tugas interaktif
a)
Orientasi siswa terhadap masalah.
Siswa perlu
memahami bahwa tujuan pembelajaran berbasis masalah tidak untuk memperoleh
masalah baru dalam jumlah besar, tetapi untuk melakukan penyelidikan terhadap
masalah yang penting dan untuk menjadi pembelajaran yang mandiri. Cara yang
baik untuk menyajikan masalah untuk sebuah pelajaran dalam pembelajaran
berbasis masalah adalah dengan menggunakan kejadian yang mencengangkan yang
dapat menimbulkan misteri dan keinginan untuk memecahkan masalah.
b)
Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
Diperlukan
pengembangan keterampilan kerjasama di antara siswa dan saling membantu untuk
menyelidiki masalah secara bersama. Berkenaan dengan hal ini siswa memerlukan
bantuan guru untuk merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan.
c)
Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
1.
Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari
berbagai sumber. Siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka memikirkan masalah
dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah. Siswa diajarkan
menjadi penyelidik yang aktif dan dapat menggunakan metode yang sesuai untuk
masalah yang dihadapinya.
2.
Guru mendorong siswa dalam pengumpulan informasi dari
berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka memikirkan
masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah. Selama
tahap penyelidikan guru member bantuan yang dibutuhkan tanpa mengganggu siswa.
3.
Puncak proyek-proyek pembelajaran berbasis masalah
adalah penciptaan dan peragaan hasil karya seperti laporan, poster, model-model
fisik. Tugas guru pada akhir pembelajaran berbasis masalah adalah membantu
siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri dan
keterampilan penyelidikan yang mereka gunakan.
e.
Tujuan dan Hasil Belajar Pembelajaran Berbasis Masalah
Tujuan utama PBL ini menurut Hsiao (Martinis Yamin, 2011) adalah untuk
mengarahkan peserta didik mengembang kemampuan belajar kolaboratif, kemampuan
berpikir dan strategi-strategi belajarnya sehingga peserta didik bisa belajar
dengan kemampuan sendiri tanpa bantuan orang lain atau pembelajar (self-directed
learning strategies) (Hsiao,1996).
Adapun tujuan dan hasil dari model pembelajaran berbasis masalah ini
adalah:
1.
Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan
masalah.
Pembelajaran
berbasis masalah ini ditujukan untuk mengembangkan keterampilan berpikir
tingkat tinggi.
2.
Pemodelan peranan orang dewasa.
Resnick (Ibrahim
dan Nur, 2004) mengemukakan bahwa bentuk pembelajaran berbasis masalah
penting menjembatani gapaian antara pembelajaran sekolah formal dengan
aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah.
Aktivitas-aktivitas mental di luar sekolah yang dapat dikembangkan adalah :
a) PBL
mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas.
b)
PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong
pengamatan dan dialog dengan yang lain sehingga pebelajar secara bertahap dapat
memi peran yang diamati tersebut.
c)
PBL melibatkan pebelajar dalam penyelidikan pilihan
sendiri, yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena
dunia nyata dan membangun femannya tentang fenomena itu.
3.
Belajar Pengarahan Sendiri (self directed learning)
Pembelajaran
berbasis masalah berpusat pada pebelajar. Pebelajar harus dapat menentukan
sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari mana informasi harus diperoleh,
dibawah bimbingan pembelajar (Barrows, 1996). Dengan bimbingan
pembelajar yang secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan mereka untuk
mengajukan pertanyaan mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka
sendiri, pebelajar belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas itu secara mandiri
dalam kehidupan kelak (Ibrahim dan Nur, 2004).
f.
Kelebihan
dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
1.
Kelebihan
Pembelajaran Berbasis Masalah
a)
Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan
kreatif.
b)
Meningkatkan kemampuan memcahkan masalah.
c)
Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
d)
Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan
dengan situasi baru.
e)
Dapat mendorong siswa/mahasiswa mempunyai inisiatif
untuk belajar secara mandir.
f)
Mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan
penyelidikan masalah yang telah ia lakuka.
g)
Dengan PBM akan terjadi pembelajaran bermakna.
h)
Dalam situasi PBM, siswa mengintegrasiskan pengetahuan
dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang
relevan.
i)
PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan
dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
2.
Kekurangan
Pembelajaran Berbasis Masalah
a)
Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan
metode ini. Peserta didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode
konvensional, pemberian materi terjadi secara satu arah.
b)
Kurangnya waktu pembelajaran. Proses PBM terkadang
membutuhkan waktu yang lebih banyak. Peserta didik terkadang memerlukan waktu
untuk menghadapi persoalan yang diberikan. Sementara, waktu pelaksanaan PBM
harus disesuaikan dengan beban kurikulum.
c)
Menurut Fincham et al. (1997), "PBL tidak
menghadirkan kurikulum baru tetapi lebih pada kurikulum yang sama melalui
metode pengajaran yang berbeda," (hal. 419).
d)
Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin
penting bagi mereka untuk belajar, terutama di daerah yang mereka tidak
memiliki pengalaman sebelumnya.
e)
Seorang guru mengadopsi pendekatan PBL mungkin tidak
dapat untuk menutup sebagai bahan sebanyak kursus kuliah berbasis konvensional.
PBL bisa sangat menantang untuk melaksanakan, karena membutuhkan banyak
perencanaan dan kerja keras bagi guru. Ini bisa sulit pada awalnya bagi guru
untuk "melepaskan kontrol" dan menjadi fasilitator, mendorong siswa
untuk mengajukan pertanyaan yang tepat daripada menyerahkan mereka solusi
4. MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI
a.
Pengertian Teknologi Informasi
Teknologi Informasi (TI), atau dalam bahasa
Inggris dikenal dengan istilah Information technology (IT)
adalah istilah umum yang menjelaskan teknologi apa pun yang membantu manusia
dalam membuat, mengubah, menyimpan, mengomunikasikan dan/atau menyebarkan
informasi. TI menyatukan komputasi dan komunikasi berkecepatan tinggi untuk
data, suara, dan video. Contoh dari Teknologi Informasi bukan hanya berupa
komputer pribadi, tetapi juga telepon, TV, peralatan rumah tangga elektronik,
dan peranti genggam modern (misalnya ponsel).
b.
Media Pembelajaran Berbasis IT
Komputer merupakan jenis media yang
secara virtual dapat menyediakan respon yang segera terhadap hasil belajar yang
dilakukan oleh siswa. Lebih dari itu, komputer memiliki kemampuan menyimpan dan
memanipulasi informasi sesuai dengan kebutuhan. Perkembangan teknologi yang
pesat saat ini telah memungkinkan komputer memuat dan menayangkan beragam
bentuk media di dalamnya. Saat ini teknologi komputer tidak lagi hanya
digunakan sebagai sarana komputasi dan pengolahan kata (word processor)
tetapi juga sebagai sarana belajar multi media yang memungkinkan peserta didik
membuat desain dan rekayasa suatu konsep dan ilmu pengetahuan. Sajian
multimedia berbasis komputer dapat diartikan sebagai teknologi yang
mengoptimalkan peran komputer sebagai sarana untuk menampilkan dan merekayasa
teks, grafik, dan suara dalam sebuah tampilan yang terintegrasi. Dengan
tampilan yang dapat mengkombinasikan berbagai unsur penyampaian informasi dan
pesan, komputer dapat dirancang dan digunakan sebagai media teknologi yang
efektif untuk mempelajari dan mengajarkan materi pembelajaran yang relevan
misalnya rancangan grafis dan animasi.
Multimedia berbasis komputer dapat
pula dimanfaatkan sebagai sarana dalam melakukan simulasi untuk melatih
keterampilan dan kompetensi tertentu. Misalnya, penggunaan simulator kokpit
pesawat terbang yang memungkinkan peserta didik dalam akademi penerbangan dapat
berlatih tanpa menghadapi risiko jatuh. Contoh lain dari penggunaan multimedia
berbasis komputer adalah tampilan multimedia dalam bentuk animasi yang
memungkinkan mahasiswa pada jurusan eksakta, biologi, kimia, dan fisika
melakukan percobaan tanpa harus berada di laboratorium.
Perkembangan teknologi komputer saat
ini telah membentuk suatu jaringan (network) yang dapat memberi
kemungkinan bagi siswa untuk berinteraksi dengan sumber belajar secara luas.
Jaringan komputer berupa internet dan web telah
membuka akses bagi setiap orang untuk memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan
terkini dalam bidang akademik tertentu. Diskusi dan interaksi keilmuan dapat
terselenggara melalui tersedianya fasilitas internet dan web di
sekolah.
Penggunaan internet dan web tidak
hanya dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap kegiatan akademik siswa
tapi juga bagi guru. Internet dan web dapat memberi kemungkinan bagi guru untuk
menggali informasi dan ilmu pengetahuan dalam mata pelajaran yang menjadi
bidang ampuannya. Melalui penggunaan internet dan web, guru akan
selalu siap mengajarkan ilmu pengetahuan yang mutakhir kepada siswa. Hal ini
tentu saja menuntut kemampuan guru itu sendiri untuk selalu giat
mengakses website dalam bidang yang menjadi keahliannya.
Media dalam pembelajaran memiliki
fungsi sebagai alat bantu untuk memperjelas pesan yang disampaikan guru. Media
juga berfungsi untuk pembelajaran individual dimana kedudukan media sepenuhnya
melayani kebutuhan belajar siswa (pola bermedia).
c.
Keunggulan Sistem Pembelajaran Berbasis IT
1.
Sistem pembelajaran lebih inovatif dan interaktif.
2.
Mampu menimbulkan rasa senang selama pembelajaran
berlangsung, sehingga akan menambah motivasi belajar siswa.
3.
Mampu menggabungkan antara teks, gambar, audio, musik,
animasi gambar atau video dalam satu kesatuan yang saling mengukung sehingga
tercapai tujuan pembelajaran.
4.
Mampu memvisualisasikan materi yang abstrak.
5.
Media penyimpanan yang relatif gampang dan fleksibel.
6.
Membawa obyek yang sukat didapat atau berbahaya ke
dalam lingkungan belajar.
7.
Menampilkan objek yang terlalu besar ke dalam kelas.
8.
Menampilkan objek yang tidak dapat dilihat secara
langsung.
d.
Sistem Pembelajaran Berbasis IT meliputi :
1.
Persiapan
Mencakup Analisis Kurikulum, analisis kebutuhan maupun desain.
2.
Pembelajaran
Metode
yang digunakan secara umum adalah :
a.
Metode
Klasikal
Metode klasikal, yaitu penggunaan media komputer dengan sebuah media tayang
lebar. Untuk metode ini dapat digunakan peralatan : 1 unit komputer +
multimedia proyektor (LCD Proyektor), atau 1 unit komputer + televisi.
b.
Metode
Kelompok
Metode kelompok, metode ini dapat diterapkan pada kelas dengan
sejumlah kecil komputer. Sebuah komputer digunakan untuk beberapa siswa. Cara
ini memungkinkan siswa untuk saling berdiskusi.
c.
Metode
Individual/Mandiri
Metode individual, yaitu satu orang siswa dengan sebuah komputer.
Metode ini dapat digunakan untuk sekolah yang memiliki banyak komputer
(laboratorium). Siswa juga dapat mengcopy software untuk digunakan di rumah
sebagai bahan remedial. Siswa dapat menggunakan media internet di luar jam
sekolah, untuk menerima/kirim tugas, mencari bahan dari luar sekolah.
3. Evaluasi
Evaluasi diperlukan untuk mengetahui
apakah strategi yang digunakan cocok atau tidak.
e.
Bentuk
Penggunaan Media Komputer Dalam Pembelajaran
1.
Penggunaan Multimedia Presentasi.
Multimedia presentasi digunakan
untuk menjelaskan materi-materi yang sifatnya teoretis, digunakan dalam
pembelajaran klasikal dengan group belajar yang cukup banyak di atas 50 orang.
Media ini cukup efektif sebab menggunakan multimedia projector yang
memiliki jangkauan pancar cukup besar. Kelebihan media ini adalah menggabungkan
semua unsur media seperti teks, video, animasi, image, grafik dan sound menjadi
satu kesatuan penyajian, sehingga mengakomodasi sesuai dengan modalitas belajar
siswa.
2.
CD Multimedia Interaktif
CD interaktif dapat digunakan pada
pembelajaran di sekolah sebab cukup efektif meningkatkan hasil belajar siswa
terutama komputer. Terdapat dua istilah dalam perkembangan CD interaktif ini
yaitu Computer Based Instructuion (CBI) dan Computer
Assisted Instructuion (CAI). Sifat media ini selain interaktif juga
bersifat multi media terdapat unsur-unsur media secara lengkap yang meliputi
sound, animasi, video, teks dan grafis. Beberapa model multimedia interaktif di
antaranya:
a)
Model Drill
Model drills
dalam CBI pada dasarnya merupakan salah satu starategi pembelajaran yang
bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih kongkrit melalui penciptan tiruan-tiruan
bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang sebenarnya.
b)
Model Tutorial
Program CBI tutorial dalam merupakan program
pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan
perangkat lunak berupa program komputer yang berisi materi pelajaran. Program
ini juga menuntut siswa untuk mengaplikasikan ide dan pengetahuan yang
dimilikinya secara langsung dalam kegiatan pembelajaran.
c)
Model Simulasi
Model simulasi dalam CBI pada
dasarnya merupakan salah satu starategi pembelajaran yang bertujuan memberikan
pengalaman belajar yang lebih kongkrit melalui penciptan tiruan-tiruan bentuk
pengalaman yang mendekati suasana yang sebenarnya.
d)
Model Games
Model
permainan ini dikembangkan berdasarkan atas “pembelajaran menyenangkan”, di
mana peserta didik akan dihadapkan pada beberapa petunjuk dan aturan permainan.
Dalam konteks pembelajaran sering disebut dengan Instructional Games.
Pada umumnya tipe penyajian yang
banyak digunakan adalah “tutorial”. Tutorial ini membimbing siswa secara tuntas
menguasai materi dengan cepat dan menarik. Setiap siswa cenderung memiliki
perbedaan penguasaan materi tergantung dari kemampuan yang dimilikinya.
Penggunaan tutorial melalui CD interaktif lebih efektif untuk mengajarkan
penguasaan Software kepada siswa dibandingkan dengan
mengajarkanhardware.
Misalnya tutorial Microsoft Office
Word, Access, Excel, dan Power Point. Kelebihan lain dari
CD interaktif ini adalah siswa dapat belajar secara mandiri, tidak harus
tergantung kepada guru/instruktur. Siswa dapat memulai belajar kapan saja dan
dapat mengakhiri sesuai dengan keinginannya. Selain itu, materi-materi yang
diajarkan dalam CD tersebut dapat langsung dipraktekkan oleh siswa
terhadap siftware tersebut. Terdapat juga fungsi repeat,
bermanfaat untuk mengulangi materi secara berulang-ulang untuk penguasaan
secara menyeluruh.
3.
Video Pembelajaran.
Selain CD interaktif, video termasuk
media yang dapat digunakan untuk pembelajaran di SD. Video ini bersifat
interaktif-tutorial membimbing siswa untuk memahami sebuah materi melalui
visualisasi. Siswa juga dapat secara interaktif mengikuti kegiatan praktek
sesuai yang diajarkan dalam video. Penggunaan CD interaktif di SD cocok untuk
mengajarkan suatu proses. Misalnya
cara penyerbukan pada tumbukan, teknik okulasi, pembelahan sel, proses
respirasi dan lain-lain.
4.
Internet
Internet, singkatan dari interconection
and networking, adalah jaringan informasi global. Pemanfaatan internet
sebagai media pembelajaran mengkondisikan siswa untuk belajar secara mandiri.
Para siswa dapat mengakses secara online dari berbagai
perpustakaan, museum, database, dan mendapatkan sumber primer tentang berbagai
peristiwa sejarah, biografi, rekaman, laporan, data statistik.
Siswa dapat berperan sebagai seorang
peneliti, menjadi seorang analis, tidak hanya konsumen informasi saja. Mereka
menganalisis informasi yang relevan dengan pembelajaran dan melakukan pencarian
yang sesuai dengan kehidupan nyatanya (real life). Siswa dan guru tidak
perlu hadir secara fisik di kelas (classroom meeting), karena siswa
dapat mempelajari bahan ajar dan mengerjakan tugas-tugas pembelajaran serta
ujian dengan cara mengakses jaringan komputer yang telah ditetapkan
secara online. Siswa dapat belajar bekerjasama (collaborative)
satu sama lain. Mereka dapat saling berkirim e-mail (electronic
mail) untuk mendiskusikan bahan ajar. Selain mengerjakan tugas-tugas
pembelajaran dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru siswa dapat
berkomunikasi dengan teman sekelasnya.
Pemanfaatan internet sebagai media
pembelajaran memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut:
a)
Dimungkinkan terjadinya distribusi pendidikan ke semua
penjuru tanah air dan kapasitas daya tampung yang tidak terbatas karena tidak
memerlukan ruang kelas.
b)
Proses pembelajaran tidak terbatas oleh waktu seperti
halnya tatap muka biasa.
c)
Pembelajaran dapat memilih topik atau bahan ajar yang
sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masing-masing.
B. STRATEGI PEMBELAJARAN
1.
STRATEGI
PEMBELAJARAN PAKEM
a.
Pengertian
PAKEM
PAKEM adalah sebuah strategi pendekatan introduksional yang memungkinkan
peserta didik mengerjakan kegiatan beragam untuk mengembangkan ketrampilan,
sikap dan pemahaman kegiatan dengan penekanan belajar sambail bekerja secara
mandiri. PAKEM merupakan akronim dari pembelajaran aktif, kreatif dan
menyenangkan.
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran, guru harus menciptakan
suasana menyenangkan yang mendukung siswa untuk lebih aktif bertanya,
mempertanyakan pelajaran, dan mengemukakan gagasan, serta berkreasi sesuai
dengan hasil belajarnya. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan
kegiatan belajar yang beragam, sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan
siswa. Efektif berarti proses pembelajaran tersebut bermakna bagi siswa.
Menyenangkan maksudnya adalah membuat suasana belajar mengajar yang
menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar
dan waktu perhatian anak pada pelajaran menjadi tinggi.
b.
Konsep Dasar
PAKEM
Menurut Sriudin, awal mula istilah
PAKEM dikembangkan dari AJEL (Active
Joyfull and Efective Learning). Untuk pertama kali di Indonesia, pada tahun
1999 disebut PEAM (Pembelajaran Efektif, Aktif dan Menyenangkan). Seiring
dengan perkembangan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), pada tahun 2002 istilah
PEAM diganti menjadi PAKEM, yaitu kependekan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif dan Menyenangkan. Namun demikian, jika dicermati dalam modul-modul
PAKEM, landasan teori yang digunakan di dalamnya pada hakikatnya adalah
mengambil teori-teori tentang active
learning atau pembelajaran aktif.
PAKEM belum layak disebut pendekatan
pembelajaran, karena belum ada teori atau literatur yang mendasarinya, tetapi
sebuah istilah yang mengintegrasikan dan mengkompilasikan sejumlah pendekatan
pembelajaran yang bertujuan menstimulasi guru untuk dapat merancang
pembelajaran yang kreatif inovatif. Ketiadaan dasar teori inilah, membuat
istilah PAKEM kemudian dapat diubah-ubah dan dimodifikasi menjadi PAIKEM
(Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan). Khusus untuk
Nanggore Aceh Darusslam dimodifikasi lagi dengan nama PAIKEMIS (Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, dan Islami).
Suasana belajar mengajar yang
menyenangkan dapat memusatkan perhatian siswa secara penuh pada belajar
sehingga waktu curah perhatiannya (time on task) tinggi. Menurut hasil
penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar, seperti
disimpulkan oleh Dimas (dalam Qomaruddin, 2005) bahwa memetik senar kegembiraan
pada anak akan memunculkan keriangan dan vitalitas dalam jiwanya. Hal itu juga
akan menjadikan si anak selalu siap untuk menerima perintah, peringatan, atau
bimbingan apapun. Menabur kegembiraan dan keceriaan pada anak akan membuatnya
mampu mengaktualisasikan kemampuannya dalam bentuk yang sempurna.
Untuk itu, pembelajaran bernuansa
PAKEM diarahkan pada pembelajaran yang berpola permainan (game) yang kemudian
dikenal dengan model-model pembelajaran. Para ahli pembelajaran telah merancang
sejumlah model pembelajaran sepeti model Jigsaw, Problem Based Instruction (PBI), Think, Pair, and Share (TPS), dan sebagainya.
Di bawah ini beberapa prinsip yang
dimiliki pendidikan aktif dan kreatif dan menyenangkan. Di antaranya adalah
sebagai berikut:
a.
Mengalami
Mengalami berarti siswa belajar banyak hal yang digerakkan oleh naluri
berbuat dan pengalaman langsung dengan mengaktifkan banyak indra. Beberapa
contoh dari prinsip mengalami ini adalah melakukan pengamatan, perubahan,
penyelidikan, wawancara dan penggunaan alat peraga. Prinsip “mengalami” ini
membuat siswa dapat merasakan teori dan ide-ide progresif ketika merasa
wawancara dalam rangka membuat bulletin/majalah, misalnya mereka akan
berkembang dengan sendirinya dari satu tahap ke tahap berikutnya. Dapri prinsip
ini, mereka menjadi lebih matang, dinamis, dan professional. Mengamati
wawnacara, menyelidiki, ekperimental dan menggunakan alat peraga membuat mental
menjadi kritis, kreatif, inovatif dan kompetitif.
b.
Interaksi
Interaksi antar siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru perlu untuk
selalu dijaga agar mempermudah dalam membangun makna. Dengan interaksi
pembelajaran menjadi lebih hidup dan menarik, kesalahan makna berpeluang
terkoreksi, makna yang terbangun semakin mantap, dan kualitas hasil belajar
meningkat. Prinsip interaksi memberikan peluang pada siswa untuk berekspresi
dan berartikulasi sesuai kemampuan masing-masing. Potensi mereka akan
berkembang karena aktulisasi dinamis yang terus dikembangkan
c.
Komunikasi
Komunikasi dapat diartikan sebagai cara menyampaikan apa yang kita ketahui.
Interaksi saja belum cukup jika tidak dilengkapi dengan komunikasi yang baik
karena interaksi akan lebih bermakna jika interaksi itu komunikatif. Makna yang
terkomunikasikan kepada orang lain secara terbuka memungkinkan untuk mendapat
tanggapan. Beberapa cara komunikasi yang dapat dilakukan misalnya dengan
pajangan, presentasi maupun laporan..Prinsip komunikasi ini dapat dijadikan
sebagai ajang untuk mengetahui sejauh mana pendalaman dan pengayaan materi
seorang siswa. Adu gagasan, silang pemikiran dan bedah ide membuat pemikiran
menjadi segar, kaya, mendalam dan penuh variasi.
d.
Refleksi
Refleksi berarti memikirkan kembali apa yang diperbuat/dipikirkan. Melalui
refleksi kita dapat mengetahui efektifitas pembelajaran yang sudah berlangsung.
Refleksi dapat memberikan peluang untuk memunculkan gagasan baru yang
bermanfaat dalam perbaikan makna hasil pembelajaran. Dengan refleksi kesalahan
dapat dihindari sehingga tidak terulang lagi.
Prinsip refleksi ini juga dapat dijadikan sebagai wahana evaluasi dari
strategi yang telah diterapkan dan hasil yang didapatkan. Dan refleksi ini akan
diketahui kelemahan dan kelebihan/efektif dan tidaknya suatu jenis
pembelajaran. Akan ada ide-ide baru, pemikiran baru dan gagasan baru yang lebih
segar, kaya dan penuh makna dari proses refleksi ini.
Keempat prinsip ini membuat PAKEM berjalan pada kerangka dasar yang telah
dirumuskan sebelumnya, yaitu membentuk pembelajaran yang berkualitas dan mampu
menghasilkan kader-kader muda yang berkreasi demi bangkitnya potensi bangsa.
c.
Nilai-nilai
Karakter Dalam Strategi PAKEM
Strategi PAKEM ini masuk dalam pengembangan strategi active learning,
banyak persamaan yang mendasari antara kedua strategi tersebut. Menurut T.
Taslimuharom, proses strategi PAKEM dapat dikatakan active learning jika mengandung komitmen, tanggung jawab dan
motivasi dalam proses pembelajarannya. Ketiga eleman ini merupakan alat untuk
pembentukan karakter peserta didik.
1.
Komitmen
(keterlekatan pada tugas)
Artinya materi, metode dan strategi pembelajaran bermanfaat untuk siswa (meaningful) sesuai dengan kebutuhan
siswa (relevant) dan bersifat pribadi
(personal)
2.
Tanggung
jawab (responsibility)
Tanggung jawab merupakan suatu proses belajar yang memberi wewenang pada
siswa untuk kritis. Guru lebih banyak mendengar daripada bicara, menghormati
ide-ide siswa, member pilihan dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memutuskan sendiri
3.
Motivasi
Motivasi belajar ada dua macam yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
Dalam pembelajaran ini, motivasi intrinsik siswa harus lebih dikembangkan agar
proses belajar yang ditekuninya muncul berdasarkan minat dan inisiatif sendiri,
bukan karena dorongan lingkungan atau orang lain. Motivasi belajar siswa akan
meningkat karena pendekatan belajar yang dilakukan guru lebih dipusatkan pada
siswa (student centered approach).
Guru tidak hanya menyuapi atau menuangkan dalam ember, tetapi menghidupkan api
yang menerangi sekelilingnya serta bersikap positif kepada siswa.
PAKEM dalam Active learning bisa
dibangun oleh seorang guru yang gembira, tekun, dan setia pada tugasnya,
bertanggung jawab, motivator yang bijak, berpikir positif, terbuka pada ide
baru dan saran dari siswa atau orang tuanya/masyarakat, tiap hari energinya
untuk siswa supaya belajar kreatif, selalu membimbing, seorang pendengar yang
baik, memahami kebutuhan siswa secara individual dan mengikuti perkembangan
pengetahuan.
Selain active learning, PAKEM
harus ditunjang oleh pembelajaran kreatif. Pembelajaran kreatif adalah
kemampuan untuk menciptakan, mengimajinasikan, melakukan inovasi dan melakukan
hal-hal yang artistik lainnya. Selain itu, guru juga harus mampu menciptakan
suatu proses yang baru, memiliki kemampuan untuk menciptakan dan merancang
untuk mensimulasikan imajinasi. Kreativitas adalah kemampuan (berdasarkan data
dan informasi yang tersedia) untuk memberikan gagasan-gagasan baru dengan
menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah yang menekankan
segi kuantitas, ketergantungan, keragaman jawaban dan menerapkannya dalam
pemecahan masalah.
d.
Prosedur
Pelaksanaan Strategi Pembelajaran PAKEM
1.
Memahami
Sifat yang Dimiliki Anak
Pada dasarnya anak memiliki sifat ingin tahu dan
berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin,semua
terlahir dengan kedua sifat tersebut. Sifattersebut merupakan modal dasar bagi
berkembangnya sikap/ berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran
merupakan salah satu lahan yang harus kita olah, sehingga kedua sifat tersebut
dapat berkembang dengan subur. Suasana pembelajaran simana guru memuji anak
karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang dan guru yang
mendorong anak untuk melakukan percobaan, merupakan pembelajaran yang
diharapkan mampu mengembangkan kedua sifat di atas.
2. Mengenal Anak Secara Personal
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki
kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM, perbedaan individual tersebut perlu
diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam
kelas tak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai
dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat
dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal
kemampuan anak, kita dapat membantnya sehingga belajar anak tersebut menjadi
optimal.
3. Memanfaatkan Perilaku Anak Dalam Pengorganisasian
Belajar
Sebagai makhluk sosial, secara alami anak akan bermain secara berpasangan
atau berkelompok. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian
belajar. Dalam melakukan tugas/membahas sesuatu, anak dapat melakukannya secara
berpasangan/dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan
tugas dengan baik bila mereka dudukberkelompok. Duduk seperti ini memudahkan
mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga
menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya juga berkembang.
e.
Variasi
Strategi Pembelajaran PAKEM
1.
Memprioritaskan
Pelatihan Guru
Ujung tombak PAKEM adalah guru. Di tangan gurulah terletak efektif tidaknya
PAKEM. Oleh sebab itu, langkah yang pertama dan utama untuk menyukseskan
program ini adalah mengadakan pelatihan guru secara intensif dan ektensif.
Disamping itu, guru juga harus membekali dirinya dengan banyak membaca
buku-buku untuk memperkaya pengalaman, wawsan, dan cakrawala pemikirannya,
sehingga anak didik merasa mantap mendapat ilmu darinya.
2. Optimalisasi Microteaching
Microteaching menjadi terobosan progresif dalam pengajaran. Microteaching
ini bisa dijadikan alternatif eksperimentasi PAKEM. Microteaching sering
dijadikan sarana untuk mengetahui kemampuan mengajar calon guru, sehingga
sangat bermanfaat untuk mematangkan kemampuan guru. Microteaching ini bisa
menjadi laboratorium pengajaran efektif untuk mengasah profesionalitas guru
dalam menerapkan PAKEM.
3. Mencoba Teamteaching
Teamteaching adalah system mengajar oleh beberapa guru yang mempunyai
keahlian mendalam (tim). Misalnya pelajaran IPA diasuh oleh 2 guru, yang satu
menerangkan dan yang lainnya mengamati dalam kelas untuk melihat respon siswa
dan berusaha menggugah semangat belajar siswa. Ada kelebihan dan kekurangan
dalam melakukan teamteaching ini. Di satu sisi siswa akan mendapatkan
pengalaman, ilmu dan wawasan yang berbeda sehingga kaya wacana. Namun disisi
lain apabila salah satu guru tidak masuk, maka penyampaian makna tidak akan
maksimal.
4. Menerapkan moving
class
Siswa perlu suasana, tempat dan kondisi baru sehingga tidak jenuh.
Disinilah pentingnya menerapkan teori moving class. Moving class adalah sistem
pembelajaran dimana siswa harus berpindah-pindah kelas, sesuai pelajaran yang
diajarkannya. Misalnya ketika pelajaran agama siswa dipindahkan ke ruang yang
didesain khusus untuk peribadatan. Ketika pelajaran bahasa siswa dipindah ke
ruangan yang didesain khusus untuk bahasa, begitu seterusnya.
5. Membuat Diktat Praktis
Masing-masing guru bidang studi, seyogyanya mempunyai buku diktat sendiri
untuk materi yang diampu sebagai indikator profesionalitas dan kompetensi
keilmuannya. Ketika menyusun diktat ini, guru harus menulisnya dengan gaya
PAKEM yaitu diktat yang bisa menjadi panduan pembelajaran yang interaktif,
menyenangkan dan mempunyai kualitas tinggi.
f.
Keunggulan
Dan Kelemahan Strategi PAKEM
1.
Keunggulan
Dengan strategi pembelajaran PAKEM, guru tidak hanya monoton saja dalam
menyampaikan materinya, namun dapat bervariatif dan lebih kreatif dalam
menampilkan berbagai hal materi kepada siswanya. Begitu pula dengan keadaan
peserta didik akan lebih enjoy dalam
menangkap materi, mengikuti pelajarannya tidak mudah bosan dan suntuk. Siswa
selalu termotivasi akan lebih giat untuk meraih prestasi yang cerah, gemilang,
penuh antusias.
Guru lebih dekat dengan siswa karena dengan prinsip PAKEM, maka guru selalu
menjadi inspirator dan motivator bagi mereka tentunya lebih mengenal
masing-masing individu.
2.
Kelemahan
Sebagaimana keterangan diatas, PAKEM menuntut seorang guru untuk aktif dan
kreatif dalam mengembangkan ilmu dan wawasannya, sehingga mampu memberikan
inspirasi dan motivasi siswa untuk belajar dan mengembangkan kreativitasnya.
Apabila guru pasif, maka tujuan PAKEM tidak akan tercapai.
Kelemahan lainnya adalah program ini mengharuskan seorang guru untuk
berperan aktif, proaktif dan kreatif dalam mencari dan merancang media/bahan
ajar alternatif yang mudah,murah dan sederhana, namun tetap relevan dengan tema
pelajaran yang sedang dipelajari. Penggunaan perangkat multimedia seperti ICT
sungguh sangat ideal, tetapi tidak semua sekolah mampu mengaksesnya. Hal ini
jelas akan menjadi sebuah bumerang bagi guru, ketika ia tidak memiliki
kemampuan untuk memanajemen dan menguasai hal-hal yang harus ada untuk
melakukan metode pembelajaran PAKEM. Guru yang tidak memiliki daya kreasi yang
tinggi tidak akan mampu melakukan metode pembelajaran ini dengan baik di dalam
kelas.
Dalam menghadapi situasi ini, hal paling mendasar yang hasrus dilakukan
oleh guru adalah mengubah cara pikirnya, yaitu pembelajaran ini tidak hanya
membutuhkan penguasaan terhadap materi secara verbal, namun juga membutuhkan
daya kreatavitas yang tinggi untuk mempermudah belajar siswa. Selain itu, guru
juga harus mengubah pandangan bahwa belajar hanyalah ritual yang membosankan.
Sebab, PAKEM juga memperhatikan bakat, minat dan modalitas belajar siswa, bukan
semata potensi akademiknya saja.
Proses pembelajaran akan berlangsung seperti yang diharapkan jika peran guru dalam berinteraksi dengan
siswanya selalu memberikan motivasi, memfasilitasi tanpa mendominasi,
memberikan kesempatan untuk berpartisipasi aktif, serta membantu dan
mengarahkan siswa untuk mengembangkan bakat dan minat mereka melalui proses
pembelajaran yang terencana. Perlu dicatat bahwa tugas dan tanggung jawab utama
bagi guru dalam paradigma baru pendidikan bukan “membuat siswa belajar” tetapi
“membuat siswa mau belajar” dan bukan “mengajarkan mata pelajaran” tetapi
“mengajarkan cara bagaimana mempelajari mata pelajaran”.
Tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini. Semua pasti ada kelemahan dan
kelebihannya. Dalam konteks pembelajaran ini, pendapat yang mengatakan bahwa
PAKEM menyebabkan guru pasif, karena siswa lebih aktif adalah kurang benar.
Justru dengan memahami PAKEM, secara esensial guru akan menjadi sosok ideal
yang mampu memberikan inspirasi dan motivasi kepada siswa untuk berpikir
kritis, dinamis, kompetitif dan produktif. Seorang guru tentu tidak mungkin
mampu mengemban tugas besar ini kalau pasif.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
a.
Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran
yang menekankan pada penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan
mengutamakan pendekatan deduktif.
b.
Model pembelajaran Inkuiri menurut Sumantri M. Dan
Johar Permana (2000:142) adalah cara penyajian pelajaran dengan memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa
bantuan guru.
c.
Model pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah
model pembelajaran yang dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan berupa
masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh siswa yang
diharapkan dapat menambah keterampilan siswa dalam pencapaian materi
pembelajaran.
d.
Model pembelajaran berbasis IT dapat diterapkan dalam
proses belajar mengajar dengan beberapa metode pembelajaran (diskusi, inkuiri,
deskoveri, dan problem solving) serta menggunakan model pembelajaran yang dikemas
sederhana, menarik, dan menyenangkan siswa, sehingga pembelajarannya lebih
bermakna. Dengan pembelajaran berbasis IT mendidik siswa untuk berpikir kritis,
menambah wawasan dan pengetahuan siswa, mendidik siswa untuk belajar otodidak,
dan meningkatkan hasil belajar siswa sehingga mampu meningkatkan mutu
pendidikan.
e.
PAKEM yang merupakan akronim dari Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif dan Menyenangkan ini masih miskin sosialisasi. Banyak guru
yang belum mengenal PAKEM, sehingga pembelajaran yang diterapkan masih
tradisional, satu arah dan menjadikan guru sebagai pusat dan subjek, sementara
siswa menjadi objek statis.
Disinilah
tanggung jawab semua pihak, khususnya pemerintah dan kepala sekolah untuk
segera mensosialisasikan PAKEM secara intensif dan ekstrasif. Pelatihan demi
pelatihan harus segera diadakan untuk mengubah mind dan frame thinking dan ajar
guru terbuka terhadap PAKEM, sehingga mampu mengimplikasikannya dalam
pembelajaran yang diampunya.
2.
Saran
Sebagai calon guru jangan pernah
menyerah terhadap sulitnya proses yang dilalui dalam pembeajaran, karena
kesuksesan gemilang identik dengan rumitnya proses dan berliku-likunya kendala
yang dilalui. Justru, dari proses panjang itulah, kematangan, kedewasaan dan
kecemerlangan lahir dengan kekuatan untuk perubahan pada yang lebih baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Bonwell, Charles C., dan James A. Eison, Active Learning: Creating
Excitement in the Classroom, http://www.gwu.edu/eriche.15/10/2013
Dee Fink, L., Active Learning, reprinted with permission of the Oklahoma Instructional Development Program, 1999, http://www.edweb.sdsu.edu/people/bdodge/Active/ActiveLearning.html.15/10/2013
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta, 2002.
Dee Fink, L., Active Learning, reprinted with permission of the Oklahoma Instructional Development Program, 1999, http://www.edweb.sdsu.edu/people/bdodge/Active/ActiveLearning.html.15/10/2013
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta, 2002.
McKeachie W., Teaching Tips: A Guidebook for the Beginning College Teacher,
Boston, D.C. Health, 1986.
Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Konsep, Karakteristik dan
Implementasi, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2004.
Pollio, H.R., “What Students Think About and Do in College Lecture Classes”
dalam Teaching-Learning Issues No. 53, Knoxville, Learning Research Centre,
University of Tennesse, 1984.
Silberman, Mel, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif,
(terjemahan Sarjuli et al.) Yogyakarta, YAPPENDIS, 2004.
Walgito, Bimo, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta, Andi Offset, 1997.
Wenger, Win, Beyond Teaching and Learning, Memadukan Quantum Teaching &
Learning, (terjemahan Ria Sirait dan Purwanto), Nuansa, 2003.
izin copy ya. terimakasih
BalasHapus